Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan bagiku,
Tahun pun telah berlalu dan waktu telah menjawab segala perbuatan seseorang.
Cinta itu datang kembali namun tidak sendiri, suamiku yang telah mencampakkan diriku dengan talak tiga yang ku terima secara mendadak. Kini Dia datang kembali di saat sebuah cinta yang lain telah menghampiri diriku yang sebenarnya telah menutup hati untuk siapapun..
Siapa yang harus aku pilih? Sedangkan hati ini masih ragu untuk melangkah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeritan Nimashasy
Kegiatanku sudah dipastikan padat, dan membutuhkan sedikit tenaga extra, para karyawan modiste saling giat dan konsentrasi mengerjakan pemesan, kali ini khusus untuk menangani sarimbit yang akan di kenakan pada acara pertunangan Ratih dan Rudi.
Pada saat menangani pemotongan kain yang akan mas Dian kenakan mendatang, entah kenapa kembali aku teringat ketika tangan hangat itu meraih tanganku lalu menciumnya, ah.... Kalau boleh aku jujur aku sangat menikmatinya, konyol sih tapi memang ini yang terjadi padaku, aku takut rasa ini semakin hari semakin membuatku lemah saja.
"Mbak Lintang, kok senyum-senyum sendiri sih! Hayoo.... Ada apa hayooo....?" Ledek salah satu karyawan modiste, tanpa sepengetahuanku dia rupanya mengamati tingkahku tanpa bisa aku kendalikan.
"Idih orang sedang kasmaran juga, ishh... Kamu kepo Yun, ha ha ha..." Anik yang saat ini kebetulan datang ke rumahku begitu saja ikut menimpali selorohan si Yuni.
"Yaa... Setelah sarimbit untuk mbak Ratih, kita bikin model lain daripada yang lain untuk sarimbit nya mbak Lintang, he he he," salah satu dari mereka kembali menimpali gurauan Anik dan Yuni.
Begitulah kami selalu bercanda disela-sela waktu longgar, hingga batas sebagai pemilik usaha dan karyawan sangat tipis.
"Mbak Lintang ada telpon dari TK pembina!" Tutik berlari menghampiri ku dengan muka terlihat sangat gugup.
"Shasy mbak.... Shasy...!"
"Kamu kenapa Tutik, mana paman?" Aku kembali menanyakan keberadaan ayahku yang biasanya selalu dengan Shasy kemana-mana.
Tidak menunggu lama, ku pencet nomor telepon TK Pembina. "Selamat siang, saya mamanya Shasy maaf ada apa ya Bu?" Tanyaku sedikit heran, karena baru kali ini sekolah meneleponku.
"Maaf Bu, tiba-tiba Shasy histeris ketika seorang laki-laki dan ibu-ibu datang ke sekolahan dengan mengaku sebagai papa dan neneknya, tapi petugas keamanan komplek TK pembina sudah bisa, memberikan pengertian kepada mereka untuk meninggalkan lokasi, tapi Shasy sepertinya mengalami trauma Bu, mohon segera datang dan menenangkan keadaan Shasy, segera!"
"Mas Iwan...!"
Jederrrr..... Suara dari ponsel begitu perih menyayat hatiku, sepatah katapun tidak sanggup aku ucapkan, "Bu Lintang.... Hallo Bu...Tut....Tut..."
"Lintang... Kamu kenapa?"
"Anik tolong handle semua, maaf aku harus menjemput anakku!" Kutinggalkan mereka yamg masih bingung apa yang telah terjadi.
"Oalah... Ada apa ini Lintang, cepat cari paman di balai desa, Tutik," ibuku bahkan ikut panik dan menyuruh Tutik untuk ke balai desa mencari ayah yang sedang menghadiri acara bakti sosial penduduk.
Motor matic yang ku kendarai dengan kecepatan di batas kesadaranku, aku bahkan lupa area, yang ada di benak pikiran ku adalah Putriku, dan tindakan mas iwan bersama mantan ibu mertuaku sungguh keterlaluan.
Aku berlari begitu saja tanpa menghiraukan sekitar, yang masih ramai oleh beberapa guru dan penjaga kompleks area sekolahan.
"Mama....mama.... Shasy mau pulang maaa.... Shasy nggak mau maa....!" Dengan mata kepala sendiri aku menyaksikan anakku bersembunyi di balik tumpukan bangku-bangku bekas di gudang belakang sekolahan, menangis dan menjerit.
Guru pendamping bahkan ikut menangis meratapi trauma putriku yang sudah pada tahap trauma kompleks.
"Sayang...ini mama nak, keluar sayang... Mama akan melindungi Shasy, Shasy....Shasy...!" Kakiku serasa membatu, hingga melangkah saja aku tidak mampu.
"Pergiii... pergiii, Shasy mau mama... Shasy tidak mau papa, pergiii!" Teriakan Shasy semakin histeris, dan pada saat yang hampir sama ayah datang tepat waktu dengan beberapa guru laki-laki dan satpam, untuk mengangkat bangku-bangku bekas, dan ayah segera mungkin menyeruak masuk kedalam. Mengendong putriku yang tiba-tiba kejang dengan bibir membiru.
Teriakan histeris para guru yang mendapati kondisi putriku, semakin membuat tubuhku lemas tidak bertenaga hanya untuk sekedar melangkah mendekati ayah, yang mengendong Shasy.
"Shasy, bangun nak... Ini mama sayang...!" Ayah memberikan Shasy padaku sekuat tenaga kuraih putriku ku peluk dan ku bisikkan sesuatu di dekat telinganya.
"Kita bawa ke rumah sakit Bu, ayo silahkan..!
Aku berlari menuju mobil yang sudah disiapkan, ayah selalu berada disampingku, membalurkan minyak kayu putih dan memberikan support padaku agar lebih tenang.
"Sayang ini mama nak, kita pulang yuk sayang, di rumah kakek menunggu boneka rabbit kesayangan Shasy, bangun sayang..!" Perlahan aku berdiri ku gendong putriku seperti disaat kami sedang bercanda, dan keajaiban itu benar-benar terjadi.
Kejang yang dialami putriku berangsur-angsur membaik, matanya terbuka lalu tersenyum dan merangkul erat-erat leherku seolah-olah tidak ingin terlepas walaupun sedetik saja.
Perjalanan menuju rumah sakit umum tidak terlalu memakan waktu lama, ayahku mengambil alih Shasy dan membawanya masuk ke UGD.
Perawat segera menangani dan memberikan pertolongan pertama, dan tidak berapa lama dokter spesialis anak-anak datang, memeriksa dan menanyakan kronologi kejadian pertama, hingga terjadi trauma kompleks.
"Ayah... Yang selama ini saya takutkan terjadi juga hari ini, saya harus bagaimana, ayah?" Aku tidak perduli dimana aku berada, tangisku kali ini merasa lelah dengan semua kelakuan keluarga mas Iwan yang tidak pernah bosan-bosannya memberikan luka.
"Ayah akan membuat perhitungan dengan Iwan, ini sudah tidak benar Lintang! Kalian sudah cerai hak asuh anak jatuh pada dirimu, sebab Iwan tidak menginginkan kehadiran putri kalian dalam kehidupannya,"
"Kamu tunggu disini, hubungi nak Dian! Ayah akan pulang memberi tau ibu!" Ayah mengelus kepalaku dan memelukku seakan beliau berusaha memberikan kekuatan padaku.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
KEJADIAN SEBELUM SHASY HISTERIS
Iwan bersama Bu Lestari mendatangi TK Pembina dimana Shasy mengikuti sekolah tingkat taman kanak-kanak.
Iwan mengetahui tempat ini dengan cara telaten membuntuti ayahnya Lintang dan tanpa sepengetahuannya, tujuan Iwan datang adalah mengambil Shasy secara tidak diam-diam dari Lintang dengan dalih sebagai orang tua laki-laki Shasy.
"Kalian ini apa-apaan, saya ini neneknya, dan ini papanya masa tidak boleh menemui cucu dan anak sendiri, sekolahan macam apa ini?" Kemarahan bu Lestari mendapat respon dari kepala pembina.
"Ibu... Saya mohon maaf ini bukan tentang siapa dan bagaimana, kami harus memastikan dulu dengan menelepon orangtuanya Shasy, tunggu sebentar!" Disaat kepala pembina sedang menghubungi Lintang, Bu Lestari berjalan mendekat dan berusaha meraih tubuh kecil Shasy.
Namun semua hanya tinggal harapan ketika shasy spontan histeris disaat Iwan juga tiba-tiba datang dan berusaha memeluknya.
Adu mulut antara Bu Lestari dengan guru pembimbing semakin memberikan trauma Shasy memuncak hingga pengejaran yang di lakukan Bu Lestari hingga membuat Shasy berlari menuju gudang tempat penyimpanan bangku dan kursi yang sudah tidak terpakai.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
To be continued 😉
Sedih sih bestie 🤧 anak sendiri dibikin trauma, gimana coba 😭. Dahlah bagi saran ini nenek nenek enaknya diapain yak 🤭, lanjut aja lagi yuk! like plus komen donk bestie 😘
Salam Sayang Selalu by RR 😘
awassss lohhh anumu ntar di sambel sama bini sahnya