Seringkali hal-hal yang menakjubkan berada di tempat yang dipandang sebelah mata. Layaknya mutiara hitam, kecantikannya tersembunyi di dalam kerang yang kumuh.
__________________________________________
"Orang-orang hanya tahu dengan namaku. Menghinaku karena pekerjaanku. Tapi, mereka tidak pernah tahu dengan cerita hidupku."~~~ Ara, gadis berusia 25 tahun itu diberi julukan mutiara hitam oleh warga sekitar tempat tinggalnya karena bekerja disebuah club malam.
Hingga suatu hari, karena insiden kecil membawa Ara kedalam hubungan pernikahan kontrak dengan laki-laki yang bernama Reynan, dengan kata terpaksa. Ara membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya. Sedangkan Reynan membutuhkan istri untuk memenuhi syarat hak waris perusahaan keluarganya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. RODA KEHIDUPAN
^^^6 TAHUN KEMUDIAN...^^^
...🍂🍁🍁🍁🍂...
'Aku tidak tahu di mana keberadaan mu sekarang, tapi aku yakin kau pasti masih mengingatku, seperti yang aku katakan enam tahun yang lalu.' Gumam Rey dalam hati. Kedua tangannya bergerak lincah memasang dasi dilehernya, sedang tatapannya tak lepas menatap pantulan dirinya di cermin berukuran besar.
Usai memasang dasi, Rey meraih jas diatas tempat tidur yang telah disiapkan oleh art sesaat ia sedang mandi. Jas hitam pekat itu melekat sempurna ditubuh atletisnya yang membuatnya terlihat semakin tampan. Banyak wanita yang berlomba mendekatinya, terlebih setelah ia resmi menjadi direktur utama perusahaan peninggalan papanya, tetapi tidak ada satupun yang menarik di matanya. Menurutnya, wanita-wanita itu hanya mendekatinya karena uang.
Setelah perceraiannya dengan Ara enam tahun yang lalu, ia benar-benar menutup hati untuk makhluk yang bernama perempuan. Baginya semua perempuan itu sama, mereka tidak mempunyai hati. Mereka berbuat tanpa memikirkan perasaan orang lain yang tersakiti karena perbuatan mereka. Seperti tante Melda dan Sherly contohnya, tapi sekarang mereka berdua sudah mendapatkan ganjarannya. Yah, hukuman dari alam atas perbuatannya sendiri.
Dan Ara, wanita yang tiba-tiba meminta pembatalan kontrak pernikahan sebelum tiba waktu yang telah ditentukan, ia yakin mantan istrinya itu juga tidak bisa hidup tenang setelah apa yang ia lakukan malam itu. Bayang-bayang nya akan terus menghantui Ara.
"Rey, ayo sarapan." Panggil mama Winda dari balik pintu kamar.
"Sebentar Ma," sahut Rey, ia lalu bergegas memakai sepatu kemudian keluar kamar.
"Duh, anak Mama tampan sekali tapi sayang, belum punya pendamping." Pujian berujung olokan itu tak bosannya mama Winda ucapkan setiap pagi. Berharap Rey mau membuka hati dan mau mencari pasangan hidup.
"Mama tidak perlu menyindirku, nanti kalau sudah tiba waktunya aku juga pasti akan menikah, Ma." Kata Rey sembari menggandeng tangan mamanya.
"Tapi kapan Rey? Teman-teman Mama sudah pada gendong cucu, Mama aja yang belum. Dan itu si Farhan manager perusahaan, sekarang istrinya sudah hamil lagi anak ke dua. Kamu masa direktur utama, calon aja belum punya." Raut wajah mama Winda seketika saja berubah murung, ia jadi teringat Ara. Andai saja dulu ia bisa membujuk Ara agar tidak bercerai dengan Rey, mungkin saat ini ia sudah mempunyai cucu yang lucu-lucu.
"Mama gemesin tahu kalau lagi cemberut gitu," Rey terkekeh pelan sembari mencubit gemas pipi sang mama.
"Mama lagi gak bercanda ya Rey." Mama Winda balas mencubit lengan putra semata wayangnya itu. "Udahlah, percuma Mama ngomong sama kamu, kamu juga gak bakal bisa ngertiin keinginan Mama."
"Aku bukan gak ngerti keinginan Mama. Aku bakal nikah kok, tapi setelah aku menemukan wanita seperti Mama, yang hanya setia pada satu laki-laki." Ujar Rey tersenyum. Tapi itu hanya untuk menghibur sang mama. Hingga saat ini sulit sekali rasanya untuk membuka hati setelah pengkhianatan Sherly dan perceraiannya dengan Ara.
"Gak bakal ketemu kalau kamu cuma sibuk kerja aja, gak meluangkan waktu untuk mencari pasangan hidup." Cicit mama Winda. "Udahlah gak usah dibahas lagi, mending sekarang kamu sarapan terus berangkat ke kantor." Mama Winda lalu menarik tangan Rey menuju ruang makan.
Sebenarnya Rey merasa enggan untuk sarapan bersama, apalagi harus bertemu dua orang yang membuatnya tak lagi mempercayai tentang cinta. Tapi demi menghargai sang mama dan tradisi yang tidak bisa dihilangkan dalam keluarganya, ia harus selalu menahan diri.
Sesampainya di ruang makan, Rey menarik kursi untuk mama Winda, setelah mamanya duduk iapun duduk di kursi utama dan mengabaikan keberadaan orang-orang yang lebih dulu berada di ruang itu.
Semuanya makan dalam diam, hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Rey melirik kearah mamanya yang makan dengan begitu tenang, persis seperti kepribadian sang mama yang selalu tampak tenang. Tapi akhir-akhir sedikit cerewet karena dirinya tak kunjung mencari pendamping.
Lirikan Rey lalu berpindah pada tante Melda. Adik papanya itu terlihat kesulitan menyuapi dirinya sendiri karena tangan kanannya yang pernah cidera saat mengalami kecelakaan. Bahkan kedua kakinya mengalami kelumpuhan permanen dan hanya bergantung pada kursi roda. Saat itu tante Melda mengejar om Gio yang pergi meninggalkan rumah, namun dirinya justru celaka karena tidak memperhatikan jalan. Sebuah minibus melaju dengan kecepatan tinggi dan menghantam tubuh tante Melda hingga terpental beberapa meter. Dan om Gio sendiri sampai saat ini tidak pernah kembali, menggantung status tante Melda tanpa kepastian.
Kemudian Rey berpindah melirik Sherly sekilas, yah hanya sekilas namun ia masih bisa melihat memar disekitar bibir dan memerah dipipi. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah perbuatan Arsen. Yah, tiga tahun lalu adik sepupunya itu menikahi mantan kekasihnya. Tapi bukan kebahagiaan yang didapatkan Sherly, mantan kekasihnya itu justru hidup sengsara karena sikap temperamen Arsen. Tak jarang ia mendengar sepasang suami-istri itu bertengkar yang berujung dengan kekerasan fisik. Bahkan batin Sherly pun selalu tersakiti karena Arsen yang suka bergonta-ganti pasangan di luar sana yang tak lain adalah para model di agensinya.
Rey tersenyum masam di sela-sela mengunyah makanannya. Begitulah perputaran roda kehidupan. Yang dulunya hidup penuh kenikmatan, kini menjalani hari-harinya dengan penuh kesengsaraan karena sebab akibat dari perbuatannya sendiri.
"Arsen, nanti tolong anterin Mama ke rumah sakit ya." Ujar tante Melda.
Arsen melirik mamanya itu dengan tatapan tak suka kemudian membanting sendoknya lalu berdiri, "Kalau Mama mau ke rumah sakit, minta anterin sana sama Art, atau suruh dia yang anterin Mama." Ujarnya sembari menunjuk Sherly, lalu gegas meninggalkan ruang makan dengan perasaan kesal. Semenjak tahu dirinya ternyata bukan anak kandung papa Gio, ia jadi membenci kehidupannya. Bahkan membenci mamanya sendiri yang sudah melahirkannya ke dunia ini dengan asal usul yang tidak jelas siapa ayah kandungnya.
Kedua mata tante Melda berkaca-kaca menatap kepergian Arsen, putranya yang dulu selalu memanjakan dirinya kini jangankan diajak bicara, menatapnya pun seakan tidak sudi.
"Sudah gak apa-apa, biar aku nanti yang mengantarmu ke rumah sakit." Ujar mama Winda sembari mengusap punggung tangan adik iparnya itu.
"Biar aku aja, Tan." Sahut Sherly cepat, karena hanya seperti itulah dia bisa keluar rumah. Arsen tidak pernah memberinya izin untuk kemanapun. Suaminya itu akan memukulnya bila ketahuan pergi tanpa seizinnya.
Mama Winda hanya mengangguk lalu kembali melanjutkan makannya. Ia pun sebenarnya enggan Sherly berada di rumahnya, tapi mau bagaimana lagi, Arsen yang membawanya tinggal. Setelah tahu Sherly adalah mantan kekasih Rey yang memiliki hubungan gelap dengan Arsen, ia pun turut tidak menyukai wanita itu.
"Ma, aku langsung berangkat ke kantor ya." Ujar Rey setelah selesai sarapan. Pria yang tampak gagah itu beranjak dari tempat duduknya lalu mencium punggung tangan sang mama.
"Hati-hati di jalan Rey," ujar mama Winda seraya mengusap pucuk kepala putranya.
Rey mengangguk sambil tersenyum kemudian gegas meninggalkan ruang makan.
Sherly menatap punggung kokoh Rey hingga hilang dari pandangannya. Rey, kekasihnya yang telah menjadi mantan dan sekarang menjadi kakak iparnya, tapi bagaikan orang asing meski tinggal di bawah atap yang sama. Bila berpapasan pun Rey seakan tidak melihatnya. Terkadang ia ingin berteriak pada semesta agar mengembalikan kehidupannya yang dulu, meski ia tahu itu sangat mustahil. Tidak ada yang bisa ia perbuat selain pasrah menerima takdirnya.
jdi orang kok nggak tau terimakasih banget