KEPERAWANAN 100 JUTA

Kirana merenung dalam kamar nya. Masih tak habis pikir dengan sang papa yang begitu lihai membohongi sang mama hingga mama nya begitu percaya. memang seperti yang ia dengar bahwa sang mama sangat mencintai papa nya hingga mungkin bisa jadi cinta itu menutup hati mama nya.

tanpa Kirana tau bahwa saat ini mama nya itu sedang menangis sesenggukan di dalam kamar. menatap foto keluarga bahagia mereka yang sebenarnya hanya lah kamuflase. Tipuan yang di mainkan dengan sangat baik oleh mereka kedua orang tua yang menikah karena perjodohan. bukan, lebih tepat nya karena paksaan dari nyonya Berti sendiri.

"kenapa makin kesini kamu makin jauh mas. Dulu kamu sembunyi-sembunyi dan melakukan nya tanpa membuat Kirana curiga. Dan sekarang kenapa kamu terlihat seperti berterus terang"

Nyonya Berti mengusap pigura foto keluarga nya itu. Dimana foto itu di ambil beberapa tahun yang lalu saat Kirana baru saja lulus dari universitas. Ketiga nya tampak tersenyum sumringah dengan tulus. tapi siapa yang tahu di balik semua itu hanya lah tipuan.

"ini memang salah ku, jika seandainya cinta ku tak begitu besar untuk mu. Jelas hatiku tak akan begitu sakit seperti ini"

Nyonya Berti memeluk foto itu hingga kemudian tanpa sadar tertidur lelap dan tak menyadari sang suami telah kembali dan melihat dirinya.

Tuan Egi mengambil pigura yang di peluk sang istri. Memandang nya sekejap kemudian melihat ke arah istrinya. Di singkap nya rambut yang menutupi wajah nyonya Berti kemudian menatap nya. Wajah cantik itu tak berubah meskipun termakan usia.

"maafkan papa ma, tapi papa tidak bisa menolak pesona daun muda itu" ucap tuan Egi kemudian menggendong istrinya dan merebah kan nya di ranjang empuk mereka.

Setelah itu tuan Egi masuk ke dalam kamar mandi dan kemudian berpenampilan rapi kembali lalu keluar kamar. Saat kaki nya menapaki lantai bawah ia melihat siluet anak nya. Tak ada tegur sapa antara mereka seperti dulu. Yang ada hanya lah tatapan dingin dan pandangan wajah datar. hingga masing-masing dari mereka memalingkan wajah kemudian berlalu.

***

dua hari berlalu, pagi yang cerah ini Sadewa sedang berjemur bersama anak dan istrinya. Mungkin lebih tepat nya adalah Sadewa menemani sang istri yang sedang berjemur bersama anak mereka.

Di belakang mereka ada dua pengawal yang membuat Adeline menghela nafas karena tak terbiasa di awasi seperti ini. Apalagi Sadewa terkadang mencuri-curi cium di pipi nya. Meskipun Sadewa sudah mengatakan bahwa pengawal itu akan menutup mata dan telinga mereka tapi tatap saja ia tak merasa nyaman.

"hentikan mas. Malu di lihat orang" ucap Adeline saat Sadewa memeluk dirinya sembari menyenderkan kepala nya di pundak Adeline.

"jika malu disini bagaimana jika di dalam saja" tawar Sadewa tanpa merubah posisi nya.

Di jalanan sana, tampak dua ibu-ibu yang hendak berangkat kerja memetik sayur di kebun belakang Adeline. Ya, sejak usaha mereka ada kemajuan mereka membeli lahan kosong di belakang rumah mereka dan menanami nya sayur-sayuran. saat menanam Farhan akan meminta bantuan yoga dan saat panen ia akan meminta bantuan ibu-ibu.

"aduh mbak Adel, pagi-pagi Udah berjemur di temani suami lagi. Saya jadi iri" ucap salah satu ibu itu yang usianya mungkin sepantaran Adel.

"eh,, mbak Ningsih.. Hhe ini mas Dewa yang..."

"iya buk, saya pengen nemenin istri saya takut istri saya di ambil orang" sahut Sadewa cepat sembari mencium pipi Adeline.

Adeline melotot sebal sementara dua ibu-ibu itu hanya melongo. Selain tampan ternyata pria kekar itu juga romantis. Ahh pipi dua ibu muda itu jadi memerah. Apalagi Adeline yang justru di peluk erat oleh Sadewa.

Tak mau mengganggu waktu romantis pagi pasangan itu akhirnya mereka pun berlalu.

"aduh, suami mbak Adel ganteng banget sih"

"iya, pekerja nya aja ganteng pol begitu sudah pasti bos nya juga ganteng. Habis lah ibu-ibu waktu yang sudah membully mbak Adel. Sekarang suami nya datang mana ganteng lagi"

Ucapan mereka terdengar di telinga Sadewa dan Adeline karena mereka memang berbicara tanpa mengurangi nada bicara nya.

"huh, bisa-bisanya mereka membicarakan suami orang di depan istrinya sendiri" gerutu Adeline.

Sadewa pun terkekeh, ia semakin mengeratkan pelukan nya pada Adeline.

"hentikan. Anak mu kesempitan" geram Adeline.

Sadewa pun langsung melepas pelukan nya dan mengambil alih sang anak. Menciumi pipi bayi yang terlelap itu karena merasakan hangat-hangat sinar matahari pagi.

"aku akan ke dalam dulu mas"

Sadewa menatap Adeline kemudian mengangguk.

"aduhh anak papa ganteng banget sih.. Pasti mama kamu pas hamil kangen papa terus ya maka nya kamu mirip papa banget"

Adeline yang masih bisa mendengar perkataan Sadewa itu hanya menggelengkan kepalanya. Bahkan pengawal yang setia berdiri di belakang Sadewa pun tak mampu menahan tawa. tapi mereka tak mengeluarkan suara sebab takut akan bos nya.

sampai di dalam Adeline melihat Farhan yang sedang fokus pada laptop nya. Di samping laptop nya ada nampan yang masih utuh dengan makanan di atas nya. Adeline melihat jam, tampak sekarang sudah pukul 8 pagi.

"dek..." panggil Adeline.

Farhan menoleh ke arah sang kakak kemudian fokus ke laptop nya kembali.

"duduk aja mbak. Coba lihat, sekarang jambu kristal kita sudah meng-Indonesia. Berkat jus jambu kristal yang di produksi oleh perusahaan pak Santoso jambu kristal kita juga ikut terbawa. lihat ini mbak, ini pesenan untuk bulan ini"

Farhan menggeser laptop nya kemudian menunjukkan banyak nya pesanan di aplikasi hijau bisnis itu. Adeline tersenyum, bersyukur usaha mereka tak sia-sia.

"Alhamdulillah dek.. Nanti bisa di tabung, kamu juga jangan lupa kuliah kan mbak juga udah lahiran dan udah ada ibu"

Mendengar itu Farhan terdiam, mematikan laptop nya kemudian menyimpan nya di atas meja.

"mbak" panggil Farhan.

Adeline tak menoleh tapi menatap sang adik.

"mas Dewa...."

"mbak juga mai cerita, gimana menurut Kamu? kamu sendiri tau kan kalo mbak Adel mau nya menikah sekali seumur hidup. tadi malam...."

flashback tadi malam...

Adeline dan Sadewa duduk berdampingan dengan Arsen di gendongan Adeline. Arsen tampak terlelap di pelukan hangat mama nya.

"Adel.." panggil Sadewa.

Adeline menoleh, saat menoleh bibir nya hampir saja menyentuh pipi Sadewa.

"aku mau ngomong sesuatu"

Adeline mengangguk, jantung nya sudah berpacu begitu cepat apalagi tatapan mata Sadewa begitu lembut menatap nya.

"seperti kamu yang hanya ingin menikah sekali seumur hidup aku pun sama. Aku tau kita tidak pernah kenal, tak pernah memahami satu sama lain. tapi saat di dekat mu aku merasa nyaman. jadi bagaimana jika kita mengulangi semua dari awal? Kita belajar bersama, belajar untuk lebih mengenal, belajar untuk saling memahami"