Istri Bar-Bar Sang Pewaris
Kalandra Rajaswa, seorang CEO di Rajaswa Grup, penerus di perusahaan ayahnya. Usianya baru 30 tahun dan dia ia cukup merasa terbebani dengan tugas sebagai CEO sejak 6 bulan lalu karena ayahnya menderita sakit yang lumayan parah.
Ayahnya- Bagas Rajaswa akhirnya meninggal dunia 1 minggu lalu. Ia masih berduka, namun dunia tetap berputar hingga ia tak punya banyak waktu untuk terus meratapi kepergian sang ayah.
Maka dari itu, hari ini pengacara yang dipilih oleh Bagas datang ke rumah duka dan menemui seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan untuk membicarakan perihal surat wasiat yang ditulis oleh Bagas.
"Maaf sebelumnya, kedatangan saya ke rumah ini sebenarnya bukan untuk membacakan surat wasiat pak Bagas," ucap seorang pengacara yang di percaya oleh Almarhum Bagas Rajaswa.
"Jadi, untuk apa anda datang ke rumah ini, Pak? Bukankah membacakan surat wasiat itu merupakan tanggung jawab anda sebagai pengacara suami saya?" Tanya Riana yang sudah tak sabar mendengarkan seberapa besar bagian dari harta warisan yang menjadi haknya selaku istri sah almarhum.
Meninggalnya Bagas nyatanya tak serta merta menjadi duka mendalam bagi keluarga ini. Karena dibalik duka ini, akan ada keberkahan bagi si tamak yang mengincar harta warisannya.
"Begini, Bu. Bapak pernah mengatakan pada saya bahwa surat wasiat bisa dibacakan dan harta warisan bisa dibagikan dengan syarat semua anak bapak harus sudah menikah."
Semua mata seketika menatap kearah Kalandra yang saat itu tengah memakai kemeja putih dan jeans berwarna coklat susu.
Pria itu sama sekali tak gentar mendapat tatapan tajam dari keluarganya. Karena memang kenyataannya dia belum menikah.
Lalu mau bagaimana lagi? Ia juga tidak tahu jika statusnya yang belum menikah menjadi penghalang dibacakannya surat wasiat tersebut.
Sementara itu, Riana dan putra kedua keluarga itu, Reyga Rajaswa dan istrinya- Gia mulai mengintimidasi pengacara.
"Omong kosong apa ini, Pak?" Tanya Reyga. "Bagaimana bisa ada syarat seperti itu, sementara almarhum papa tahu bahwa ada putranya yang belum menikah?"
Sebenarnya Reyga tidak peduli dengan harta warisan yang ditinggalkan oleh papanya. Ia sudah merasa puas dengan usahanya sendiri, yaitu restoran mewah yang ia rintis sejak beberapa tahun lalu.
"Saya hanya menyampaikan apa yang pernah bapak pesankan pada saya," jawab pengacara tersebut.
"Buang-buang waktu saja," gerutu Reyga kesal karena waktunya terbuang percuma untuk hal yang sama sekali tidak menarik baginya.
"Pak, apa tidak bisa dibacakan saja dengan mengesampingkan syarat tersebut?" Tanya Riana lagi.
"Tidak bisa, Bu. Itu adalah pesan dari bapak."
Mereka hanya bisa diam dengan memandang kesal kearah Kalandra, tak terkecuali Gia, menantu di rumah itu yang diam-diam juga mengharapkan warisan yang di dapatkan oleh suaminya.
Pengacara tersebut pergi meninggalkan rumah besar itu karena wasiat tidak bisa dibacakan, sebab masih ada syarat yang belum dipenuhi.
"Lihat! Betapa papa ingin melihat kamu menikah, Andra!" Ucap Riana pada Kalandra, putra pertama yang kehilangan respect padanya.
"Tapi kamu tidak pernah memenuhi keinginan papa kamu sampai saat terakhirnya!" Lanjut wanita tersebut.
Kalandra menghela nafas. Ia sadar, apa yang mamanya katakan memang benar. Ia tidak pernah sedikitpun memikirkan keinginan papanya agar ia segera menikah.
Baginya, menikah hanya akan membuat hidupnya terikat. Ia kehilangan kebebasan dan adanya kemungkinan dikhianati. Ia tidak ingin semua itu terjadi kepadanya.
Ia memilih hidup sendiri hingga saat ini karena trauma atas apa yang terjadi pada papanya. Ia pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri, mamanya menjalin hubungan dengan pria lain. Pertengkaran terjadi setiap hari hingga rumah tangga mereka hampir berakhir. Tapi entah mengapa, akhirnya keduanya masih tetap bersama hingga kini meski hubungan mereka tak harmonis lagi.
"Dan sekarang, wasiat papa tidak bisa dibacakan hanya karena kamu belum menikah, andra!"
"Jadi, segeralah menikah agar papa kamu tenang di alam sana!" Riana memarahi Kalandra.
Kalandra berdiri dan menatap tajam kearah mamanya.
"Aku akan menikah, tapi bukan karena wasiat itu, dan juga bukan karena jebakan mama!" ucapnya tegas.
Riana langsung diam karena tuduhan Kalandra tepat sasaran.
Kalandra pergi ke kamarnya. Ia kesal karena wanita itu terus saja menudingnya. Ia juga benci pada wanita yang selalu saja berusaha menjebaknya bersama seorang gadis agar akhirnya ia bisa menikah.
Entah berapa kali ia terjebak dalam kencan buta, hingga ia dijebak di kamar hotel bersama gadis cantik.
Mamanya itu sepertinya memang sudah tahu bahwa syarat pembagian warisan adalah jika seluruh putra Bagas sudah menikah. Hingga saat Bagas mulai sakit-sakitan, Riana semakin gencar menjebak Kalandra. Namun sayangnya tidak pernah berhasil.
Esok paginya....
"Mengapa ramai sekali?" Gumam Kalandra saat melihat halaman kantornya dipenuhi oleh banyak wartawan.
Kalandra menghubungi security untuk mencari tahu penyebab wartawan itu berkerumun di depan kantornya. Berita apa yang sedang mereka buru.
"Apa?" Pekiknya tak percaya saat mendengar penjelasan security perihal berkumpulnya para wartawan itu.
"Oke, Pak! Katakan pada mereka, saya tidak masuk kantor hari ini. Dan hubungi saya saat situasinya sudah aman." Ia langsung mengakhiri panggilan telponnya.
"Sh***iitt!" Kalandra memukul stir.
Ia memutar balik dan meninggalkan halaman kantor.
"Siapa yang menyebarkan berita murahan seperti itu?"
"Dan mengapa para wartawan percaya dengan berita yang sama sekali tidak masuk akal?"
Kalandra berhenti di pinggir jalan yang tidak terlalu ramai. Ia memutuskan untuk sarapan dan minum kopi di salah satu stand.
Kalandra turun dari mobil dan, "Pencopet!!" Ia berteriak saat ia menyadari seseorang menarik dompet dari kantung belakang celananya.
Seketika orang-orang melihat kearahnya, namun tidak ada yang peduli saat pria bertubuh kecil yang tak sempat ia lihat wajahnya itu membawa lari dompetnya.
Ia berusaha mengejar hingga jarak yang lumayan jauh. Dan tanpa ia duga ada seorang gadis yang ikut membantunya mengejar orang tersebut.
Kalandra mulai kelelahan hingga langkahnya melambat dan ia kehilangan jejak saat pencuri dan gadis itu menghilang di gang kecil.
Kalandra belum menyerah. Ia tetap mencari.
"Berikan dompet itu, Lif!" Kalandra mendengar suara seorang gadis yang terucap penuh penekanan.
"Alif!" Suaranya mulai mengeras dan semakin terdengar menahan geram.
"Alif! Berikan dompet itu, Lif! Kakak tidak akan pernah membiarkan kamu untuk mencuri!"
"Tapi aku butuh uang, Kak! Kaki ibu harus segera dioperasi!" Suara itu sedikit lebih keras.
"Kakak sudah bilang, hal itu biar jadi urusan kakak!"
"Kamu sekolah saja dan jaga ibumu!"
"Kakak akan bertanggung jawab dan akan menanggung semua biaya rumah sakit."
"Tapi kapan? Harus sampai kapan membiarkan ibuku menahan sakit, Kak?"
"Segera, Lif. Segera! Kakak janji." Suara itu terdengar melemah dan sedikit parau. Gadis itu seperti manahan isak tangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Griselda Nirbita
yang pastinya favorit dan like
2023-06-25
0
Aditya HP/bunda lia
dapet notif langsung cuss penasaran suka sama yang bar bar
2023-02-17
0
Andi Muh.taufik Andi sayyid
.....
2023-01-01
3