Istri Bar-Bar Sang Pewaris

Menjelang sore, Kalandra duduk di ruang tunggu menunggu kabar perkembangan kondisi Kayla.

Dokter sudah menjelaskan benturan keras tidak mengakibatkan perdarahan di otak Kayla. Darah yang mengalir hanya berasal dari kepala yang terluka. Dan lukanya kini sudah dijahit. Kemungkinan mengalami amnesia juga sangat kecil. Mereka hanya perlu menunggu Kayla sadar.

Kalandra menghela nafas. Ia merasa bosan menunggu seperti ini. Ia sudah mengabari Oma yang sekarang selalu menghubunginya tiap setengah jam hanya untuk menanyakan Kayla sudah bangun atau belum.

"Pak, Pasien bernama Kayla sudah sadar dan sudah bisa untuk ditemui," ucap seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan Kayla.

Kalandra segera bergegas masuk ke ruang ICU tempat Kayla dirawat.

Perlahan ia melangkah mendekati Kayla. Kalandra duduk disamping ranjang.

"Kay..." Panggil Kalandra pelan.

Kayla menoleh dan tersenyum kecil.

"Maaf..." Kalandra menatap Kayla dengan mata berkaca. Entahlah, ia merasa menjadi pria jahat yang telah membuat Kayla hampir kehilangan nyawa hanya untuk masalah pribadinya.

Padahal ia sendiri yang menasehati Kayla untuk tidak terlalu terbawa perasaan dengan masa lalu gadis itu. Tapi, nyatanya ia sendiri juga demikian. Saat ia melihat Leo, ia tak berfikir panjang dan langsung mengejar pria itu.

"Maaf sudah membuatmu seperti ini, Kay." ulang Kalandra penuh penyesalan.

"Semua tidak akan terjadi jika aku mendengarkan kamu."

"Dan semua tidak akan terjadi kalau aku tidak mementingkan urusan pribadiku."

"Semua sudah terjadi, Mas. Tidak apa-apa, aku baik-baik saja," ucap Kayla dengan suara lemah.

"Kamu tidak sadar selama beberapa jam, masih bisa mengatakan tidak apa-apa?" Marah Kalandra.

"Kapan aku bisa keluar dari sini, Mas?" tanya Kayla. "Aku tidak betah disini. Aku takut mendengar suara alat-alat medis disini. Aku takut sendirian. Disini juga sangat dingin."

Kalandra mengusap kepala Kayla. "Sabar ya."

"Aku akan tanyakan pada dokter nanti. Sekarang yang terpenting adalah kesembuhan kamu, Kay." Tangannya berpindah ke bahu Kayla dan mengelusnya pelan.

"Aku sudah menghubungi Oma. Dan Oma minta agar kamu dirawat dengan baik disini. Oma juga mengatakan agar segera memindahkan kamu ke rumah sakit di Jakarta jika kondisi kamu sudah memungkinkan."

Kayla diam saja. Ia trauma mendengar suara alat medis di ruangan ini. Dia juga trauma berada di ruangan ini. Ia kembali teringat bagaimana ayahnya menahan sakit dan menghembuskan nafas terakhir di ruang ICU.

Kayla tidak tahan dengan suhu dingin. Kalandra ingat saat gadis itu selalu menaikkan suhu AC di kamarnya.

"Kamu merasa pusing, Kay?" tanya Kalandra.

"Tidak terlalu." Jawab Kayla pelan.

"Istirahatlah. Aku akan menunggu disini sampai waktu jenguknya habis."

"Nanti aku akan coba mengatakan pada dokter agar kamu segera dipindahkan dari ruangan ini."

***

Sementara itu, di rumah besar Rajaswa.

"Apa benar kalau Andra dan Kayla mengalami kecelakaan, Ma?" tanya Riana yang mendengar percakapan oma dan Kalandra melalui panggilan telfon.

"Aku tidak sengaja mendengar obrolan mama dan Andra tadi."

Oma mengangguk. "Ya. Andra baik-baik saja, sedangkan Kayla terluka parah."

Riana juga merasa khawatir. Biar bagaimana pun Kalandra adalah putranya.

Pantas saja mama tampak gelisah sejak siang tadi. Ternyata ini penyebabnya. Batin Riana.

Aku memang tidak menyukai Kayla. Tapi ia dan Gia, ku akui mereka berbeda. Gia terlihat jelas memang gila harta, sementara Kayla tak terlihat matre sama sekali.

Cara berpakaiannya juga biasa saja. Aku bahkan tak pernah melihat Kayla berbelanja untuk menghabiskan uang Andra. Berbeda dengan Gia yang selalu saja menerima paket setiap hari karena memang hobinya hanya belanja online.

Ponsel Riana berdering. "Ku tinggal sebentar, Ma." pamit Riana pada oma.

Riana masuk ke dalam kamarnya. Ia sengaja menjauh karena nama Leo yang muncul di layar ponselnya.

"Hallo..."

"Ada apa, Mas!" tanya Riana.

"Putramu ada di Bali, bukan?" Riana membulatkan matanya. Ia heran, bagaimana Leo bisa tahu keberadaan Kalandra.

"Jangan sok tahu," balas Riana.

"Hahaha... Tentu aku tahu, dia kan putraku!" balas Leo sambil terbahak.

"Riana... Riana... Kalau kamu tidak ingin menemuiku, apa lebih baik aku menemui Kalandra saja?"

"Jangan coba-coba menemuinya! Dan ingat Leo, dia bukan putramu!" bentak Riana.

"Ayolah Ri... Dia putraku." Leo terus memancing emosi Riana.

"Bukan Leo!" Bentak Riana kasar.

"Hei... Jangan kasar padaku. Atau aku akan memberi hadiah indah untuk putramu."

"Leo, berhenti mengancamku dengan membawa nama Kalandra."

"Andraku sudah besar. Dia tidak mungkin tertipu dengan kata-katamu!"

"Dia sudah tertipu, Riana. Dia bahkan masih mengingat wajahku. Dia masih penasaran dengan ayahnya."

"Tidak. Putraku tahu, dia anakku dengan Bagas!"

"Tidak, Ri. Dia tidak tahu. Dia mengejarku saat aku sengaja muncul di hadapannya."

Riana memijat keningnya. "Jangan pernah muncul di hadapannya, Leo. Atau dia akan mematahkan lehermu."

"Dia tidak akan bisa, Ri..."

"Tut... tut... tut..." Panggilan di akhiri.

"Hallo, Leo!"

"Argh!" Riana membanting ponselnya di atas ranjang karena Loe mengakhiri panggilannya secara sepihak.

"Leo, dia juga berada di Bali?"

"Psikopat itu bisa sangat membahayakan bagi Andra," gumam Riana.

"Atau, kecelakaan Andra ada kaitannya dengan Leo?" Riana menegang. Ia khawatir jika Kalandra bertemu Leo dan tahu semua rahasia yang berusaha ia tutupi.

Leo adalah tipe pria yang nekat. Riana mengenal baik pria itu karena Leo adalah kekasihnya sejak sebelum menikah dengan Bagas.

Riana dan Bagas dijodohkan karena orang tuanya tidak setuju ia berpacaran dengan Leo yang notabenenya adalah pria pengangguran dan tak jelas asal usulnya.

Riana memang pernah hamil dari Leo tapi Riana mengalami keguguran. Dan ia kembali hamil setelah menikah dengan Bagas.

Dan sebenarnya Leo hanya pura-pura mengakui bahwa Kalandra adalah putranya. Padahal ia tahu, Kalandra bukan putranya.

"Aku tidak boleh membiarkan Leo masuk lagi dalam kehidupanku," gumam Riana.

"Berkali-kali dia menipu dan hanya memanfaatkan aku saja."

"Aku tidak mau termakan dengan kata manis dan cinta palsunya seperti dulu."

Leo kembali lagi setelah banyak rencana buruk yang sudah Riana coba gagalkan. Dan kali ini, Riana belum bisa menebak rencana apa yang akan Leo lakukan terhadap keluarganya.

Selama beberapa hari ini, Riana terpaksa meladeni Loe dan berpura-pura baik pada pria itu seperti yang Kayla dengar beberapa hari lalu.

Riana selalu saja menjadikan mertuanya sebagai alasan untuk menolak jika Leo mengajaknya bertemu di luar rumah.

***

"Apa? Kalandra kecelakaan?" Teriak Clara pada Leo yang sedang duduk di sebuah ranjang di kamar hotel itu.

"Ya, Daddy baru saja mendapat kabar itu dari salah satu anak buah kita yang menginap di cottage yang sama dengan mereka." Leo meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Apa ini semua ulah Daddy?" tanya Clara pada pria yang tampak acuh itu.

"Bukan. Daddy tidak melakukan apapun," jawab Leo enteng.

"Argh!" Marah Clara. "Aku bahkan belum mengacaukan honeymoon mereka berdua!"

"Tapi, pasti kamu senang saat mendengar ini, Cla! Istri Kalandra mengalami luka yang cukup parah."

Clara menatap Leo sambil tersenyum lebar. "Are you sure?" tanya Clara.

"Tentu. Daddy bisa pastikan itu."

"Semoga saja wanita itu tidak selamat," ucap Clara. "Atau setidaknya ia mengalami kecacatan sehingga Kalandra mencampakkannya dan aku bisa kembali masuk dalam kehidupan Kalandra." Clara tersenyum licik.

"Hahaha..." Leo tertawa licik. "PR kamu adalah cari penjelasan paling masuk akal mengenai siapa Daddy dan apa hubungan diantara kita."

"Tenanglah Dad! Aku akan mengakui Daddy sebagai pengawal pribadiku saat ia melihatnya di Bandara tiga belas tahun lalu."

"Bagus! Toh jika kalian menikah nanti, Daddy tetap tidak bisa menikahkan kamu. Karena Daddy tidak menikah dengan mama kamu. Sehingga tidak ada dokumen apapun yang dapat membuktikan bahwa kamu adalah anak Daddy."

Keduanya tertawa licik merayakan musibah yang terjadi pada Kalandra. Mereka merasa tak perlu lagi melakukan apapun untuk mengacaukan bulan madu sepasang suami istri itu.

Clara dan Leo tidak tahu jika Kalandra mengikuti mobil mereka tadi. Dan Clara tidak tahu jika Kalandra juga melihat mereka saat di lampu merah.