Kamu punya pengalaman unik bersama pasangan yang dingin? Katanya, bisa mengakibatkan pilek setiap hari, loh.
Duh, kalau hidung yang pilek boleh lah minum obat, tapi, kalau hati yang terus merasa terabaikan bagaimana?
Yuk, simak kisah Jedar (Jeje dan Darren) dalam menjalani kisah cintanya yang begitu menggemaskan.
Jika suka jangan lupa untuk like dan komen di setiap bab, saranghaeyo 💙
Jangan lupa untuk rate Bintang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serba Tidak Tau
Tidak enak hati, ya, Jeje merasa tidak enak pada Sam dan Viona.
Sekarang, Jeje yang sedang duduk di teras bersama Arum itu melihat mobil Justin, pria itu tengah mengantarkan Rossi dan Jeje menarik nafas.
Ia kembali menatap ponselnya dan ponsel itu terlihat sepi.
"Kenapa, Je?" tanya Arum dan Jeje menjawab dengan menarik nafas.
"Pasti Mas Darren lagi, ya, Je?" tanya Arum dan Jeje mengangguk.
"Hmm," jawab Arum.
"Kalau aku yang punya pacar seperti itu, sudah kutinggalkan!" gumam Arum dalam hati.
****
Di rumah Darren, pria itu baru saja pulang dari rumah Sam dan Darren merogoh ponselnya, ia tak mendapatkan pesan dari Jeje.
"Kenapa dia yang marah, seharusnya aku yang marah, dititipin anak sebentar saja sudah benjol," gerutu Darren seraya menatap ponselnya, padahal, Jeje bukan marah padanya, dia merasa sungkan dan menunggu Darren untuk menyapa lebih dulu.
Jeje yang menunggu itu merasa kesal dan mengira kalau Darren masih marah padanya.
Dan yang dipikirkan itu sedang bermain game online.
Ia ingin menghilangkan pusingnya sedikit dengan bermain.
****
Selesai belajar bersama, Arum pun pamit pulang dan Jeje mengiyakan, sekarang, Jeje sudah ada di kamarnya.
Jeje yang berbaring itu memutuskan untuk tidak menghubungi Darren lebih dulu.
"Aku mau lihat, Mas. Sampai kapan kamu akan seperti ini, kalau tidak ada perubahan, aku menyerah!" kata Jeje dalam hati.
Kemudian, Jeje yang haus itu bangun dari berbaringnya, ia ke dapur dan melihat ada tumis kangkung.
"Kebetulan aku belum makan, Ayah beli di mana ini, ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Dan Jeje pun mulai mengambil nasi, ia makan ditemani tumis kangkung dan ayam goreng.
Jeje yahh sudah mulai mengunyah makanan itu merasa aneh, terlalu asin dan kangkungnya terlalu matang.
Lalu, Jeje menggigit ayam gorengnya dan ayam itu terasa keras bahkan masih ada bagian yang merah di dalamnya dan Jeje pun segera muntah karena melihat sedikit darah dari ayam itu.
Pak Somat yang sedang menonton televisi itu segera menyusul Jeje ke belakang dan bertanya apa yang terjadi.
"Ayah, Ayah beli makanan itu di mana? Harus di blacklist, jangan beli di sana lagi!" kata Jeje seraya mengelap mulutnya menggunakan tisu.
"Ayah dapat di kasih, enak kok, kangkungnya terasa buat lauk, ayamnya tadi lupa ayah goreng lagi," kata Pak Somat dan Jeje menggeleng.
"Untuk apa beli kalau tidak langsung di makan, Jeje tidak mau, bagaikan racun!" kata Jeje yang kemudian pergi dari dapur.
"Astaga, kamu harus menghargai pemberian orang, Je!" kata Pak Somat dan Jeje yang mendengar itu menduga kalau masakan itu kiriman Sarah dan memang benar adanya.
****
Tiga hari berlalu dan sekarang Jeje mengirim surat pengunduran dirinya pada Nafiska.
Setelah menerima surat itu, Nafiska mengirim pesan pada Jeje, menanyakan alasannya dan Jeje menjawab kalau dirinya akan fokus dengan kuliahnya saja.
Nafiska pun memberitahu Viona yang sudah beberapa hari ini tidak datang ke toko dan Viona yang mendengar itu menyimpulkan kalau Jeje sedang bertengkar dengan Darren.
Lalu, Viona mengirim pesan pada Darren, ia memberitahu kalau Jeje sudah tidak bekerja lagi di toko.
Dan Darren yang sedang dalam perjalanan itu tak segera membuka ponselnya.
Kemana Darren pergi, ia sedang family gathering bersama para karyawannya dan ia pergi tanpa memberi tahu Jeje.
Saat ini, Jeje sedang menguatkan hatinya, ia memantapkan dirinya untuk tidak lagi menghubungi Darren.
"Cukup, bahkan aku seperti tidak punya malu untuk mengejarnya terus menerus!" kata Jeje dalam hati.
Lalu, Jeje yang sedang menunggu angkutan umum itu melihat sebuah mobil hitam yang berhenti di depannya dan mobil itu adalah milik adalah milik Justin.
Justin menurunkan kaca mobilnya dan Justin yang sedang bersama dengan Rossi menawarkan tumpangan.
"Tidak usah, aku takut mengganggu kalian," kata Jeje, tetapi, Rossi menjawab kalau ia tidak keberatan dan akhirnya, Jeje mengiyakan, ia segera masuk dan duduk dibelakang.
Selama perjalanan, Jeje menyesal karena telah menerima tumpangan itu, ia melihat kemesraan dari Rossi dan Justin, Jeje pun merasa sesak karena ingat dengan kisah cintanya yang begitu menyakitkan.
Lalu, Jeje pun fokus membuka ponselnya, ia melihat sosial media Darren dan Jeje baru mengetahui kalau Darren sedang sibuk.
Jeje pun kembali menyimpan ponselnya dan Rossi yang melihat wajah masam Jeje itu bertanya, "Kenapa, Je?"
Dan Jeje menjawab dengan senyum yang dipaksakan, ia menggeleng, Rossi pun tidak memaksa untuknya bercerita.
Sekarang, Justin sudah sampai di depan ruko Sarah dan sebelum Rossi turun dari mobil, Justin mengecup pipinya lebih dulu dan itu disaksikan oleh Jeje.
"Aku di sini bagaikan obat nyamuk," kata Jeje dan Justin juga Rossi menertawakanya.
"Calon adik, jaga kakak iparmu baik-baik, kalau dia nakal kamu harus lapor sama aku!" kata Rossi dan Jeje menaikan sudut bibirnya.
"Siapa yang calon adik, memangnya sudah pasti Ayahku akan melamar ibumu?" tanya Jeje.
"Astaga, calon adik itu harus bersikap manis, sebelum ibu dan kakak tirimu menyiksamu!" ledek Rossi dan Jeje menatapnya datar.
Setelah itu, Rossi pun mencium punggung tangan Justin dan Rossi benar-benar turun dari mobilnya.
Sekarang, Justin menyuruh Jeje untuk pindah ke depan dan selama perjalanan, Justin bertanya banyak tentang Darren.
"Tidak tau," jawab Jeje dengan tetap menatap ke depan.
"Kenapa tidak tau, kamu ini pacarnya bukan, sih?"
"Tidak tau," jawab Jeje lagi.
"Astaga, kalian bertengkar?" tanya Justin, sesekali ia menatap Jeje dan Jeje menjawab kalau tidak bertengkar.
"Lalu?"
Dan Jeje pun menarik nafas dalam, ia duduk menghadap Justin dan ia mengatakan kalau bertengkar itu beradu mulut, sedangkan Darren, ia selalu diam dan itu membuat Jeje menjadi serba salah, menjadi tidak tau harus berbuat apa.
Justin pun mengiyakan dan Justin menyarankan pada Jeje untuk sedikit agresif.
"Tidak mau," jawab Jeje.
"Kenapa? Kalian ini saling suka, kan?" tanya Justin.
"Tidak tau!" jawab Jeje lagi.
"Astaga," ucap Justin seraya menggeleng.
"Kalau saling suka itu sama-sama suka, beda dengan aku dan Mas Darren, terlihat aku sendiri yang suka, aku sendiri yang cinta, aku sendiri yang berjuang dan lama-lama aku lelah!" jawab Jeje.
Setelah mengatakan itu semua, Jeje merasa sedikit lega, tetapi, tetap saja ia memikirkan Darren.
Dan Justin yang mengetahui kalau Jeje sedang tidak baik-baik saja itu memilih untuk tidak bertanya lagi.
Sesampainya di kampus, Jeje mengucapkan terima kasih dan Justin menyemangatinya.
"Tidak semangat," jawab Jeje.
"Kenapa?"
"Karena Mas Justin bukan Mas Darren yang ku harapkan," jawab Jeje dengan begitu polosnya.
Benarkah Jeje akan mengakhiri hubungannya bersama Darren?
Bersambung..
Jangan lupa untuk like dan komen, ya, all.
Ilihhh aki" menganggu aja .. orang yg mau merasakan gejolak yg selama setahun lebih ngk dirasakan....
sabar. derren tuh Jeje udah kasih kode bt nanti malamm pasti di servis dg Baik dahh😂😂😂😂
lahhh udah tamat .... blm puas sihh episode derren Jeje tp ... ok lahhh..semangat berkarya Othorrrr....❤️❤️❤️❤️