NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta King Mafia

Obsesi Cinta King Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Karena menyelamatkan pria yang terluka, kehidupan Aruna berubah, dan terjebak dunia mafia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Darah dan Kesetiaan

Angin malam menusuk tulang, dinginnya terasa sampai ke sumsum. Jalanan kota Roma masih lengang ketika konvoi mobil hitam yang membawa Leonardo dan Aruna akhirnya berhenti di sebuah gudang tersembunyi milik Leonardo..

Di dalam mobil, aroma darah masih kental. Leonardo bersandar di kursi, wajahnya pucat, darah menodai kemejanya. Luka tembak di bahu kirinya membuat setiap gerakannya terasa menyakitkan, tapi matanya tetap menyala penuh amarah.

Aruna duduk di sampingnya, tangannya gemetar saat mencoba menekan luka dengan kain yang sudah basah oleh darah. Air matanya nyaris jatuh, namun ia menahannya—Leonardo benci kelemahan, tapi kali ini, ia tak peduli.

“Leo… tahan sebentar lagi, kita sudah sampai,” bisiknya dengan suara bergetar.

Leonardo menoleh pelan, bibirnya tersenyum tipis meski wajahnya menegang karena sakit. “Jangan menangis, Aruna. Aku masih hidup. Marco yang seharusnya mati… bukan aku.”

Nama itu membuat dada Aruna semakin sesak. Marco. Orang yang selama ini begitu setia, saudara bagi Leonardo, bahkan dianggap pelindung oleh Aruna… kini berkhianat.

 

Begitu mobil berhenti, beberapa anak buah segera berlarian membuka pintu. “Boss!” teriak mereka panik ketika melihat kondisi Leonardo.

“Bawa dia ke dalam!” perintah Aruna cepat, mengambil alih sejenak. Suaranya terdengar tegas meski tubuhnya masih bergetar.

Leonardo digotong masuk ke dalam gudang yang sekaligus berfungsi sebagai markas rahasia. Lampu-lampu remang membuat suasana semakin mencekam. Beberapa orang segera menyiapkan meja operasi darurat.

Aruna ikut masuk, menolak untuk beranjak meski salah satu anak buah mencoba menahannya. “Nyonya, sebaiknya Anda keluar. Ini akan penuh darah.”

“Aku sudah melihat terlalu banyak darah malam ini. Tidak ada yang bisa menakuti ku lagi,” balas Aruna tajam.

Leonardo sempat meliriknya dan tersenyum samar, meski kesakitan. “Itulah Aruna-ku. Tak pernah mundur bahkan di tengah neraka.”

 

Proses mengeluarkan peluru dimulai. Leonardo tak diberi bius penuh—ia menolak, ingin tetap sadar. Aruna menggenggam tangannya erat, mencoba menyalurkan kekuatan meski jiwanya sendiri retak.

Jeritan tertahan keluar dari bibir Leonardo ketika pisau bedah menyentuh kulitnya. Aruna menutup mulut, menahan tangis.

“Leo, tahan… kumohon, bertahanlah,” bisiknya berulang kali.

Leonardo memandanginya dengan mata yang penuh bara. “Aku bertahan… karena kau di sini. Jika kau pergi… aku lebih memilih mati.”

Kata-kata itu menghantam hati Aruna seperti peluru kedua. Ia sadar—ini bukan hanya cinta, ini obsesi. Obsesi yang semakin dalam, semakin menjeratnya.

 

Beberapa jam kemudian, luka Leonardo berhasil ditangani. Ia dipindahkan ke ruangan pribadi di gudang itu. Aruna menolak untuk pergi dari sisinya, bahkan menolak untuk beristirahat.

Di luar kamar, para anak buah berdiskusi panas.

“Kita harus segera memburu Marco! Pengkhianat busuk itu bersekongkol dengan Vittorio. Jika dibiarkan, mereka akan menyerang lagi.”

“Tapi Boss masih terluka, apa kita bisa bergerak tanpa perintahnya?”

“Tidak ada waktu! Jika kita menunggu, Marco bisa menutup semua jejaknya.”

Aruna mendengar percakapan itu dari balik pintu yang sedikit terbuka. Dadanya sesak. Ia ingin berteriak, tapi mulutnya kelu. Marco… pria yang pernah melindunginya, kini menjadi musuh.

 

Keesokan harinya, Leonardo terbangun. Wajahnya masih pucat, tapi sorot matanya kembali dingin, penuh rencana.

“Aruna,” panggilnya pelan.

Aruna, yang semalaman duduk di sampingnya, segera mendekat. “Apa yang kau butuhkan, Leo?”

Leonardo menatapnya lekat-lekat. “Kau tahu apa yang harus kulakukan pada Marco.”

Aruna terdiam. Hatinya hancur. Ia tahu jawabannya—Leonardo akan membunuhnya.

“Leo… dia sudah bersamamu bertahun-tahun. Apa tidak ada jalan lain? Mungkin—”

“Tidak ada pengkhianat yang pantas hidup,” potong Leonardo tajam. “Dia memilih berpaling, berarti dia memilih mati.”

Aruna menahan napas. Air matanya nyaris jatuh lagi, tapi kali ini bukan karena takut—melainkan karena kehilangan. Marco adalah sosok yang pernah ia percayai.

Leonardo melihat ekspresi itu. Rahangnya mengeras. “Jangan katakan padaku kau masih memihak Marco, Aruna.”

“Aku tidak memihak siapa pun…” jawabnya terbata. “Aku hanya… aku hanya tidak ingin darah terus mengalir, Leo.”

Leonardo menarik napas dalam, lalu menggenggam wajah Aruna. “Kau terlalu murni untuk dunia ini. Tapi ingat satu hal—setiap tetes darah yang mengalir, aku lakukan demi melindungi mu. Jika Marco hidup, dia akan membunuhmu tanpa ragu. Jadi, pilihlah… kau ingin aku yang mati, atau dia?”

Pertanyaan itu membekukan dunia Aruna. Tidak ada jawaban benar. Apapun yang ia pilih, hatinya akan terluka.

 

Hari-hari berikutnya dipenuhi kabar buruk. Anak buah melaporkan bahwa Marco bergerak cepat, merebut beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai Leonardo. Vittorio mendukungnya dengan pasukan dan dana besar.

Situasi semakin panas. Leonardo, meski belum sepenuhnya pulih, memutuskan untuk segera bergerak.

Di ruang pertemuan markas, ia duduk di kursi besar, wajahnya kembali seperti seorang raja. Di sampingnya, Aruna duduk diam, menyembunyikan badai dalam dadanya.

“Marco akan membayar pengkhianatan nya,” ucap Leonardo dingin. “Aku tidak peduli berapa banyak nyawa harus dikorbankan, dia akan jatuh di kakiku.”

Anak buah bersorak setuju. Tapi Aruna hanya bisa menunduk.

Dalam hatinya, sebuah ketakutan baru tumbuh—bahwa semakin dalam ia terikat pada Leonardo, semakin banyak darah yang akan mengalir, semakin banyak luka yang tak akan pernah sembuh.

Namun di sisi lain, ia juga sadar: jika Leonardo kalah, maka ia yang akan hancur. Karena kini, seluruh dunia mafia sudah melihatnya sebagai kelemahan King Mafia—dan kelemahan itu harus dilenyapkan.

 

Malam itu, saat semua orang sudah bersiap untuk perang, Aruna duduk sendirian di balkon gudang. Angin malam meniup rambutnya, membawa aroma besi dan darah yang tak pernah hilang.

Leonardo datang menghampiri. Meski masih terluka, ia berdiri tegak.

“Kau takut?” tanyanya lirih.

Aruna menoleh, matanya penuh air. “Aku takut kehilanganmu, Leo. Tapi aku juga takut… kehilangan diriku sendiri di dunia ini.”

Leonardo menariknya ke dalam pelukan, erat, seolah ingin menelan semua keraguannya. “Kau tidak akan kehilangan apa pun. Karena aku akan selalu ada. Dan jika aku harus membakar seluruh dunia ini demi memastikan kau tetap di sisiku, maka aku akan melakukannya tanpa ragu.”

Aruna menutup mata. Air matanya jatuh, membasahi dada Leonardo.

Di detik itu, ia sadar—ia sudah terikat terlalu dalam untuk bisa mundur.

Dan besok… darah akan kembali mengalir.

1
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
n
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
Yang udah diringkas nya naskah nya ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!