"Aku dibenci nggak mati, kamu gak suka aku juga nggak tutup usia, selagi rasa nggak suka dan bencimu tidak menutup pintu rezekiku, aku tidak perduli." celetuk Joanna Eden dengan tatapan santai seolah tanpa beban dosa.
Awal mulanya dia masuk kedalam dunia mafia hanya karena sebuah misi pertolongan dengan membantu kakaknya Jordan Eden yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian untuk melakukan tipu daya agar bisa meringkus seorang Bos Mafia, tapi siapa sangka hal itu justru membuat Joanna terjerumus dalam gelombang asmara, lalu bagaimanakah kisah cinta Joanna? akankah dia bahagia atau nyawa yang akan jadi taruhannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34.Tersiksa menahan Rindu
Dua pekan sejak Jay Alisher resmi dijadikan sebagai penghuni sel tahanan, bukan Anna lah orang yang paling tersiksa karena kehilangan sosok Jay. Namun Jordan lah yang kini seolah tersiksa lahir dan batin, karena dia harus rela mengambil cuti panjang untuk mengurus adiknya.
"Dek, ayo makanlah, Abang sudah beliin berbagai makanan kesukaan kamu dari waktu kamu masih SD sampai masuk ke Perguruan Tinggi walau harus terhenti." Ujar Jordan dengan lesu, karena Anna sama sekali tidak mengisi perutnya dengan asupan makanan.
"Aku nggak lapar Bang." Jawab Anna sambil memalingkan wajahnya yang lesu diatas bantal yang mulai kempes karena Anna menindihnya setiap hari tanpa henti.
"Nggak lapar bagaimana, sudah hampir seminggu lebih kamu nggak makan nasi Dek, apa kamu punya cadangan nyawa, hah?" Setiap hari Jordan membuang makanan kesukaan Anna dulu, yang saat ini tidak tersentuh olehnya.
"Aku kan sudah diselang infus, itu sama aja dengan makanan Bang, jadi setidaknya aku tidak akan mati sekarang." Karena tidak ada asupan makanan jadi Dokter menyarankan Anna untuk menggunakan selang infus saja.
"JOANNA EDAAN!"
Dalam dua pekan ini Jordan sudah bolak-balik mencarikan Dokter terbaik untuk Anna, karena saat diperiksa Anna tidak punya penyakit yang serius, jadi selalu disarankan untuk rawat jalan saja.
"Eden Bang."
Anna bahkan masih kuat menyangkal ejekan Abangnya, walau berat badannya sudah turun drastis hanya dalam kurun waktu dua pekan saja.
"Kamu ini sebenarnya kenapa sih Dek, Abang sudah puyeng nyariin kamu Dokter tau nggak?"
"Ya udah sih, nggak usah repot-repot cari Dokter lagi, aku hanya butuh istirahat aja kok Bang." Jawab Anna dengan santai, walau tatapannya selalu kosong akhir-akhir ini.
"Istirahat yang seperti apa, kamu hanya terbaring diatas kasur setiap hari tau nggak, kalau tubuh kamu semakin membengkak wajar, ini tubuhmu hanya tersisa tulang sama kulit aja Anna." Jordan bahkan sampai lupa mengurus dirinya sendiri saat melihat kondisi Anna yang terpuruk seperti ini.
"Anggap saja aku puasa Bang."
"Puasa juga ada aturannya Dek, ada saat dimana kamu harus sahur dan buka puasa, bukannya tidak makan dalam kurun waktu dua puluh empat jam dalam seminggu, pusing tau nggak Abang lihatnya." Dia ingin sekali marah dan teriak-teriak seperti biasanya, namun dia tidak tega melihatnya.
"Kalau begitu Abang kerja aja, ngapain sih ngambil cuti panjang segala, nanti gaji Abang berkurang gimana?"
"Gimana Abang mau kerja kalau keluarga satu-satunya Abang kayak mayat hidup seperti ini, ayolah Dek makan sedikit aja ya, biar badan kamu bisa kuat, okey?" Jordan kembali mengambil makanan yang teronggok diatas meja, karena dia pun ikut tidak berselera makan jadinya.
"Aku bukannya nggak mau makan Bang, aku juga pengen makan bakso, mie ayam, batagor, siomay, dimsum, cilok, cimol, dan semua jajanan enak itu, tapi saat aku menelan makanan, perutku langsung berontak Bang, dan saat mual itu perutku sakit, kepalaku jadi pusing, aku nggak kuat Bang, hiks.. hiks." Anna hanya mampu terisak dengan tenaga seadanya, karena dia pun heran dengan dirinya sendiri.
Dia fikir dia akan baik-baik saja tanpa Jay, namun kenyataannya dia yang begitu tersiksa karena kehilangannya.
"Astaga Anna, sebenarnya kamu itu sakit apa Dek?"
"Aku nggak tahu Bang."
"Fuh, sudah tujuh Dokter Abang datangkan untukmu, tapi analisanya beda semua, apa kamu disantet ya Dek?"
"Mungkin Bang, tapi dukun mana yang mau nyantet aku Bang, kurang kerjaan banget dia ya kan?" Celetuk Anna yang sebenarnya menyangkal itu semua.
"Katakan dengan jujur, sebenarnya apa yang kamu pikirkan Dek?" Jordan merapatkan duduknya disamping Anna.
"Nggak ada Bang, aku santai aja." Jawab Anna kembali memalingkan wajahnya dan membuang arah pandangannya.
"Apa kamu merindukannya?"
Terbersit dihati Jordan, bahwa Anna bukan sakit raganya, namun jiwanya.
"Heh, merindukan siapa?" Ucap Anna pura-pura tidak paham maksud Abangnya.
"Jangan pura-pura bego, aku akan membawamu pergi mengunjunginya, jika keadaan kamu membaik, jadi kamu makan dulu okey?" Walau ragu, namun dia ingin memastikan hal itu.
"Tidak perlu Bang, aku baik-baik saja."
"Anna, apa kamu sungguh-sungguh menyukai mafia gila itu?"
"Sudahlah Bang, itu tidak penting lagi, semua sudah selesai sekarang." Anna tidak ingin Jay terkena masalah atau apapun itu hanya karena dirinya.
"Sekali ini saja, tolong katakan yang sejujurnya, Abang benar-benar takut terjadi apa-apa denganmu Dek, kamu satu-satunya keluarga Abang saat ini, please Dek." Jordan merapatkan pelukannya ditubuh Anna yang semakin mengecil itu.
"Hiks.. Hiks, Abang!" Dan pelukan Jordan mampu membuat tangisan Anna pecah malam itu.
"Katakan semua yang terpendam dihatimu Dek, Abang tidak akan marah denganmu, Abang begini karena Abang sayang kamu Dek!" Ujar Jordan sambil mengusap kepala Anna dengan lembut.
"A-aku, aku sangat merindukannya Bang, aku ingin selalu ada didekatnya, pikiranku bahkan semenit saja tidak bisa lepas darinya Bang, maafkan aku, hiks.. hiks." Akhirnya unek-unek itu pecah karena sebuah pelukan hangat yang mengalir ditubuhnya.
"Astaga Anna, kenapa kamu tidak jujur dengan Abang sih Dek?"
"Aku takut Abang marah karena Abang begitu membencinya, dan saat ini dia adalah mafia tahanan Abang."
"Abang memang sangat membencinya, tapi bukan berarti kamu harus tersiksa karena hal ini Dek." Dia pun tidak menyuruh Anna membenci mafia itu, dia hanya tidak setuju jika adiknya harus berhubungan dengan seorang mafia.
"Maafkan aku Bang, maaf karena aku terlanjur mencintainya." Anna akhirnya lega karena bisa jujur dengan Abangnya.
"Sungguh?"
"Hmm, aku pun tidak menyangka akan menjadi seperti ini, tapi semua yang dia lakukan kepadaku, berhasil membuat hatiku jatuh terlalu dalam dengan dirinya Bang." Sesak didalam hatinya perlahan mulai berkurang.
"Tapi kamu baru mengenalnya Dek, Abang sakit hati tau nggak, karena mafia gila itu sudah mengalahkan Abang yang sejak kecil hidup sama kamu."
"Abang cemburu dengan dia? Aku ini adik sedarah dengan Abang, jangan gila Abang ya?" Anna mencubit pinggang Jordan dengan deraian air mata.
Pletak!
"Aduh Bang, sakit." Anna mengusap keningnya, saat Jordan sengaja menyentil kening adiknya itu.
"Baguslah, berarti tubuhmu belum mati rasa, bukan cemburu karena cinta Joanna Eden, tapi Abang nggak nyangka aja kalau Mafia itu seolah lebih berarti bagimu, daripada Abang."
"Abang pun sangat berarti untukku." Anna kembali mengeratkan pelukannya, walau Jordan sering galak dengannya tapi dia tahu kalau sebenarnya Jordan sangat menyayanginya.
"Lalu apa buktinya, kamu nggak lihat perjuangan Abang biar kamu sembuh? semakin hari tubuhmu semakin melemah Anna."
"Maafkan aku Bang, aku tidak bermaksud membuat Abang susah."
"Astaga Anna, Abang benar-benar tak habis pikir denganmu, padahal Abang bisa mencarikan pria yang lebih baik dari Mafia itu, atau Abang bisa memberikan kamu fasilitas apapun dalam pencarian cinta sejatimu, selain dengan Mafia itu." Dia hanya khawatir saja dengan keselamatan Anna, karena menurutnya Jay itu bukan mafia biasa.
"Tapi Bang--"
"Abang hanya tidak ingin kamu menyesal diakhir nanti Anna, cobalah untuk melupakannya Dek, masih banyak pria yang lebih baik daripada dia dan tidak mengandung resiko nantinya, atau kamu bisa memulainya dengan Komandan Abang?" Jordan kembali mengingat sosok komandannya yang memang sudah menaruh hati sejak lama dengan Anna.
"Maksud Abang siapa?"
"Cobalah memulai lembaran baru dengan Ghavin, dia seribu kali lebih baik daripada Mafia itu, dan poin yang paling penting adalah Dia sudah menyukai kamu sejak lama." Jika Ghavin yang saat ini meminta untuk menikahi Anna pun, Jordan rela dengan senang hati, karena Anna pasti akan aman pikirnya.
"Maksud Abang, Uncle Ghavin suka denganku, begitu?" Tanya Anna yang seolah tidak percaya akan hal itu, karena dia sudah menggangapnya sebagai anggota keluarganya sendiri.
"Hmm, dia bahkan sangat mencintaimu dalam diam selama ini." Ujar Jordan yang ingin Anna mengerti.
BRAK
PYAR
"Aish, siapa itu!"
Namun tiba-tiba terdengar suara-suara aneh dan barang yang pecah diluar sana.
"Abang, aku takut Bang!" Anna langsung memeluk lengan Jordan yang langsung waspada.
"Tetap disini, Abang akan memeriksanya, jangan pergi kemana-mana okey?" Jordan langsung berlari kearah pintu dan segera mengunci pintu kamar Anna dari luar.
Tubuh Anna yang memang sangat lemah itu tidak bisa bergerak kemana-mana, walau dia terlihat sangat ketakutan, karena akhir-akhir ini selain tersiksa menahan rindu dengan Jay, Anna pun selalu dihantui rasa takut, jika ada anak buah Jay yang mencoba untuk membalas dendam dengan dirinya karena sudah menjebloskan Bos mereka kedalam jeruji besi.
semangat berkarya thor...
ditunggu karya selanjutnya
yaaaa aammpuunnnnn...
kocak abiz mereka itu...
btwxakhirnya up date...
mkasi byak ya aa kaakkkk
❤❤❤❤