Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Saling Meruntuhkan Ego
"Bereskan semua barang-barang, kita pindah hari ini juga!" ucap Refal pada istrinya yang sedang menyuapi anak kedua mereka yang berusia 3 tahun.
"Lho kamu bilang kita pergi lusa," balas wanita itu dengan kernyitan di dahi. Sebenarnya dia juga merasa heran kenapa Refal tiba-tiba mengajak mereka pindah, bahkan pria itu mengatakan bahwa dirinya sudah tak bekerja lagi pada keluarga Fierce. Ketika ditanya alasan, Refal hanya menjawab bahwa dia sudah dipecat.
"Sudah jangan banyak bicara, lakukan saja apa yang aku minta."
Refal merasa bahwa ada yang mengintai rumahnya. Jadi dia memutuskan untuk segera meninggalkan rumah kontrakannya saat itu juga.
Akhirnya sang istri menurut, dia menyerahkan mangkuk makanan pada Refal, kemudian membereskan pakaian serta barang-barang berharga mereka.
"Tapi kita nggak mungkin bawa semuanya kan?"
"Siapa juga yang mau bawa semuanya? Bawa yang penting-penting saja," ketus Refal karena sang istri bertanya terus, sementara mereka tidak memiliki waktu banyak.
Setelah semuanya beres, Refal langsung memesan taksi online. Anak pertamanya yang sedang tidur pun langsung digendong saat kendaraan roda empat itu datang. Refal berpikir dengan kabur dia bisa menyelamatkan diri dan keluarganya, juga uang seratus juta yang dia sembunyikan. Namun, nyatanya anak buah Aneeq masih terus mengikutinya.
*
*
*
Hari sudah mulai gelap, karena matahari telah condong ke arah barat. Namun, Ayanna belum juga mendapatkan tempat untuk beristirahat malam ini. Dia merasa bingung, ditambah gerimis tiba-tiba mengguyur kawasan Jakarta.
Lantas Ayanna bersama yang lain berlari kecil menuju minimarket untuk berteduh. Lama semakin lama hujan turun dengan derasnya, sampai kakinya terkena cipratan air.
Dia melirik ke arah Nael, bayi yang semula lelap dalam gendongan, kini malah merengek karena dunia terlalu bising untuknya.
"Cup ... cup ... Sayang, tidur lagi ya," ucap Ayanna sambil menggoyangkan sedikit badannya, biasanya Nael suka dan langsung kembali tenang. Namun, kali ini sepertinya bayi itu tidak nyaman, sehingga rengekannya berubah jadi tangis yang membuat orang-orang mengalihkan perhatian.
"Nael haus ya? Sebentar ya, Mommy buatkan susu dulu."
Ayanna meletakkan tas yang sedari tadi dia jinjing, kemudian mengeluarkan semua yang dia perlukan untuk membuat susu sang anak. Dia terlihat kerepotan, tapi tak ada satupun orang yang menolongnya. Mungkin jika ada Dallie, pemuda itu akan langsung sigap, tapi sekarang dia hanya sendirian, ya benar-benar sendiri mengurus seorang bayi.
"Sabar, Nak."
Suara tangis Nael semakin kencang, seakan bersahutan dengan air hujan yang turun. Setelah berhasil membuatkan susu, Ayanna langsung menyodorkannya ke mulut Nael, tapi bayi itu malah menolak dengan terus mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Kamu kenapa, Nak? Dingin ya? Atau kamu buang air?" Ayanna yang belum mengerti sepenuhnya bahasa bayi terus menerka apa yang penyebab putranya menangis.
Bahkan setelah dia melakukan semua kebiasaan yang Dallie ajarkan, Nael tetap tak mau diam. Sehingga Ayanna pun mulai merasa frustasi.
Sejak kemarin Ayanna hanya mendapati Nael yang anteng, jadi dia merasa bisa untuk mengurus Nael tanpa bantuan siapapun. Namun, sekarang dia baru merasakan, bagaimana sulitnya menjadi seorang ibu.
Karena kesal dia pun jadi ikut menangis, sampai-sampai dia jadi pusat perhatian orang-orang yang sedang ikut berteduh di sana.
Sementara itu Dallie yang pergi seorang diri akhirnya memutuskan untuk pergi ke cafe untuk bekerja. Ketika dia berpisah dengan Ayanna, dia berusaha melepaskan semua perasaan cemas dan resahnya, supaya dia tak perlu mengingat Nael serta gadis itu.
Namun, nyatanya hati tak bisa dibohongi. Tubuhnya mungkin bekerja, tapi pikirannya selalu diisi oleh Ayanna dan Nael. Apalagi cuaca sedang tidak baik-baik saja, bagaimana jika terjadi sesuatu pada keduanya.
"Argh! Jangan pikirkan apapun lagi. Gadis itu hanya pembawa masalah dalam hidupmu, begini akan lebih baik. Kamu jadi tidak perlu memikirkan beban lagi," gumam Dallie mencoba meyakinkan dirinya bahwa melepas Ayanna dan Nael adalah jalan terbaik supaya dia kembali hidup dengan normal.
Namun, baru beberapa menit bicara seperti itu, hatinya mendadak gamang. Ditambah dari tempatnya berdiri dia melihat kilat dan petir menyambar berbarengan.
"Ck, aku benci sekali situasi seperti ini!" decak Dallie, akhirnya pergi ke lokernya.
Aldi yang melihat itu langsung berseru. "Dal, mau kemana kamu?" Namun, Dallie tak mengindahkan, dia sambar ponsel miliknya untuk menghubungi nomor baru Ayanna yang dia simpan dengan nama "Mommy Nael" untuk menanyakan dimana gadis itu berada.
Di tengah isak tangis, Ayanna mendengar ponselnya berbunyi. Dia merasa terkejut, karena seharusnya tak ada siapapun yang bisa menghubunginya kecuali Dallie. Sontak dia pun menghapus air matanya dan merogoh benda pipih itu dari dalam kantong jaket.
"Dallie?" Tangis Ayanna malah pecah begitu melihat nama itu muncul di layar ponselnya. Seakan inilah momen yang dia tunggu-tunggu, dengan cepat Ayanna menerima panggilan dari pemuda itu.
"Dal—"
"Dimana kamu?" tanya Dallie cepat sebelum Ayanna bicara lebih dulu. Dallie mendengar tarikan nafas yang cepat, dan bisa dipastikan bahwa saat ini Ayanna sedang menangis.
"Aku—aku nggak tahu ini dimana. Tapi Nael nangis terus, Dal, aku nggak tahu cara ngebujuk dia, aku takut," rengek Ayanna, mencurahkan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Mendengar itu, Dallie menghela nafas panjang. Akhirnya ego mereka perlahan-lahan runtuh, sehingga mau mengalah satu sama lain demi Nael.
"Ya sudah shareloc sekarang, aku akan kesana!" pungkas Dallie, Ayanna mengangguk cepat. Karena nyatanya mereka saling bergantungan.
Begitu mendapat lokasi yang dikirim oleh Ayanna, Dallie langsung melepas pakaian kerjanya, lalu meminta izin untuk pulang lebih awal.
Pemuda itu menembus hujan dengan mantel plastik yang dia beli seharga sepuluh ribu, meski tak sepenuhnya bisa melindungi diri dari air hujan, tapi setidaknya dia tak basah kuyup dan bisa menggendong Nael saat ia tiba.
Dallie menggunakan kecepatan yang cukup tinggi. Hingga dalam waktu kurang lebih satu jam, pemuda itu akhirnya sampai di tempat Ayanna dan Nael berteduh. Setelah memarkirkan motornya, Dallie segera membuka mantel dan melangkah ke arah Ayanna, tiba-tiba Ayanna menghamburkan diri ke pelukan Dallie, bersama Nael yang sudah terlelap, mungkin karena lelah menangis.
"Aku nggak bisa urus Nael sendiri, aku butuh kamu," ucap Ayanna sambil menyembunyikan wajah di dada bidang pemuda itu. Sementara Dallie merasakan getaran aneh.
tuh anthea panik,dallie sdh gedor2 pintu.
sapa tau Kamu kenal...
klo trnyata gak kenal...
ya kenalan lah..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Main" kok sama keluarga Tan....
Salah nyari lawan kamu...😏😏😏😏
Dallie pulang noh...bukain pintu...
Masa Athea yg bukain pintu,,runyam urusannya nanti....🙄🙄🙄🙄🙄
Refal Refall...kepercayaan itu seperti kertas, sekali di Rematt dia tak akan kembali sempurna lagi. Kamu di butakan sama Uang 100 jeti , sampai kamu menghianati sebuah kepercayaan yang selama ini keluarga Tan berikan padamu...kebaikan kamu balas dengan penghianatan...Sadissss