Sania, gadis cantik berumur 22 tahun dan baru lulus kuliah disebuah perguruan tinggi negeri jurusan pariwisata harus menjalani kehidupan yang sulit dan pahit
Hidupnya berubah seperti roda roller coaster, yang awalnya indah berubah menjadi neraka ketika dia bertemu dengan pria tampan bernama Alexander Louise.
Seorang CEO tampan yang terkenal dengan bad boy dan suka gonta ganti pacar
Akankah Sania dan Alex bisa bersatu melewati kejamnya rintangan yang menghalangi mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zandzana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diselamatkan Mami Ajeng
Sania mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha memusatkan penglihatannya
Setelah penglihatannya benar-benar fokus mulailah dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan
"Siapa yang membawaku kesini?" gumamnya seperti pada dirinya sendiri
"Saya"
Sania langsung menurunkan matanya kearah ujung kaki
"Mami...." desisnya
Mami Ajeng berdiri dan tersenyum menyeringai kearah Sania
Wajah Sania seketika memucat dan degup jantungnya berdetak kencang tak karuan
"Akhirnya setelah sekian bulan mami mencari kamu, akhirnya kita bisa bertemu lagi"
Sania menelan ludahnya dengan ketakutan dan memandang mami Ajeng yang kini berdiri di sampingnya
Tanpa bisa dicegah mami Ajeng menekan keras perut Sania yang membuat Sania terbelalak dan memekik tertahan
"Ternyata kamu sedang hamil" cibir mami Ajeng sambil menarik tangannya dari atas perut Sania
Sania menarik nafas dengan ngos-ngosan dan memiringkan posisi tidurnya
"Lari kemana kamu, hah?"
Sania terdiam dan tak berani menjawab pertanyaan mami Ajeng yang menatapnya tajam
"Untung mami melihat kamu, jika tidak mungkin kamu telah mati di pinggir jalan"
Sania kembali menelan ludahnya demi mendengar ucapan mami Ajeng
"Gara-gara kamu, pak Handoyo meminta dikembalikan uangnya yang telah dia transfer sama mami, dan gara-gara kamu pula hubungan mami sama beliau jadi renggang"
"Maafkan saya mami"
"Maaf kamu tidak akan mengembalikan uang mami, Sania!"
Sania menunduk takut tak berani menatap mata Mami Ajeng yang berkilat marah
"Mami pikir kamu masih virgin, makanya mami meminta bayaran mahal pada pak Handoyo, ternyata kamu malah jauh lebih rendah dari anak mami yang lain. Mana suami kamu, hah?, kenapa kamu sampai bisa pingsan di jalan?"
Sania diam dan tampak berpikir untuk menjawab pertanyaan mami Ajeng
"Kamu tidak punya mulut?"
"Ehmm, itu mami, saya tidak ada suami, saya hamil akibat perkosaan"
Mami Ajeng diam dan memandang wajah Sania dengan dalam, mencoba mempercayai perkataan gadis yang sedang terbaring lemah di depannya
"Sumpah mami, saya tidak bohong, saya diperkosa oleh orang yang tidak saya kenal ketika saya sedang bekerja"
Mami Ajeng masih diam dan memandang Sania dengan ekspresi datar
"Sebelum ketemu mami saya bekerja di kantor tour and guide, dan ketika saya menjadi tour guide seorang turis, saya diperkosa olehnya, waktu ketemu mami saya ketahuan hamil oleh bos saya, oleh karena itulah saya dipecatnya"
"Dan ketika bertemu mami saya tidak tahu jika saya akan dipekerjakan sebagai wanita malam, karena itulah saya kabur dan pulang ke rumah mama saya. Tapi kembali nasib buruk menimpa saya, saya diusir oleh mama saya dan saya kembali lagi ke kota"
"Tapi kedua anak buah mami pernah melihatmu dan sudah akan menangkap mu sampai akhirnya kamu kembali lolos karena ada seorang polisi yang menolong mu"
Sania menarik nafas panjang, dia ingat kejadian dimalam pak Danendra menyelamatkannya dari anak buah mami
"Benar mami, di rumah merekalah saya selama beberapa bulan ini tinggal"
"Terus, bagaimana kamu bisa di jalan?"
Kembali Sania menarik nafas panjang
"Aku terusir lagi mami, istrinya salah sangka dan mengira aku ada main dengan suaminya"
Mami Ajeng tersenyum menyeringai
"Terus bagaimana nasib kamu sekarang?, perutmu kian hari kian membesar, dan kamu mau tinggal dimana sekarang?"
Sania menggeleng
"Sudah punya biaya untuk melahirkan?"
Kembali Sania menggeleng
"Itulah makanya mami ajak kamu kerja dengan mami kemarin, coba kalau kamu tidak kabur, kamu sekarang tentu sudah jadi primadona di tempat kerja mami, dan kamu tidak akan bingung memikirkan perutmu itu"
Sania menggeleng
"Aku tidak mau menggugurkan janinku ini mami, dari awal aku memang berniat menggugurkannya, tapi setelah aku berfikir lebih dalam lagi, aku memutuskan untuk membatalkan aborsi dan akan terus merawat bayiku ini sampai kapanpun"
Mami Ajeng menggelengkan kepalanya sambil kembali tersenyum menyeringai
"Sekarang setelah keluar dari rumah sakit ini kamu mau kemana?"
Sania lagi-lagi menggeleng
"Aku tidak tahu akan kemana mami, bahkan untuk membayar biaya rumah sakit ini saja aku tidak punya uang"
Mami Ajeng tampak menarik nafas panjang dan kembali menatap Sania dengan dalam
"Bagaimana jika kamu tinggal di tempat mami lagi?"
Sania menatap mata mami Ajeng dengan mata terbelalak
"Yaa itu sih kalau kamu mau, kalau kamu tidak mau, ya terserah kamu. Kamu bisa bayar sendiri biaya rumah sakit ini dan juga kamu bisa pergi dari sini, dan mencari orang yang siap menampung kamu"
"Tapi mami yakin, tidak akan ada orang yang mau menampung perempuan hamil yang tak jelas macam kamu, apalagi jika mereka tahu jika kamu tidak ada biaya sepeserpun"
Sania menelan ludahnya mendengar ucapan mami Ajeng, jika dipikirnya apa yang dikatakan mami Ajeng memang ada benarnya
Dokter Anita saja yang jelas tahu latar belakang mengapa dia hamil saja lebih memilih mengusirnya karena dia cemburu melihat Sania ditolong suaminya
Apalagi ini orang lain yang tidak mengenalnya sama sekali?, mana ada orang yang sudi menolongnya?
"Ya sudah mami pergi dulu, kamu silahkan istirahat dan mami akan kembali lagi besok"
"Tunggu mi!"
Mami Ajeng yang sudah siap membalikkan badannya tersenyum menyeringai sebelum berbalik melihat kearah Sania lagi
"Aku ikut mami"
Mami Ajeng memasang wajah datar, dia tak ingin kebahagiaannya karena akhirnya Sania lebih memilih ikut dengannya terbaca oleh gadis itu
"Kamu pikir-pikir lagi saja dulu, jangan terburu mengambil kesimpulan"
"Tidak mi, aku sudah punya siapa-siapa lagi yang bersedia menolongku, cuma mami yang saat ini bisa menolongku"
"Kamu serius ingin ikut mami?"
Sania mengangguk
"Jika begitu kita buat kesepakatan, kamu akan mami ajak ketempat mami, kamu akan mami sembunyikan sampai akhirnya nanti setelah kamu selesai melahirkan, baru kamu mami keluarkan"
Sania mengangguk
"Terus bagaimana dengan seluruh biaya saya mi?"
"Itu mami yang akan urus, pokoknya kamu tenang saja"
Sania yang sudah duduk sejak tadi langsung memeluk pinggang mami Ajeng
"Terima kasih ya mi, jika tidak ada mami entah akan jadi apa aku" isaknya
Mami Ajeng mengelus lembut kepala Sania
"Yang penting kamu bisa diajak bekerja sama dan tidak mengecewakan mami"
"Saya janji mi"
"Ya sudah mami panggilkan dokter dulu, biar kamu diperiksa lagi dan bisa atau tidak jika sekarang kamu ikut mami pulang"
Sania mengangguk dan menatap mami Ajeng yang keluar dari ruangannya
Tak lama mami Ajeng telah kembali dengan seorang dokter dan juga perawat yang langsung memeriksa keadaan Sania
"Itu tadi kontraksi palsu, saya sarankan banyak-banyak istirahat agar otot rahimnya tidak mengencang"
Sania mengangguk
"Ini obatnya nanti ambil di bagian apotek, salam sehat" ucap dokter itu lagi sambil memberikan secarik kertas pada Sania
Sania dibantu mami Ajeng turun dari atas ranjang rumah sakit, masih dengan digandeng pelan mami Ajeng mereka berjalan menuju bagian apotek, dan mami Ajeng menebus semua biaya obat dan juga biaya perawatan Sania tadi
Lalu keduanya berjalan ke parkiran dan mami Ajeng langsung membukakan pintu dan membantu Sania naik
Sania menoleh kebagian kursi belakang dimana dilihatnya kopernya ada di sana
"Mami yang letakkan di mobil, jika tidak habis pakaianmu diambil orang" ucap mami Ajeng seperti faham ketika dilihatnya Sania melihat kopernya
"Pakaian saya di tempat mami masih mami simpan?"
Mami Ajeng mengangguk sambil menghidupkan mesin mobil
"Masih, karena mami yakin kalau kamu pasti akan kembali ketempat mami"
Sania hanya diam mendengar ucapan mami Ajeng, dan matanya hanya fokus menatap ke depan
Perutnya kembali menendang, dan Sania refleks memegang perutnya. Dan mami Ajeng menangkap itu, dia hanya tersenyum sekilas
"Kamu yang tenang di sana, kita ketempat mami, ya..." ucap mami Ajeng sambil mengelus sekilas perut Sania
Sania tersenyum, entah apa yang ada di benaknya sekarang, satu sisi dia bersyukur karena telah ditolong mami Ajeng, tapi di sudut lain hatinya diliputi kecemasan karena akhirnya dia harus kembali lagi ke rumah bordil itu
semoga ajah happy ending