NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

Hari pertama Serena akan menjalani les privat dengan Nicholas. Dia sangat enggan untuk beranjak dari kursinya usai mata kuliahnya usai. Sikapnya yang muram membuat sahabatnya, Gaby, menyadari ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.

"Kenapa, sih? Kayaknya suasana hati kamu buruk sekali," ujar Gaby pada sahabatnya. "Ke kantin, yuk!"

"Lagi malas," jawab Serena. Dia masih belum mengangkat kepalanya, membiarkan tas bermerek miliknya menjadi penyangga di atas meja.

"Ada apa lagi, sih? Lagi bertengkar ya sama Gabriel? Atau masalah orang tua kamu?" tanya Gaby pada sahabatnya.

"Hari ini ada jadwal—"

Seketika, Serena teringat ucapan Nicholas tentang ancaman pria berambut putih itu. Dia pun akhirnya menggebrak meja, membuat Gaby terkejut.

"Astaga, kenapa, sih? Kamu membuat aku terkejut saja!" Gaby yang masih setia menemani sahabatnya sontak memegang dadanya.

"Aku ada urusan mendadak, aku cabut dulu, ya! Sampai jumpa!" Serena langsung bergegas meninggalkan Gaby yang masih saja mematung karena tingkahnya.

Gaby pun langsung berteriak sebelum wanita itu benar-benar meninggalkan kelasnya. "Kamu mau ke mana? Nanti kalau Gabriel mencari kamu, aku jawab apa?"

"Bilang saja aku lagi bertemu dengan Nona Celestine!" balas Serena yang berteriak, lantas benar-benar menghilang dari pandangan Gaby.

Sementara itu, Serena berlari menuruni tangga kampus, berusaha melawan waktu yang seolah berlari lebih cepat darinya. Nafasnya memburu, rambut panjangnya sedikit berantakan tertiup angin saat langkahnya berpacu menembus kerumunan mahasiswa yang baru keluar dari kelas.

Beberapa kali dia hampir menabrak orang lain, namun tetap terus berlari sambil mengucapkan permintaan maaf sekilas. Pikiran Serena hanya berisi satu hal—jangan sampai terlambat.

Ketika sampai di gedung seberang, lonceng kecil di dinding menunjukkan pukul tiga tepat. Serena menatapnya dengan wajah tegang.

“Gawat,” gumamnya singkat, lalu melangkah cepat menaiki tangga menuju lantai dua, tempat perpustakaan berada.

Begitu tiba di depan pintu besar kaca, beberapa mahasiswa sedang antre untuk masuk. Tanpa pikir panjang, Serena melangkah mendahului mereka.

“Permisi, maaf, saya masuk dulu,” ucapnya sopan namun tergesa.

Begitu masuk, suasana tenang dan beraroma buku langsung menyambutnya. Rak-rak tinggi berjajar rapi, cahaya matahari sore menembus dari jendela besar, menciptakan bayangan lembut di lantai marmer.

Serena berjalan perlahan, berusaha menahan napas agar tidak menimbulkan suara. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan yang luas itu, mencari satu sosok yang ingin sekali ia hindari namun tidak bisa.

Dan di ujung ruangan, di salah satu meja kayu yang tampak terpisah dari keramaian, dia melihatnya.

Nicholas sudah duduk di sana, dengan kemeja putih dan jas hitam yang dilepas setengah, menatap layar laptopnya dengan tenang. Satu tangan menulis sesuatu di buku catatan, sementara ekspresinya dingin tanpa emosi.

Serena menelan ludah. Dadanya terasa berat, bukan karena lelah berlari, tapi karena gugup yang tak bisa dijelaskan.

Langkahnya mendekat perlahan. Setiap jarak yang terhapus di antara mereka membuatnya semakin sadar—les ini bukan sekadar kewajiban akademik, tapi juga awal dari hubungan rumit yang entah akan berakhir seperti apa.

"Ehem." Serena berdeham, kemudian duduk tepat di depan Nicholas. Namun, pria itu tidak menggubrisnya, membuat dia kembali berdeham seraya mencabut salah satu headset dari telinga pemuda berambut putih itu. "Ehemmm!"

Kedua bola mata Nicholas langsung menatap sinis ke arah Serena. Tangan kirinya melihat jam pada pergelangan kulit putihnya. "Jam tiga lewat lima menit."

Serena langsung memamerkan gigi putihnya. "Maaf terlambat, tadi—"

"Buka buku halaman 27 bagian pertama. Isi semampunya dulu. Kalau ada yang tidak dimengerti, silakan ditanyakan. Waktunya lima belas menit, tiga puluh soal, dimulai dari sekarang!" ujar Nicholas dengan suara dingin.

"Apa? Tunggu, tunggu. Kamu tidak salah? Tiga puluh soal? Hanya lima belas menit?" tanya Serena dengan kesal. Baru hari pertama, tetapi Nicholas sudah membuatnya jengkel.

"Sisa waktu empat belas menit!" Nicholas melihat jam di tangannya dan menatap ke arah Serena yang masih dengan napas tersengal.

"Apa kamu gila?" Serena membalas tatapan Nicholas dengan sangat kesal, tetapi pria itu kembali berbicara untuk mengingatkan waktu yang terus bergulir. Hal itu membuat dia mau tidak mau mengiyakan apa yang diperintahkan oleh guru barunya. "Baiklah, aku setuju!"

Serena langsung membuka bukunya yang sudah disepakati sebelumnya untuk dipelajari hari ini. Napasnya masih tersengal. Keringat yang mulai bermunculan, serta rasa haus yang melanda, membuat penampilan Serena begitu menggoda di mata Nicholas.

Jakun Nicholas pun naik turun, ketika matanya terus menatap Serena. Kenyataan bahwa wanita itu bisa menyihir dirinya tidak dapat dia pungkiri.

Nicholas langsung mengalihkan pikirannya. Dia teringat tentang kejadian malam yang begitu panas dia lalui bersama Serena, hingga membuat darahnya kembali berdesir hebat. Apalagi, melihat tetesan keringat wanita itu menuruni leher jenjangnya yang putih membuat pikirannya semakin kalut.

"Oh, ya, Sayang! Lakukan padaku, ah!" rancau Serena dalam kungkungan Nicholas, saat Nicholas sendiri terus menyerang dengan beringas.

"Sial!" umpat Nicholas dengan pelan ketika pergulatan panas itu muncul secara jelas dalam ingatannya. Dia langsung meraih minumannya dan menenggaknya berkali-kali untuk menghilangkan sesuatu yang menyesakkan di dada.

Serena yang memang kehausan melihat Nicholas minum begitu saja tanpa dosa. Dia pun bergegas memalingkan wajahnya ketika tatapannya tertangkap basah oleh Nicholas.

“Mau minum?” tanya Nicholas dengan nada ringan, sambil menyodorkan botol minuman yang baru saja diminumnya. Tatapan matanya penuh seloroh, senyum tipis tersungging di wajah dinginnya.

Serena langsung menggeleng cepat. “Tidak, terima kasih,” jawabnya sopan, berusaha menolak dengan tenang meski merasa geli karena tahu botol itu baru saja menempel di bibir Nicholas.

Nicholas tertawa kecil, lalu mengambil botol lain dari tasnya dan menyodorkannya ke arah Serena. “Minumlah dulu,” katanya dengan nada setengah memerintah, seolah tidak memberi ruang bagi penolakan.

Serena menerima botol itu tanpa berpikir panjang. Namun tanpa sadar, dia justru mengambil botol pertama—milik Nicholas—dan meneguknya begitu saja. Hanya setelah beberapa detik, matanya membulat dan gerakan tangannya terhenti.

“Terima kasih—” katanya, namun suaranya mendadak tercekat. Bibirnya masih menempel pada mulut botol, dan baru disadarinya bahwa botol itu bukan yang baru, melainkan yang sebelumnya digunakan Nicholas.

Wajahnya langsung memanas, dan ia meletakkan botol itu perlahan di meja. “Maaf,” ucapnya lirih, menunduk dalam rasa bersalah yang tak bisa disembunyikan.

Nicholas hanya menatapnya sambil menahan tawa. Setelah beberapa detik, ia berkata dengan nada menggoda, “Tidak apa-apa, tidak masalah. Bahkan kita sudah melakukannya secara langsung dan lebih nyata.”

Tatapan Serena seketika berubah tajam. “Kamu selalu suka berbicara seenaknya,” ujarnya dingin.

Nicholas hanya mengangkat alis, masih dengan senyum sinis di wajahnya. “Lanjutkan saja,” katanya tenang

To be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!