Note : Jangan di like kalau gak baca
Lucy mendapati dirinya berada di dunia lain yang tidak ia ketahui sebelumnya, tiba-tiba ia mengalami hilang ingatan. Dan menemukan identitas baru sebagai Putri Louise.
Cerita ini aslinya untuk ikut event
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuuki Haru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 : Lamunan
Sementara Louise sedang mencari tahu tentang keberadaan dari gadis yang mengenakan hoodie tersebut, Altair dan Felix malah kesal tentang hal lainnya.
"Naga panggilanku, bagaimana bisa ia membuatnya terlihat seperti badut dan menjadi sangat kecil?" gumam Louise sambil menggigit ujung kukunya. "siapa dia?"
Sedangkan gadis itu terlihat bersenang-senang dengan naga panggilan Louise yang sekarang berukuran seperti seekor anak anjing, mereka terlihat bersenang-senang bersama.
Hal itu di tanggapi sebagai sebuah penghinaan bagi Louise yang selalu menghormati tentang kekuatan alami, dan kehebatan dari dirinya, meski pemikiran Louise berhasil di patahkan oleh gadis misterius tersebut.
"Kenapa seluruh tubuhku terasa aneh, tanganku bahkan sampai gemetaran." Louise menatap tangan serta kakinya." ini bukan rasa takut, aku yakin itu 100%, tapi apa itu."
Berbagai perasaan Louise mulai bercampur aduk antara merasa lemah dan tidak percaya diri, juga kesal hingga ia tidak memperhatikan keadaan sekitarnya.
Sementars itu di sisi lain dengan penuh amarah Altair menantang Haruki untuk bertanding, mencari tahu siapa yang paling hebat antara mereka hal itu di setujui oleh Felix.
"Aku yakin kau bukan seorang pengecut, jadi lawan aku dalam pertandingan 1vs1." Altair memanggil seekor phoenix tingkat S. "Jangan harap aku akan mengalah hanya karena kau lebih tua, brengsek."
"Apa maksud perkataanmu 1vs1? bagaimana denganku?" Felix merasa di abaikan oleh Altair. "kita adalah sebuah tim yang hebat, ayo kita kerja sama."
"Hanya karena kita bekerja sama melawan naga non-elemen itu tidak membuat kita menjadi rekan." Altair mencoba memfokuskan kekuatannya. "ingat fakta bahwa kita adalah saingan dalam hal ini, untuk memperebutkan sesuatu."
Ternyata Felix tidak percaya dengan Altair, setelah apa yang telah mereka lalui tapi masih di anggap sebagai musuh, walau sebenarnya mereka tetap adalah rival untuk sebuah pertaruhan mental.
"Jadi kebersamaan kita selama ini tidak memiliki arti sama sekali?" Felix tersenyum sambil mengepalkan tangannya dengan erat. "Aku pikir kita telah menjadi sahabat."
"Kebersamaan? jangan bercanda, kita hanya bersama selama beberapa jam." Altair memutar mata tidak percaya bahwa ada orang se bodoh Felix. "di tambah lagi tujuan kita itu sama yaitu..."
"Bagaimana jika kalian bertarung satu sama lain? dari pada menantangku dalam pertandingan." Haruki berdiri dan duduk di samping Louise. "aku tidak punya waktu meladeni bocah seperti kalian."
"Diam kau." bentak Altair juga Felix. "di tambah lagi siapa yang kau panggil bocah?"
Awalnya mereka menatap satu sama lain, namun berakhir dengan tertawa bersama, yang mungkin mereka bisa menjadi sebuah tim sekali lagi, di sisi lain karena Altair juga Felix sedang membuat lelucon. Haruki mengambil kesempatan tersebut untuk dekat dengan Louise.
"Hey Haruki Siapa yang mengizinkan kau duduk di sebelahku?" Louise menghentakan kaki dengan perasaan marah, entah apa alasannya. "aku tidak ingat bahwa seorang pengawal sepertimu bisa melakukan sesuka hati."
Tapi perkataan Louise tidak di indahkan oleh Haruki untuk alasan tertentu. walau ia juga kadang-kadang masih terfokus pada urusannya dengan Altair juga Felix. Karena bosan melihat mereka, Louise memutuskan untuk pergi melihat siapa gadis misterius tersebut.
Walau mengenakan hoodie, tapi Louise merasa seperti ada sesuatu tidak asing dari gadis itu, meski tidak tahu apa itu namun hal itu semakin menaikkan tingkat penasaran dari Louise.
Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya atau mungkin mereka adalah sahabat, hal itu mulai berputar-putar dalam pikiran Louise, yang masih saja tidak mengerti apa-apa. Jadi ia memutuskan untuk mendatangi gadis itu, yang terlihat senang dengan kedatangan Louise, walau ekspresinya tertutupi oleh hoodie.
"Sepertinya mereka membuatmu kerepotan ya?" ucap gadis yang memakai hoodie tersebut. "tapi itu bukan urusanku, lagi pula lebih sedikit saingan lebih besar peluangku untuk menang."
"Saingan apa? terus menang dari apaan?" Louise terlihat kebingungan dan tidak mengerti dengan perkataan gadis itu. "aku tidak ingat ada sebuah pertandingan?"
Sepertinya Louise tidak mengerti dengan keadaan sekitar, tentang apa maksud dari semua itu, tiba-tiba ia mendapat sebuah ide keren mungkin luar biasa itulah yang ia pikiran tapi benar atau tidak tak ada seorangpun tahu.
"Wajahmu berkata bahwa kau tidak mengerti apapun ya?" gadis itu melepaskan hoodie yang ia kenakan. "Apa sekarang kau mengenalku."
"Roxy, apa maksudnya ini?" Louise menjadi tambah bingung bahkan menjadi sakit kepala. "bagaimana bisa kau mengalahkan naga non-elemenku?"
"Kau akan mengerti nanti, ngomong-ngomong Louise bagaimana jika kita tinggalkan saja mereka dari pada mendengar perbincangan mereka yang tidak masuk akal?" Roxanne mengulurkan tangan kepada Louise. "sedikit rileks tidak akan merugikan."
"Taman? atau ke perpustakaan?" Louise berbicara sambil memberikan ide. "aku tidak memiliki ide sama sekali."
"Bagaimana jika tempat berbeda, tempat yang jarang di kunjungi oleh orang-orang?" Roxanne menjentikkan jari serta memunculkan peta kerajaan itu. "kolam ikan."
"Kolam ikan? apa kita akan berenang di sana?" Louise merasa aneh jika harus melihat ikan berenang karena itu membosankan. "jadi kita duduk di mana?"
Roxanne merasa maklum dengan Louise yang jarang keluar rumah, karena ia juga hampir tidak pernah keluar tanpa izin dari orang tuanya untuk alasan tidak di ketahui, mungkin di larang oleh ayahnya atau lain hal.
"Di sana kan ada tempat duduk." Roxanne tersenyum. "kita bisa menikmati ketenangan di sana, apa lagi suara airnya begitu relax."
Tanpa mengatakan apa-apa Louise hanya mengangguk dan setuju untuk pergi ke sana bersama dengan Roxanne.
Beberapa saat kemudian Roxanne memanggil alat transportasi dari sihir dan membawa mereka ke kolam ikan dalam waktu tak kurang dari 15 menit. Namun ketika berada di sana Louise terhenti seperti sedang mengingat sesuatu, hal yang mungkin ada dalam novel tapi tidak dalam alur sekarang.
...****************...
...Sementara itu Louise seperti mengingat potongan dari cerita dalam novel di mana ia berada...
"Bukankah ini terlihat menyenangkan." Louise tertawa sambil duduk dengan santai di atas singgasananya. "jika kalian begitu sangat menginginkan cinta, maka ambillah semua sesuka kalian."
Suara tawa Louise menggema di dalam istana kerajaan, yang membuat lampunya bahkan sampai gemetaran.
Ketika semua orang putus asa, Louise malah tertawa bahagia ia bahkan tidak peduli betapa besar penderitaan yang telah ia berikan pada orang lain.
"Kenapa, kenapa kau melakukan ini pada kami?" ucap orang itu sambil menggertakkan giginya. "apa salah kami kepadamu?"
"Salah kalian?" Louise mengelus dagunya. "tidak ada, aku hanya ingin memberikan apa yang menjadi keinginan kalian, yaitu hubungan percintaan."
"Ini bukan percintaan tapi pemaksaan, monster seperti kau tidak akan mengerti apa itu cinta." orang itu mengeluarkan pedang dan melompat serta berniat melukai Louise. "lebih baik kau mati saja."
"Apa kau berniat membunuhku?" Louise tertawa sambil menutup mata dengan satu tangan. "apa kalian lupa ini adalah wilayah kekuasaanku? atau kalian berpura-pura tidak tahu?"
Seperti tidak ada harapan mereka hanya tertunduk sambil mengeluarkan emosi yang tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata.
"Aku Louise seorang Raja atas segala Raja, atau mungkin Ratu." Louise tersenyum dengan wajah sinis. "seluruh dunia ini adalah milikku, maka dari itu berlututlah di hadapanku, hama."