Dihianati, di Fitnah dan diperlakukan curang oleh orang-orang yang disayangin dan dipercaya membuat kematian Azzura tidak terima dan bersumpah bahwa dendamnya akan terus menghantui mereka yang menyakitinya.
Azzura dihukum mati karena difitnah telah berzina dengan pamannya yang seorang jendral. yang mana sanga Paman juga dihukum mati.
Saat itu Azzura mengucapkan sumpahnya dihadapan para penghianat dengan tatapan mata tajam penuh dendam.
Setelah sadar ternyata dia kembali dikehidupan saat umurnya berusia 15 tahun. Disaat sang Ayahnya akan diangkat menjadi Raja.
Dan dari sinilah balas dendamnya dimulai.
Bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikuti cerita Azzura...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon young bee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Semua persiapan untuk keberangkatan Keluarga Cariann telah dilakukan. Siang nanti mereka semua akan berangkat menuju Kastil Kerajaan secara bersama-sama. Orang-orang sedang sibuk berlalu-lalang dengan pekerjaan masing-masing.
Azzura yang pernah mengalami kejadian ini menjadi sedikit bersantai karena semua perlengkapannya telah selesai dibereskan. Dia melakukan itu karena ingin menikmati suasana kepindahan mereka yang tidak bisa dia saksikan dulu.
Dengan duduk tenang sembari memakan cemilan ditangannya. Dia tersenyum kepada semua orang yang lewat dan diperhatikan nya satu persatu. Vanesa yang melihat Azzura duduk bersantai menjadi seperti memiliki kesempatan untuk menganggunya.
Karena Tuan dan Nyonya Elena sudah berangkat lebih dahulu dia berfikir Azzura tidak memiliki perlindungan lagi. Dengan yakin Vanesa menghampiri Azzura untuk menyuruhnya membantu membereskan barang-barang Vanesa.
“Sepertinya kau sedang sangat bersantai Azzura,” Sindirnya namun tidak dihiraukan Azzura.
Kesal karena diacuhkan Vanesa bertindak lebih dengan merampas cemilannya dan membuangnya kelantai. “Aku sedang berbicara dengan mu seharusnya kau menanggapi!” teriaknya.
Namun Azzura tetap tidak memperdulikannya dan hanya melihat cemilan yang sedang dinikmati telah jatuh ketanah. Tanpa memasang wajah marah Dia memilih pergi meninggalkan Vanesa tanpa menjawab sekali pun. Tentu saja hal ini membuat Vanesa semakin kesal dan menarik tangan Azzura dengan kasar.
Karena tangannya ditarik dengan kasar Azzura pun melepaskannya dengan lebih kasar bahkan sampai menapar Vanesa. “Plakk!”
“Azzura beraninya kau menampar ku,” Ucap Vanesa dengan memegang pipinya yang sudah memerah.
Azzura tetap pada sikapnya diawal, diam tanpa menjawab. Tidak lama Selir Luisa datang dan melihat putrinya ditampar Azzura. “Azzura beraninya kau berlaku kasar pada kakak mu.”
Dengan bersamaan dia mau menghampiri Azzura untuk membalas tamparannya namun Azzura lebih cekatan dengan mundur satu Langkah kebelakang, membuat Selir Luisa tidak bisa menyeimbangan badan lalu tersungkur dan jatuh dihadapan Azzura.
Saat ini sudah banyak orang yang berkumpul menyaksikan perdebatan mereka bertiga. Tanpa disangka Azzura tersenyum samar seperti ingin tertawa. Melihat senyum dibibir Azzura, Vanesa menjadi geram dan marah.
“Kau sungguh keterlaluan Azzura!” Vanesa duduk untuk membantu Ibunya untuk berdiri.
Tiba-tiba Azzura ikut duduk hendak membantu Selir Luisa. “Kau baik-baik saja Selir?” saat Azzura mendekat Vanesa langsung mendorongnya.
“Minggir!” teriaknya membuat Azzura jatuh kelantai.
Disaat bersamaan Felix melihat kerumunan orang dan datang menghapiri, ternyata Azzura didorong oleh Vanesa hingga jatuh.
“Apa yang kau lakukan Vanesa?” felix langsung membantu Azzura berdiri, sekarang mereka semua sudah pada posisi berdiri berhadapan.
“Azzura yang menampar ku dan mendorong ibu terlebih dahulu Paman.” Vanesa membela diri.
Sementara Azzura mendengar perkataan Vanesa hanya memutar bola matanya keatas dengan malas. “Cih, beraninya memutar fakta.” Batinnya.
Mendengar perkataan Vanesa Felix langsung berdiri tegak dihadapan Vanesa dan Selir Luisa untuk melindungi Azzura yang berada dibelakangnya dengan melipat tangan didada.
“Aku bertanya pada kalian semua yang ada disini, apakah kalian melihat Azzura melakukan hal itu?” Tanya nya pada orang-orang yang menonton dengan suara lantang.
Namun mereka semua hanya diam tanpa berani menjawab iya atau tidak pada felix.
“Kau lihat Vanesa, tidak ada yang membenarkan ucapanmu.” Ucapnya dengan menatap tajam Vanesa dan Ibunya.
“Sekarang kalian bubar dan Kembali pada kesibukan masing-masing.” Perintahnya membuat kerumunan orang-orang itu pergi.
Vanesa yang tidak Terima dengan tindakan Felix ingin maju melawan namun dihentikan sang Ibu dengan menggeleng.
Lalu mereka memilih untuk meninggalkan Azzura dan Felix tanpa membalas apa-apa.
Ketika semua orang telah pergi, Felix berbalik Kembali melihat keponakannya itu dengan Khawatir. Azzura baru saja memungut cemilannya dibawah dan berdiri menatap Pamannya. “Kau baik-baik saja?” Tanya nya dengan lembut.
Azzura hanya tersenyum dan berbalik pergi dengan ceria seperti tidak terjadi masalah apapun. Felix melihat kepergian Azzura hanya tersenyum dan menggeleng.
Teyo datang karena melihat kerumunan orang-orang namun satu persatu sudah pergi dan menghampirin Felix yang menatap sendu Azzura yang sudah menjauh. “Apa ada masalah Tuan?” Tanya nya pelan.
Felix tersadar dan menatap Teyo. “Tidak, ayo kita Kembali memeriksa yang lain.” Ajaknya dan Teyo pun menurut.
Menjelang siang hari, semua keluarga inti kecuali Tuan dan Nyonya Cariann yang telah berada diKastil siap untuk berangkat dengan kereta mereka masing-masing. Azzura keluar Mansion dengan anggun dan memandang seluruh kereta yang berjajar.
“Ternyata dulu aku benar-benar tidak menikmati perjalan ini,” Senyumnya terukir dibibir. Kali ini dia benar-benar ingin menikmati perjalannya ke Kastil. Karena suasana yang berbeda dan juga ketenangan yang didapat.
Vanesa dan yang lain melihat kegembiraan Azzura menjadi sangat kesal. “Lihat saja nanti, aku akan membuat mu lebih menderita,” Batin mereka semua dengan tersenyum sinis.
Saat ini Selir Luisa dan Inez menganggap Azzura adalah penghalang terbesar untuk tujuan mereka.
Kereta-kerata itu berangkat dari Mansion Cariann dengan iring-iringan para pengawal dan Pangerang-pangeran serta para Jendral yang menunggangi kuda andalan mereka masing-masing.
Ditengah perjalanan Azzura membuka tirai jendela keretanya untuk melihat pemandangan diluar. “Ah, ternyata perjalanan ini sangat menyenangkan,” dengan tersenyum dia perlahan menyenderkan kepalanya disisi jendela.
Tepat dihadapannya saat ini ada Teyo dengan gagah dan tampan menunggang Kuda kesayangannya. Azzura memperhatikan kekasih masa depannya itu dengan sendu. “Kau benar-benar tampan.” Batinnya dan masih tersenyum.
Tiba-tiba saja Pangeran Vargas menyalip langsung dihadapan Azzura membuatnya menutupi pandangan Azzura kepada Teyo.
“Apa kau menikmati perjalanan ini Nona Azzura?” Tanya nya dengan tersenyum manis.
Azzura menjadi kesal dan langsung menutup tirai jendelanya. “Dasar penganggu,” gumannya. Lola yang melihat Nonanya kesal langsung bertanya.
“Apa ada sesuatu Nona?”
“Ada lalat penganggu,” Dengan kesal Azzura mengambil bantal dan merebahkan badan dikereta yang luas cukup Luas miliknya itu.
Pangeran Vargas yang mendapatkan sikap acuh Azzura langsung mundur perlahan kebelakang mesejajarkan diri dengan sang Kakak.
“Apa wajah ku tidak tampan dan menakutkan Kak?” Sedihnya yang meminta pembelaan sang kakak.
Pangeran Andres hanya tersenyum dan menepuk-nepuk Pundak sang adik tanpa menjawab apapun.
Perjalanan mereka memakan waktu setengah hari, kemungkinan mereka semua akan tiba di Kastil petang nanti. Jadi banyak para Wanita didalam kereta memilih tidur.
Seingat Azzura pun perjalan mereka aman dan lancar sampai Kekastil nanti, jadi Azzura tidak terlalu khawatir.