Dambi nekat mencari gigolo untuk memberikan keperawanannya. Ia pikir kalau dirinya tidak perawan lagi, maka laki-laki yang akan dijodohkan dengannya akan membatalkan pertunangan mereka.
Siapa sangka kalau gigolo yang bertemu dengannya di sebuah hotel adalah profesor muda di kampusnya, pria yang akan dijodohkan dengannya. Dambi makin pusing karena laki-laki itu menerima perjodohan mereka. Laki-laki itu bahkan membuatnya tidak berkutik dengan segala ancamannya yang berbahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Orang-orang mulai berdatangan. Dalam sekejap restoran yang dipakai untuk membuat pesta reunian Angkasa dan teman-temannya penuh. Ada Kevin juga, kakaknya Yuka. Ternyata mereka sekampus dulu. Kevin datang sendirian, tidak seperti yang lain, yang kebanyakan membawa pasangan. Termasuk Angkasa tentunya.
Dambi merasa sedikit pengap. Tempat ini sangat ramai, di tambah lagi dirinya tidak mengenal rata-rata dari mereka. Hal itu membuatnya merasa canggung dan makin tidak suka berlama-lama di pesta ini. Ia menahan diri sejak tadi karena menghormati Angkasa sebagai tunangannya.
Ketika melihat Angkasa sedang sibuk berbincang dengan Kevin dan salah satu teman pria mereka yang dikenalnya, Dambi lalu menggunakan kesempatan tersebut buat pergi ke toilet.
"Mau kemana?" Dambi menoleh kebelakang menatap Angkasa yang tiba-tiba meraih tangannya. Ternyata di sela-sela kesibukan pria itu berbicara dengan para sahabatnya, dia masih bisa memperhatikan gerak-gerik Dambi.
"Toilet." sahut Dambi mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Angkasa. Dia tidak enak karena banyak pasang mata yang melihat.
"Mau ku antar?"
"Nggak usah! Dambi menggeleng cepat. "Aku bisa sendiri. Kamu ngobrol aja sama sahabat-sahabat kamu." tambahnya. Masa iya dirinya semanja itu, sampai mau ke toilet saja di antar. Apa kata teman-temannya pria itu nanti.
Setelah berkata begitu, Dambi lalu melepaskan genggaman Angkasa dan berbalik pergi menuju toilet. Angkasa terus mengamati gadis itu sampai gadis itu menghilang dari hadapannya.
"Tenanglah, tidak perlu khawatir. Dia hanya ke toilet." bisik Kevin pelan. Mau tak mau Angkasa kembali mengobrol dengan mereka. Kali ini bertambah dua orang yang bergabung dalam obrolan mereka.
***
"Kau lihat perempuan yang bersama Angkasa? Aku dengar mereka sudah bertunangan."
"Tunangan? Jadi perempuan itu tunangannya Angkasa? Aku pikir Angkasa akhirnya akan bersama Milka.
"Mm, aku juga. Padahal Angkasa dan Milka sangat serasi. Milka bahkan jauh lebih baik dari perempuan itu. Aku heran kenapa Angkasa malah memilih perempuan muda yang keliatan tidak punya apa-apa itu. Bahkan urusan ranjang, Angkasa pasti harus banyak mengajarinya. Jelas sekali perempuan itu tidak punya pengalaman.
"Hahah, kalau aku jadi Angkasa aku akan memilih wanita cantik dan berkelas seperti Milka."
Dari dalam salah satu bilik toilet, Dambi berusaha menahan diri untuk tidak keluar dan melabrak para wanita yang tengah membicarakan dirinya tersebut. Telinganya panas. Dia tidak terima dikatai seperti itu.
Memangnya kenapa kalau dia bertunangan dengan Angkasa? Apa hak mereka mencampuri? Dan siapa, Milka? Darimananya wanita itu lebih cocok bersanding dengan Angkasa? Sialan. Mereka bahkan mengatainya tidak ada pengalaman.
Dambi membuang nafas kasar setelahnya. Dia membenarkan tentang dirinya yang tidak ada pengalaman sama sekali. Bahkan dalam hal berciuman Angkasalah yang aktif. Yang dia lakukan hanya diam, bahkan tidak membalas ciuman pria itu. Apa nanti Angkasa akan bosan padanya dan mencari wanita lain yang lebih berpengalaman?
Otak Dambi mulai dipenuhi dengan segala pikiran negatif. Entah kenapa dia merasa tidak rela kalau sampai Angkasa mencari wanita lain gara-gara bosan padanya. Tidak, tidak. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dengan langkah pasti, Dambi keluar dari bilik tersebut. Dua wanita yang bergosip tadi masih ada. Mereka tampak kaget dan langsung berubah salah tingkah ketika menyadari keberadaan Dambi. Dambi sendiri mengangkat dagunya tinggi-tinggi lalu melewati mereka dengan gaya angkuh. Ia tidak boleh terlihat lemah didepan mereka. Bisa-bisa mereka akan selalu berbuat seenaknya lagi.
Saat kembali ke ruang pesta, Dambi melihat Angkasa saat ini sedang berbincang dengan seorang wanita yang namanya Milka itu. Jelaslah hatinya makin panas. Sebenarnya apa hubungan Angkasa dan wanita itu dulu, kenapa banyak orang yang bilang mereka serasi. Dambi tidak tahu kenapa dia marah, tapi saat ini sepertinya dirinya memang sedang cemburu. Dirinya tidak mau kalah dari wanita bernama Milka itu.
Lalu dengan gerakan cepat dirinya berjalan menghampiri Angkasa. Bahkan ketika sampai, gadis itu langsung menyusupkan tangannya ke lengan Angkasa. Tindakannya sontak mengundang perhatian banyak orang. Biasanya Dambi tidak suka mendapat perhatian seperti itu, tapi malam ini dirinya tidak peduli.
"Aku mau pulang sekarang." katanya berjinjit sedikit agar bisa berbisik ditelinga Angkasa. Angkasa sendiri tampak bingung melihat Dambi yang terlihat kesal.
"Kenapa? Ada yang membuatmu kesal?" Angkasa balas berbisik. Dambi melirik Milka sekilas lalu menatap Angkasa lagi.
"Nggak ada," jawabnya ketus. Angkasa terkekeh. Tidak ada tapi mukanya kesal begitu. Pria itu lalu mengusap-usap kepala Dambi lembut dan penuh sayang, sampai-sampai semua penghuni pesta makin heran dibuatnya. Karena itu adalah pertama kalinya laki-laki dingin seperti Angkasa bersikap sangat manis pada perempuan.
Milka yang berdiri didepan mereka merasa cemburu setengah mati. Ia juga malu. Habis ini pasti mereka semua akan bergosip tentang dirinya yang gagal mendapatkan hati Angkasa setelah bertahun-tahun mengejar pria itu. Angkasa malah memilih bertunangan dengan gadis yang jauh lebih muda dari mereka.
"Baiklah. Kita pulang sekarang." gumam Angkasa sambil merapikan anak rambut Dambi yang berantakan. Pria itu tahu sejak tadi Dambi memang tidak begitu senang berada di pesta ini. Karena dirinya sendiri pun tidak begitu antusias ikut pesta ini. Ia datang ke pesta karena dirinya sudah terlanjur berjanji pada Kevin. Dan tentu saja karena ingin orang-orang itu tahu tentang Dambi.
Dengan lembut Angkasa menggenggam jemari Dambi dan membawanya keluar dari ruangan tersebut.
Dambi oh Dambi