Jiwa Tertukar Istri Terhina Dengan Gadis Bar-Bar Kaya

Sebulan kemudian persiapan pernikahan benar-benar disiapkan dengan mewah namun penuh pengamanan yang ketat.

Kakek Arsenio bahkan datang dari Italy beserta semua family-nya. Dua hari lagi pernikahan Arsenio dan Pamela akan diadakan di Mansion Osmond. Kini mereka sedang berkumpul di Mansion Graham, tentu saja Arsy dan Galaxy yang sudah resmi menjadi bagian keluarga Graham juga ikut berkumpul.

"Kakek, ini Arsy putri Paman Daniel dan itu yang sedang bersama seorang Bibi adalah putra Arsy, Galaxy." Arsenio mengenalkan Arsy pada adik Kakek kandung mereka.

"Sweety," Kakek Thomas memeluk Arsy dengan lembut, bahkan tak terlihat jika Kakek Thomas adalah seorang Mafia.

"Kakek, senang bertemu denganmu." Arsy akhirnya merasakan dipeluk seorang Kakek.

"Ya, ya. Kini kau sudah berada dalam penjagaanku, sayang. Jangan mengkhawatirkan hidup mu lagi ke depannya, biarkan Kakek menjagamu. Tua-tua begini, kakek masih ditakuti lawan," Kakek Thomas terkekeh.

"Terima kasih, Kakek."

"Bagaimana urusan perceraian, sudah selesai?" tanya Kakek Thomas.

"Menunggu ketuk palu, Kek. Semua bukti-bukti sudah memberatkan Killian," Arsenio yang menjawab.

"Kabar yang kudapat dari jaringan terpercaya, Killian masih terbaring koma," ujar Kakek Thomas.

"Benarkah? Pantas saja lelaki kejam itu tak pernah sekali pun datang ke pengadilan," jawab Arsy sedikit ada rasa lega mendengar Killian masih koma.

"Prosesnya menjadi lancar, seminggu lagi kau akan resmi bercerai, Arsy. Pengacara ku sudah memberitahuku tadi pagi," Arsenio merangkul pundak adik sepupunya dengan sayang.

Arsy tersenyum lega, "Aku masih belum menyangka semua bisa berakhir dengan baik, aku sepertinya agak trauma dengan laki-laki."

"Nanti Kakek kenalkan kamu dengan seorang pria, yang pasti dia akan bisa melindungi mu. Menghadapi keluarga Killian yang berada di Itali, kamu membutuhkan pelindung yang tepat." Kakek Thomas menepuk-nepuk pundak Arsy dengan penuh perhatian.

Ada seseorang yang panas mendengar obrolan mereka, Zayn bahkan mengepalkan kedua tangan. Dia baru saja datang, ingin membahas tentang keamanan di pernikahan nanti, namun malah mendengar wanita incarannya akan dijodohkan setelah resmi bercerai.

"Zayn! Kemari lah," Arsy sudah beberapa kali memanggil secara langsung nama Zayn tanpa ada embel-embel kakak lagi, menurut nya itu lebih pantas.

"Oh, hai." Zayn mendekat.

"Siapa?" tanya Kakek Thomas.

"Dia Kakak dari calon pengantin-ku, Kek. Namanya Zayn Osmond, dia banyak berperan penting menjaga dan menyelamatkan Arsy." Arsenio menduga Zayn mendengar obrolan tentang penjodohan Arsy, dia ingin memberi dukungan pada Zayn untuk bisa bersama Arsy jadi dia mengenalkan Zayn dengan pujian pada sang Kakek.

"Wah, kau anak muda yang berani! Aku harus berterima kasih padamu sudah menyelamatkan cucuku!" Kakek Thomas merangkul Zayn sebentar.

"Itu sudah kewajiban saya, Tuan." Jawab Zayn.

"Panggil aku Kakek, Nak. Seperti Arsenio dan Arsy, kau juga sebentar lagi akan menjadi bagian keluargaku."

"Baik, Kek."

Mereka melanjutkan mengobrol, sesekali humor Kakek Thomas keluar membuat mereka tertawa.

Di salah satu sudut ruangan, sepasang mata cantik menatap benci pada Arsy. Bagaimana tidak benci, sejak kecil hanya dirinya yang disayang dan diperhatikan Arsenio, kini kakak sepupunya itu terus saja memperhatikan Arsy dan sering mengacuhkan dirinya.

"Aku dengar Pamela dan Arsy sangat dekat seperti saudara, tunggu saja... aku akan menghancurkan keduanya!" Calista tersenyum dingin, dengan berwajah ceria dia mendekati Arsenio yang masih mengobrol.

"Kak," Calista menggeser tubuh Arsy yang berada di samping Arsenio lalu dia bergelayut manja seperti biasa di lengan Arsenio.

"Cal, kamu dari mana saja. Sudah berkenalan dengan Tuan Zayn," Arsenio melepaskan gelayutan Calista dari lengannya.

"Halo, aku Calista. Sepupu kesayangan kak Arsenio," Calista mengulurkan tangan pada Zayn.

"Aku sudah mendengar tentangmu dari Arsenio, aku Zayn." Lelaki itu menyambut uluran tangan Calista.

"Kau sudah besar sekarang, Nak." Ujar Kakek Thomas, namun tak ada lagi tatapan ramah dari sorot mata Kakek Thomas. Lelaki tua yang sudah makan asam garam kehidupan itu, tak menyukai sedikit pun sikap manja Calista pada Arsenio.

"Ya Kakek, aku sekarang sudah besar 'kan? Seharusnya aku yang menikah dengan Kak Arsenio, karena kami sangat cocok sejak kecil." Calista tanpa malu mengatakannya.

Mereka terdiam mendengar ocehan Calista.

"Astaga! Just kidding! Aku hanya bercanda, kenapa semua tegang, hihihi..." Calista terkikik.

Ketegangan pun mulai mencair lagi, tetapi Arsy merasa perkataan Calista sungguh tidak pantas untuk diucapkan. Dia ingat saat pertama kali dipertemukan dengan Calista sebulan lalu, Arsenio ingin Arsy bisa akrab dengan Calista karena mereka berdua sama-sama adik sepupunya. Satu dari pihak Ayah, satu lagi pihak dari Ibu Arsenio.

Satu ucapan Calista yang masih Arsy ingat sampai sekarang, itu sebuah teka-teki besar baginya.

"Kau hanyalah anak kemarin sore, kau baru mengenal Kak Arsenio. Jangan terlalu percaya padanya, memang dia akan sangat menyayangi mu karena kau keluarganya sama seperti ku. Namun ingat perkataan ku, keluarga adalah hal penting bagi Kak Arsenio. Apapun akan dia lakukan, sekalipun harus membunuh! Satu janjinya padaku, dia akan membalas orang yang sudah menyakitiku. Kau akan kaget saat tau semua kebenarannya!"

Saat itu Arsy terus memikirkan perkataan Calista padanya, apalagi sikap ketus Calista bahkan gadis itu sering merendahkan Arsy bahkan Galaxy. Jadi jujur sampai saat ini, Arsy tak ingin berada dekat dengan Calista apalagi akrab.

"Mommy!" teriakan Galaxy yang berlari mendekat membuyarkan lamunan Arsy.

"Aww! Dasar anak nakal! Kau terlahir dari Ibu rendahan, begini kelakuannya! Dress-ku kotor!" teriak Calista.

Galaxy seketika menangis, bocah itu berlari membawa eskrim di tangan nya tak sengaja tertempel di dress Calista karena anak itu mendekati Arsy yang berada tepat di sisi Calista.

"Maaf Calista, putraku tidak sengaja. Maaf, biar aku bersihkan," Arsy berusaha merendah karena dia tau putranya memang salah.

"Kau tak pernah mengajari putramu sopan santun! Bagaimana bersikap di depan orang dewasa! Hah!" bukannya memaafkan, Calista malah semakin menjadi.

"Begini lah didikan dari wanita sepertimu! Wanita yang tinggal di yayasan yatim piatu, tak pernah belajar tinggi! Kau mendatangi kak Arsenio, hanya ingin menjadi wanita kaya karena kau tak mau hidup miskin setelah berpisah dari suamimu! Menjadikan anakmu alat untuk merayu kak Arsenio, agar kau bisa masuk keluarga ini!" Calista memang sengaja ingin mempermalukan Arsy, agar semua keluarga dari Italy memandang rendah Arsy.

"Huwaaaa, Mommmy..." tangis Galaxy semakin kencang, Zayn bergerak cepat menarik lembut bocah itu lalu menggendong nya.

Wajah Arsy sudah memerah karena marah, menahan diri tak ingin mempermalukan Arsenio karena semua yang berkumpul adalah keluarga mereka dari Itali.

"Calista! Kau--"

Arsenio angkat bicara namun Arsy mencekal lengan kakak sepupunya itu agar tak ikut campur antara dua adik sepupunya. Arsy mengerti dengan jelas, sejak awal Calista sangat cemburu padanya karena perhatian lebih Arsenio padanya. Namun, bukankah itu hal wajar karena dia dan kakak sepupunya itu sudah terpisah lama?

"Nona Calista yang terhormat, kau boleh mengatakan dan menghina aku semaumu. Ta-pi... jangan pernah membawa-bawa putraku! Apa kau tadi bilang? Aku hanya menginginkan harta kak Arsenio karena ingin menjadi wanita kaya setelah aku bercerai bahkan menjadikan putraku sebagai alat. Asal kau tau Nona, meskipun aku bercerai putraku tak akan kekurangan. Mungkin kau perlu bicara dengan pengacaraku, agar kau tau 60 persen kekayaan milik keluarga Roderick adalah milik Galaxy dan aku adalah Wali-nya. Aku tak semiskin itu, Nona!" Arsy menatap dingin wajah Calista, biarlah disebut sombong yang penting putranya tidak ikut dihina, itu juga bisa menyentil kesombongan Calista.

"Tapi kau, Nona Calista. Berapa usiamu, 23 atau 16 tahun? Kau selama ini terus menjadi benalu, terus menempel pada kak Arsenio. Kau sudah bukan gadis kecil, kau sudah dewasa. Lalu kenapa kau selalu menadahkan tangan pada kakakku, menghabiskan uang kakakku tanpa mau bekerja! Disini kita lihat, siapa sebenarnya yang menginginkan harta kak Arsenio! Kau atau aku?!" murka sudah seorang Arsy yang selalu diam itu.

Kini pandangan semua orang mengarah pada Calista, mereka anak-anak bahkan cucu-cucu Kakek Thomas setelah cukup dewasa semuanya hidup mandiri. Jadi sekarang mendengar Calista selalu bergantung hidup pada Arsenio tanpa mau mandiri membuat mereka tersenyum sinis dengan pandangan merendahkan.

Senjata makan tuan! Calista ingin mempermalukan Arsy, tapi malah di skak mat oleh Arsy!