Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Jangan mengujiku
Setiba di hotel,setelah menjalankan tugasnya sebagai muslim yang taat, Rayya segera beristirahat, tubuhnya terasa remuk akibat beraktifitas seharian.
Malam semakin larut, netra indah itu sama sekali tidak bisa menutup rapat,pikirannya berkelana mengingat kejadian tadi sore, otak cerdasnya mulai bingung mencerna kata kata yang Abian lontarkan.
flashback on
Kenapa kamu nggak membangunkan aku Ay....? " ujar Abian bermonolog.
"Apa yang harus ku lakukan padamu? Aku nggak akan bisa menahan ini lebih lama.. " hhhhhh...."
"Apa kau tau setiap bertemu denganmu, jantung ku selalu berdetak dengan sangat cepat, aku selalu berusaha mengimbanginya dengan mencoba mengganggumu....Aku....
flashback off
Kalimat itu seakan menari nari di atas kepalanya.
Lelah berbaring, Rayya akhirnya memilih untuk duduk."Nggak mungkinkan dia menyukaiku?" Rayya bermonolog.
"Tapi dari perkataan nya,itu seperti sebuah pengakuan... aahhhh.. Nggak mungkin, istrinya sedang hamil, dia nggak akan segila itu." lanjut nya dengan persepsi ketidak mungkinan yang masih dia pertahankan.
"Sudahlah,, lebih baik aku shalat aja, ini juga udah jam tiga sekalian sahur, tadi kan sempet di bungkusin bakso sama Abian.
Rayya bangkit dari tempat tidur,kemudian melaksanakan apa yang sudah menjadi niatannya tadi.
Setelah shalat subuh, Rayya baru bisa memejamkan matanya,jam delapan pagi, belum ada aktifitas yang terjadi dalam kamar tersebut.
Abian sudah mulai mencari keberadaan Rayya, pasalnya ponsel wanita cantik itu sedang tidak aktif.
" Dia kemana sih!?ponselnya pake di matiin segala lagi."Abian terlihat mondar mandir di depan kamar Rayya, mau mengetuk pintu,tapi Abian merasa sungkan.
Beruntung seorang room girl berjalan ke arahnya ingin membersihkan kamar.
"Mbak, boleh minta tolong nggak." tanya Abian.
Room girl tadi berhenti tepat di depan Abian."Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" balasnya sopan.
"Mbak,, mau bersihin kamar ini kan? " Abian menunjuk kamar Rayya.
"Iya tuan, tapi saya ke kamar yang di sana dulu tuan."
"Mmmm,,, ini aja dulu ya, tolong dong mbak, ok.. nanti aku kasi tip deh.. "bujuk Abian.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya room girl tadi setuju.
Dia mulai mengetuk pintu, beberapa kali mencoba tapi tidak ada respon dari dalam.Hingga room girl tersebut mengetuk pintu dengan sedikit lebih keras.Dan usaha itupun berhasil.
"Iya kenapa mbak." kepala Rayya muncul dari balik pintu dengan mukena yang masih terpasang setelah shalat subuh tadi.Wajahnya terlihat sangat segar tanpa riasan sedikit pun walaupun dia baru bangun.
Belum sempat si room girl itu menjawab, Abian sudah menerobos masuk ke dalam kamar Rayya.
"Kamu nggak kenapa kenapa kan Ay? " Abian memegang pipi Rayya, membolak balik tubuh tinggi itu dengan wajah yang terlihat sangat panik.
Rayya melongo, dia bingung apa yang sedang terjadi saat ini."Kamu kenapa Bi,, berhenti memegangku seperti ini,kita bukan muhrim!? "Rayya mengingatkan.. Seketika Abian tersadar." Astagfirullah, maafkan aku,, aku terlalu panik, aku pikir terjadi sesuatu padamu tadi karena ini sudah siang, dan kamu belum juga keluar dari kamar."ujarnya sambil mengangkat kedua tangan seperti orang yang menyerah kalah.
Mendengar kata siang dari mulut Abian, Rayya yang gantian panik.Dia langsung mengecek jam yang berada di atas nakas."Astagfirullah,, kenapa aku bisa bangun jam segini..? "Gumamnya.
" Aku minta maaf Bi,bisa kamu keluar dulu, aku mau mandi."
"Baiklah, aku tunggu di bawah. "
Abian keluar dari kamar Rayya, wajahnya berubah merah, "Sial... dia cantik sekali,aku ingin selalu melihat wajah itu saat dia bangun tidur.untung dia menyuruhku keluar, kalau tidak, entahlah, aku juga tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi." Batin Abian.
Setelah menunggu kurang lebih sejam, Rayya akhirnya datang dan duduk di depan Abian.
"Aku belum pesan makanan, kamu mau makan apa? " tanya Abian.
"Kamu aja yang makan, Aku sedang puasa." ucap Rayya.
"Maaf, Aku nggak tau.. "
Rayya hanya tersenyum membalas ucapan maaf Abian.
Seperti kemarin, setelah sarapan, mereka menuju ke tempat di adakannya seminar, ini sudah hari kedua, sesuai jadwal, hari ini hari terakhir mereka di kota P.
Seminar berjalan alot, hari ini lebih ke sesi tanya jawab membahas tentang materi kemarin dan hari ini,di antara perawat perawat yang datang menghadiri seminar itu,Rayya adalah salah satu yang menurut Abian sangat cerdas,grammar nya dalam menggunakan bahasa Inggris jauh di atas rata rata.Di sinilah Abian melihat dengan mata kepalanya sendiri, seorang Rayyana Adistira Hutomo mampu menguasai lingkungan tempatnya berada,dia seperti tidak terbebani berada di antara para dokter dokter senior di bidangnya.
"Pantas Grahatama memilihnya tanpa banyak syarat yang dia ajukan, ternyata dia memang sangat luar biasa."batin Abian.
Dengan public speaking yang Abian dan Rayya miliki membuatnya mendapat banyak pujian dari semua orang yang berada di ruangan itu.Nama besar Grahatama Grup pun ikut tersorot.
Karena seminar hari ini berakhir lewat dari batas waktu yang telah di tentukan, mau tidak mau Abian dan Rayya harus tinggal sehari lagi di kota tersebut.
Abian merasa sangat bersyukur masih bisa berdua dengan Rayya, setidaknya sampai besok saat dia mengantar Rayya pulang.
" Kita makan malam di restoran temen ku ya, sekalian kamu berbuka puasa. "ucap Abian sambil melajukan kendaraannya membelah keramaian kota yang sangat padat di sore hari.
" Maaf harus membuatmu tinggal sehari lagi di sini."
"Ini bukan kesalahan mu,jangan terlalu di pikirkan, mumpung di sini,mau nggak kalau kita sekalian jalan jalan. " ajak Rayya yang tentu saja di setujui oleh Abian tanpa ada penolakan.
"Tentu saja, aku akan mengajakmu berkeliling di kota ini. " Ujar Abian antusias.
Mereka tiba di restoran yang di rekomendasi kan Abian.Seorang pria yang tampak sangat gagah dengan pakaian khas chef ternama keluar menyambut kedatangan Abian.
"Hei what's up bro? " tanya pria tinggi yang sedang tersenyum renyah pada Abian.
"Not much." jawab Abian dangan senyum yang sama.setelah saling menyapa dengan singkat,bule itu kemudian menatap Rayya yang berdiri di samping Abian.
"Is she Almyra? (Apa dia Almyra?) "
"No, she's my friend.(bukan dia temanku)"
"Oohhh,, Hai I'm Steve. " pria yang bernama Steve itu memperkenalkan dirinya dengan mengulurkan tangan kanannya.
"Rayya.. " Rayya menjawab dengan mengatupkan kedua tangan di dada.
"Sorry,," ujar Rayya sambil tersenyum.
"it's okay."
Mereka berbincang sebentar sebelum masuk ke dalam restoran.
"Kamu nggak pengen nanya, aku kenal Steve di mana? " tanya Abian memecah kesunyian.
"Nggak sih,, tapi kamu nanya ya udah,, emang kenal di mana bule setampan itu?"kali ini Rayya ingin melihat reaksi Abian.
"Menurut mu dia tampan? " nada suara Abian sudah mulai berubah tidak ramah.
"Iya.. " jawab Rayya singkat.
"Nggak jadi!! " Abian membuang mukanya ke samping.
"Loh kok nggak jadi, kan akunya jadi penasaran... " rengek Rayya.
"Apa dia sudah punya kekasih? " lanjutnya, membuat Abian seketika naik pitam.
"Ay.. udah,, nyesel aku bawa kamu ke sini, setelah berbuka puasa kita langsung pulang!!" Abian memberi ultimatum pada Rayya.
"Apa dia sedang menguji kesabaranku? "
...****************...
baiklah
rayya...daebak