Maura Putri Wijaya, gadis cantik berusia 20 tahun. Putri tunggal dari pengusaha terkenal nan kaya raya, Elgar Wijaya dan Amira Talitha.
Namun, hidup Maura kesepian karena kedua orang tua nya sibuk dengan urusan masing-masing. Membuat Maura terbawa arus hingga memutuskan menjadi seorang sugar baby dari seorang pria tampan yang usia nya jauh di atasnya.
Daniash Anggara Kim, pria dewasa yang berhasil menjadikan Maura baby nya, bahkan mereka menghabiskan banyak malam bersama. Daniash pria beristrikan seorang artis bernama Herra Yuliana, mereka menikah karena perjodohan.
Apa yang terjadi ketika orang tua Daniash mengetahui kelakuan putra nya dengan gadis lain? Sedangkan mereka tau kalau hubungan rumah tangga keduanya baik-baik saja?
"Aku lelah dengan keadaan aku saat ini, bisakah aku menyerah, Dad?"
"Tidak, aku yang akan memberikan semua nya untukmu. Menjadikan mu gadis paling beruntung!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 - Drama Pagi Hari
"Bisa bertemu, sayang?" Tanya Daniash di telpon, saat ini dia sedang berada di apartemen nya, seperti biasa minum minuman beralkohol dengan kadar tinggi untuk melupakan sejenak permasalahan nya.
'Daddy kenapa? Suara Daddy kenapa begitu, apa Daddy sedang minum?' Tanya gadis cantik dengan nada penuh ke khawatiran di seberang sana.
"Temani Daddy sayang, Daddy membutuhkan mu."
Maura kebingungan, dia juga ingin menemani sang Daddy di apartemen nya. Tapi di sisi lain, alasan apa yang harus dia pakai untuk bisa keluar rumah? Terutama alasan pada papa nya.
"Baby.."
'Iya Dad, sebentar ya Maura kesana.' Putus Maura akhirnya, membuat Daniash tersenyum senang.
"Daddy tunggu, sayang."
Panggilan telepon pun selesai, Maura segera mengganti piyama nya dengan pakaian casual, hoodie dan celana kulot jeans, juga sepatu sneakers putih andalan nya. Rambutnya dia biarkan tergerai, tanpa mengikat nya. Karena Daniash menyukai rambutnya tergerai bebas, dari pada mengikat nya.
"Nah lho, mau kemana malam-malam gini?" Tanya Amira yang sedang duduk menonton televisi bersama Elgar.
"Wangi plus rapih banget, mau kemana anak gadis papa?"
"Temen Maura ada yang kecelakaan, Ma, Pa. Jadi mau jenguk kesana, temen-temen juga udah di rumah sakit sekarang." Jawab Maura, akhirnya alasan itulah yang melintas dalam pikiran nya.
"Sama Nayna?"
"Nayna juga disana, Ma."
"Yaudah, hati-hati di jalan ya sayang." Ucap Amira.
"Jangan pulang larut malam, ingat." Peringat Elgar dengan suara tegas mendominasi nya.
"Siap Pa, Maura pergi dulu ya. Buru-buru." Gadis itu berjalan tergesa-gesa keluar dari pintu rumah nya. Elgar dan Amira yang melihatnya hanya menggelengkan kepala nya.
"Apa kita terlalu membebaskan anak kita, Ma?" Tanya Elgar pada sang istri.
"Menurut mama sih tidak, asal Maura tidak salah bergaul, mama rasa itu tidak masalah. Mau bagaimana pun, anak kita sudah dewasa. Dia menginginkan sebuah kebebasan, tak baik terus mengekang nya, Mas." Jawab Amira pelan dan lembut.
"Papa hanya takut Maura terjerumus akibat salah pergaulan, Ma. Itu saja, selebihnya mungkin papa bisa mentolerir."
"Tak ada salahnya percaya pada Maura, Pa. Dia sudah dewasa, dia tau mana yang benar dan mana yang salah."
"Baiklah, kali ini papa akan mendengarkan Mama." Elgar merangkul pundak sang istri, lalu mengecup singkat kening istrinya.
Sedangkan di jalanan, Maura mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, dia mengkhawatirkan keadaan Daniash hingga melupakan dirinya sendiri.
"Tunggu sebentar lagi, Dad.." gumam Maura sambil terus mengemudikan mobilnya, di tengah padatnya jalan raya malam hari. Karena ini malam minggu, jadi banyak orang-orang yang keluar untuk menikmati malam.
Setelah beberapa menit bergabung dengan pengendara lain, akhirnya Maura bisa menghembuskan nafas nya dengan lega saat dia sampai di parkiran unit apartemen yang di tinggali Daniash. Gadis itu langsung berlari dan masuk ke dalam bilik lift.
Dia di landa kecemasan, kalau pria itu kembali minum-minum, artinya dia punya masalah yang cukup memberatkan hati dan pikiran nya.
Ting..
Bunyi pintu lift yang terbuka, Maura buru-buru keluar dan melangkah terburu-buru, dia menempelkan card acces yang di berikan Daniash padanya, lalu menekan tombol sandi. Berhasil, pintu terbuka dan Maura masuk ke dalam nya.
"Daddy…" Maura berlari saat melihat Daniash sudah terkapar di sofa, botol-botol bekas minuman berserakan, beberapa di antaranya ada yang pecah hingga membuat cairan kemerahan itu meleber mengotori lantai marmer.
Bau alkohol menguar tajam memenuhi indra penciuman Maura, gadis itu tak terbiasa dengan bau minuman seperti ini, dia merasa mual. Tapi karena dia menyayangi Daniash, dia rela menahan nya sekuat tenaga.
"Daddy.."
"Ka-mu sudah datang Baby.."
"Ya, aku datang untuk Daddy. Kenapa minum sebanyak ini, Dad? Ayo, pindah ke kamar."
Daniash tersenyum samar melihat wajah khawatir gadis nya, lalu mengusap pipi tembem itu dengan lembut.
"Terimakasih sudah datang, sayang."
"Sama-sama Daddy, harusnya Daddy tak perlu berterimakasih. Aku kesini karena aku khawatir sama Daddy, ayo kita ke kamar ya? Disini gak enak baunya." Bujuk Maura.
Tubuh mungil Maura sedikit kesulitan membantu Daniash untuk berjalan, tubuh tinggi besar nya sangat berat bagi Maura. Tapi, kalau dia tak membantu Daniash, untuk bisa-bisa pria itu tersungkur dan dia tak mau hal itu terjadi, jangan sampai Daniash terluka.
Maura memutar knop pintu dan setelah terbuka, dia kembali membawa tubuh besar Daniash ke kamar bernuansa serba putih dengan ranjang berukuran king size yang biasa mereka jadikan arena bertarung.
Gadis itu membiarkan Daniash berbaring di atas kasurnya, dia membuka sepatu milik pria itu lalu menaruh nya ke tempat seharusnya.
Dengan hati-hati, Maura membuka lilitan dasi di leher sang Daddy, lalu jas nya dan meletakan nya ke tempat cucian kotor.
"Baby.."
"Iya Daddy, kenapa hmm?" Tanya Maura, dia langsung mendekat ke arah ranjang begitu mendengar suara berat pria itu memanggilnya.
"Kesini sayang, malam ini tidur disini ya?"
"Tentu, Maura gak mungkin ninggalin Daddy sendirian dengan keadaan seperti ini." Jawab gadis itu, dia meraba rahang tegas sang Daddy dengan lembut.
Daniash langsung memeluk tubuh mungil sang gadis, namun aroma shampoo yang menguar dari rambut gadisnya membuat nafssu nya tiba-tiba saja bangkit. Bahkan senjata nya langsung aktif, tanpa harus di komando.
"Layani Daddy, Bby.." Pinta Daniash dengan suara serak nya, pria itu menatap Maura dengan tatapan berkabut gairaah.
"Of course, Daddy." Jawab Maura, dia bangkit dan membantu Daniash melepaskan semua pakaian nya, begitupun dirinya yang langsung melucuti seluruh pakaian nya tanpa tersisa satu helai benang pun di tubuh keduanya.
Daniash langsung menindih tubuh gadisnya, dia mengecupi setiap inchi keindahan yang di suguhkan gadis itu tanpa terlewat satu pun. Dia begitu memuja tubuh sempurna gadisnya, takkan pernah bosan dia menikmati apa yang kini telah jadi miliknya. Ya, Maura adalah miliknya dan selamanya akan tetap begitu!
"Aaahhh, Daddy pelan-pelan.." gadis itu meringis saat Daniash menyatukan tubuh mereka tanpa aba-aba. Meskipun sudah basah, tapi inti Maura tetap saja terasa ngilu. Apalagi setelah mengetahui milik Daniash yang besar, panjang dan jangan lupakan miliknya juga tahan lama.
"Kamu menjepit junior Daddy, Baby. Aahhh nikmat sekali.." Racau Daniash, dia bergerak brutal di atas tubuh mungil gadisnya.
Daniash menundukan wajahnya, menyesap putting susu Maura yang sudah berdiri tegak karena rangsaangan yang di berikan nya, dia menguluum nya seperti bayi kehausan tanpa menghentikan gerakan maju mundur nya.
Maura memeluk leher kokoh Daniash dengan ketat saat dia mendapatkan klimaaks pertama nya, kedua mata nya terpejam rapat namun bibirnya tetap mengeluarkan lenguuhan sekssi yang membuat hasraat Daniash terbakar.
Dia semakin mempercepat gerakan nya, menghentak inti sang gadis dengan cara yang cukup kasar.
"Aahhh, Daddy.. Jangan terlalu dalam, itu sakit." Pinta Maura, tapi Daniash tak mendengarkan permintaan gadisnya, dia fokus mengejar pelepasaan nya yang terasa sudah di ujung nya.
Beberapa menit kemudian, pria itu menghentak sangat keras, kepala nya mendongak dengan kedua mata yang terpejam rapat.
"Aaarrgghhh, Baby.." Daniash mengeraang panjang, pertanda dia sudah berhasil meraih puncak kenikmatan nya.
Maura juga berhasil mendapatkan klimaaks nya yang entah ke berapa kalinya, gadis itu mangap-mangap mengambil oksigen sebanyak mungkin.
"Terimakasih, Bby.."
"Sama-sama Daddy.." jawab Maura pelan, pria itu melepaskan penyatuan mereka dan berguling ke samping Maura. Meraih gadis itu ke dalam pelukan nya, mencium mesra kening nya sekilas.
"Tidurlah, sayang."
"Heemmm, ya Dad. Maura juga capek, habis di masukin Daddy. Selamat tidur, Dad. Selamat malam." Maura menduselkan wajahnya di dada bidang sang pria, keduanya pun tertidur tanpa membersihkan tubuh mereka terlebih dulu, mungkin saking capeknya.
Pagi harinya, ponsel milik Maura di atas nakas terus saja berbunyi nyaring, entah siapa yang menghubungi nya pagi-pagi sekali. Tapi, gadis itu sama sekali tak terusik dengan suara ponsel nya sendiri. Dia masih tertidur nyenyak di dalam dekapan hangat sang Daddy.
Berbeda dengan di apartemen lain, Nayna merasa dongkol pagi-pagi. Bagaimana tidak, namanya di salah gunakan oleh sahabatnya.
"Isshh Maura, seenaknya aja pake nama gue. Kan, gue yang gak tau apa-apa ini selalu kena spam chat nya nyokap dia. Sial banget, gue yakin dia lagi sama Daddy nya di apartemen." Gerutu Nayna, dia berusaha menghubungi sahabatnya, tapi tak kunjung di angkat juga.
"Pasti masih molor, habis begadang nih kayaknya."
"Kenapa sih yang? Pagi-pagi sudah ngedumel aja," tanya Aryo yang masih berbaring di ranjang.
"Ini nih, Maura bilang sama orang tua nya kalau dia ke rumah sakit sama aku, terus sekarang mama nya nanyain apa Maura sama aku apa enggak, terus dia minta pap nya gitu."
"Telpon aja sih, Maura nya Yang."
"Udah dari tadi, tapi gak di angkat juga Dad. Isshhh sebel deh." Rengek Nayna membuat Aryo terkekeh.
"Sabar-sabar ya sayang, mungkin Maura nya masih tidur."
"Bukan mungkin lagi, tapi emang masih molor, Dad. Dia kan kebo, apalagi di malah di peluk Daddy nya, ya makin kebo aja tuh dia." Gerutu Nayna, meluapkan kekesalan nya pada sahabatnya.
Di lain tempat, Daniash mulai terbangun dari tidurnya, dia menggelengkan kepala nya mengusir rasa pusing yang menyerang kepala nya.
Secercah senyuman dia perlihatkan, saat melihat gadisnya tertidur lelap dalam pelukan nya. Tubuh putih mulus dengan beberapa tanda kemerahan hasil karya nya menghiasi tubuh sang gadis.
"Cantik dan sempurna." Puji Daniash, lalu kembali tersenyum manis.
Namun, senyuman itu seketika pudar saat ponsel Maura kembali berbunyi. Daniash mengambil nya dan melihat ada banyak chat dari kontak bernama Mama, juga My Bestie.
Daniash memberanikan diri membuka pesan yang di kirim oleh kontak My Bestie, yang Daniash yakini kalau itu adalah kontak milik Nayna, sahabat gadisnya. Beruntung nya, ponsel Maura tak menggunakan sandi atau pola yang akan menyulitkan nya.
Pria itu mengernyit saat Nayna mengirim pesan bernada gerutuan pada sahabatnya, apa maksudnya? Kenapa gadis itu mengomel tak jelas?
Belum selesai dengan rasa heran nya, Daniash kembali di kejutkan dengan suara ponsel lain. Pria itu mengambil ponsel nya sendiri, dan itu adalah panggilan dari sekretaris nya, Aryo.
"Ya, kenapa?" Tanya Daniash to the point setelah mengangkat telpon dari sekretaris nya itu.
'Maaf tuan, apa anda sedang bersama Nona Maura?'
"Hmmm, ya. Dia masih tidur, kenapa?"
'Maaf tuan, bisakah tuan memfotokan nona Maura lalu mengirimkan nya pada saya?'
"Untuk apa?" Tanya Daniash acuh. Dia mulai cemburu, tapi setelah mendengar penjelasan panjang lebar sekretaris nya, dia pun mengerti dan melakukan permintaan nya.
"Ya, aku akan mengirimkan nya. Tapi, setelah kau mengirimkan nya lagi pada kekasih mu atau siapakah itu, langsung hapus!" Tegas Daniash.
'Baik tuan, saya mengerti.'
Panggilan pun selesai, Daniash memotret gadisnya yang sedang tertidur itu dan mengirimkan nya. Setelah menyelesaikan tugas nya, Daniash malah kembali berbaring dan tertidur sambil memeluk gadisnya lagi.
.......
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
bikin karya bagus lainnya saja gak usah nambah.kl kepanjangen bikin males mengikuti.
ku kirim vote ya kak....
Ditunggu judul selanjutnya
rasanya gak rela cepat tamat...
terimakasih banyak Thor sdh menghibur kami pembaca 🙏🙏
semangat Thor dgn Karya selanjutnya 💪