Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Apa yang tidak boleh diketahui oleh Daddy?" tiba-tiba terdengar suara yang ingin Airlen hindari untuk sesaat. Namun apa daya.. Keinginan tak sesuai kenyataan, dad Arkhan telah berada dihadapannya.
"Tidak tau anak mu ini, Mom kan hanya ingin menunjukkan screen saver miliknya saja. Tapi reaksinya seolah tengah menyembunyikan sebuah rahasia saja," ujar Granny Aerin.
"Screen saver??" ulang Airlen.
"Ya.. Memangnya apa lagi?" ucap Granny Aerin. "Atau jangan-jangan kau menyembunyikan sesuatu di dalam gadget mu itu?" sambungnya dengan curiga.
"Screen saver??" ulang Airlen lagi seraya melihat ke arah layar gedget nya. Dan...
"Pffffttt... Hahahaha...." tiba-tiba tawa Airlen meledak saat melihat gedget nya itu.
Saat kembali melihat layar gedget nya, tawanya pun kembali meledak. Begitu seterusnya hingga berulang beberapa kali, membuat Granny Aerin juga tuan Arkhana yang menyaksikannya jadi heran.
Segera Granny Aerin merampas gedget milik Airlen dan segera melihat layar yang membuat cucunya tertawa sampai sebegitunya.
Dan saat Granny Aerin melihat layarnya, tak ada yang aneh disitu hanya ada seorang anak yang begitu mirip dengan cucunya Airlen terpampang jelas di sana.
"Apanya yang lucu dari screen saver ini? Sehingga membuatmu tertawa terbahak-bahak seperti tadi?" ucap Granny Aerin seraya kembali menunjukkan layar itu pada Airlen.
Yang membuat Airlen sekuat tenaga menahan rasa ingin tertawanya kembali.
Ya, entah mungkin karena terkejut atau apa.. Sedari gedget Airlen berpindah tangan ke Granny Aerin sebelumnya, membuat fikiran Arsen di sana yang tiba-tiba kosong.. Memutuskan untuk hanya diam saja, tak bergerak sama sekali bagaikan patung. Itu sebabnya Granny Aerin menyangka gambar Arsen yang sedang melakukan panggilan video disangkanya adalah potret Airlen yang di jadikan screen saver.
"Apa sih, Mom? Coba mana Arkhan lihat," ucap tuan Arkhana.
Mendengar hal itu, Airlen sesegera mungkin memberi isyarat pada Arsen agar memutuskan panggilan video itu sebelum dad Arkhan nya melihatnya, karena tidak mungkin seorang tuan Arkhana Davidson akan juga terkecoh seperti granny Aerin.
Seperti saat ini, saat Airlen memberikan isyarat pada Arsen yang tetap saja diam seperti patung, tuan Arkhana yang tak sengaja melihat isyarat itu menatapnya curiga. Sementara Airlen yang juga merasakan kecurigaan daddy nya mencoba mengalihkan perhatian dengan berpura-pura bernyanyi diikuti gerakan-gerakan acak.
Tuan Arkhana yang semakin merasa curiga dengan tingkah sang anak, segera menghampiri dan segera mengambil gedget tersebut dari tangan Granny Aerin. Dan...
Gelap.
"Loh kok?? Kenapa mati?" ucap Granny Aerin karena begitu gedget itu berpindah tangan ke tuan Arkhana, gedget tersebut langsung mati.
"Mungkin lowbat Granny," ucap Airlen dengan tersenyum. "Selamat... Ada gunanya juga aku tidak mencharger gedget itu. Dasar Arsen bodoh! Kenapa dia sampai bisa kepikiran untuk menjadi patung seperti itu sih?! Ada-ada saja," sambungnya dalam hati.
"Airlen, ada yang mau Daddy sampaikan," ucap tuan Arkhana seraya menyerahkan gedget milik Airlen yang mati.
"Daddy mau menyampaikan apa? Sepertinya serius sekali."
"Daddy ingin kau...."
***
"Haah! Jantungku rasanya seperti berhenti berdetak," ucap Arsen setelah panggilan videonya terputus. "Huh! Ternyata ada untungnya juga gedget ku tidak aku charger. Haah... Selamat..." lanjutnya sembari kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.
"Astaga! Aku lupa!" seru Arsen saat mengingat sesuatu. "Aku harus segera mencharger baterai gedget ku," ucapnya lagi seraya bangkit dan mencharge gedget nya.
"Ayolah, ayolah... Cepat nyala..." ucapnya tak sabaran. "Good! Yang harus aku lakukan sekarang adalah bernego baru mengirim," ucapnya seraya mengetik-ngetik sesuatu di gedget nya itu.
Beberapa saat kemudian panggilan suara tertera di layar gedget nya.
"Ck, sudah ku katakan hanya lewat chat saja tak ada kata panggil-memanggil, ini justru ngeyel," gerutunya seraya menolak panggilan suara tersebut. "Aku putus sepihak baru tau rasa kau, orang dewasa!" ancamnya, yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.
"Hm... 50M?" ucapnya setelah menerima penawaran dari orang yang akan menjadi kliennya.
[Sudah saya katakan bukan diawal..?! saya tidak suka terikat. Saya hanya menawarkan dan menjual desain saya pada perusahaan yang saya sukai dan saya anggap pantas.] tulis Arsen dan mengirimkannya pada orang yang akan menjadi kliennya itu.
Dan disepakati.
Beberapa saat kemudian muncul notifikasi yang membuat Arsen tersenyum, yaitu transaksi berhasil.
"Bagus! Dengan begini mom tidak akan perlu bekerja keras lagi nantinya," ucap Arsen sembari tersenyum mengingat mommy nya, Clara. "Baiklah, satu selesai. Sekarang giliran Davidson Elektro..." ucapnya lagi seraya akan mengetikkan sesuatu lagi dalam gedget nya.
Namun, baru saja Arsen akan melancarkan aksinya, tiba-tiba terdengar suara teguran sembari merampas gedget miliknya.
"Jangan gedget terus... Mulai sekarang kau harus mulai kembali belajar!" ucap orang itu sembari melepas kabel pengisi daya.
"Mom!!!" seru Arsen karena terkejut atas kedatangan mommy nya.
Arsen pun melirik gedget nya yang saat ini dipegang Clara. "Hufft. Untung saja aku masih belum menulis apapun di sana. Jika tidak..." Arsen tak tahu lagi akan berkata apa jika itu sampai terjadi, yang jelas saat ini Arsen mengucap syukur dalam hatinya.
"Kenapa Mom kembali lagi?" tanya Arsen.
"Ini," ucap Clara seraya menyerahkan sebuah lembaran kertas.
"Apa ini, Mom?"
"Kau bacalah. Bukankah kau sudah bisa membaca?" ucap Clara. "Jangan bilang kau sudah lupa cara membaca akibat dari hanya main gedget terus," tukas Clara dengan tatapan menyelidik.
"Mana ada seperti itu, Mom..! Anakmu ini genius, mana ada kata lupa membaca!" elak Arsen. "Jadi, tolong kembalikan gedget Arsen. Please...." sambungnya seraya menampilkan puppy eyes nya.
"Baca dulu!" perintah Clara, yang membuat Arsen memanyunkan bibirnya namun tetap membaca lembaran kertas tersebut.
"Pendaftaran sekolah??" ucap Arsen seraya menatap sang mommy.
Clara pun mengangguk membenarkan sebelum berucap, "Kau isilah data-data yang diperlukan.. Setelah itu kembalikan ke Mommy,"
"Tapi kan Mom... Bukankah Arsen masih belum pindah sekolah?" tanya Arsen bingung.
"Mom sudah mengajukan permohonan pindah sekolah untukmu lewat situs online, dan mereka langsung menyetujuinya," ucap Clara.
"Benarkah?" ucap Arsen seraya memiringkan kepalanya curiga.
"Tentu saja," ujar Clara seraya memalingkan mukanya yang meringis karena tak biasa membohongi sang anak.
Namun Arsen takkan percaya begitu saja, mengingat jika sekolahnya dulu yang sangat amat mempertahankan seorang Arsen, Arsyana Firansyah.
"Mom melakukan apa sampai sekolah lama Arsen menyetujuinya?"
"Kau ini bicara apa! Sudah, anak kecil tidak perlu tau apa yang dilakukan oleh orang tua. Tugasmu hanya mengisi formulir pendaftaran sekolah itu, setelahnya langsung berikan pada, Mom," ucap Clara setelahnya langsung pergi.
"Mom!" panggil Arsen.
"Kenapa lagi, hem? Sudah Mom kata.. Kau__"
"Gedget Arsen??" sela Arsen seraya menengadahkan tangannya di depan Clara.
"Hm? Tidak boleh. Kau isi dulu formulir itu, baru Mom akan berikan gedget ini," ujar Clara yang ternyata salah duga akan panggilan Arsen.