Kinanti Azania, Gadis berusia 19 tahun yang berteman air mata semenjak Ayah nya jatuh sakit.
Hingga akhir nya ia di jual oleh Ibu tirinya kepada mucikari.
Bagaimana nasib Kinan selanjut nya? Ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu Keandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan Kinan 34
Pagi ini Kinan akan berlatih jalan, Mamah dengan sabar mendampingi Kinan, selesai sarapan dengan semangat penuh Kinan melangkah perlahan.
"Nggak sakit kok Mah."
"Tapi harus tetap hati-hati Nak, luka bekas operasi kamu masih belum kering, baru juga kemarin pagi operasi."
"Iya Mah, Kinan nggak sabar pengen lihat Kafeel secara langsung."
"Oh ya Mah, Kinan berterimakasih banget sama Mamah dan Wisnu, udah mau ngedukung Kinan sampai detik ini, Kinan nggak tau harus bales pake apa Mah."
Bulir air mata Kinan jatuh, dirinya kadang merasa sangat merepotkan, harus dengan apa Kinan membalas kebaikan Mamah, kini ia merasakan kembali kasih sayang seorang Ibu yang sebenarnya.
"Kinan, kamu dan Nasywa sekarang adalah Anak Mamah, sampai kapan pun jika Allah berkehendak Mamah akan terus mendampingi kamu, mendampingi Nasywa hingga dewasa, hapus air mata mu Nak, kita cari kebahagiaan kita."
"Aku sayang Mamah."
Kinan dan Mamah berpelukan erat, Mamah menghapus air mata di pipi Kinan.
"Mamah berdoa kamu akan bahagia selalu Nak."
"Ayo kita belajar jalan lagi, tidak nyeri kan perut nya."
"Nggak Mah."
Mamah kembali menuntun Kinan. Tak lama Wisnu datang lalu meminta Mamah agar pulang membersihkan diri, Mamah melihat Kinan.
"Nggak apa-apa Mah. Kinan disini kan ada Suster yang nemenin."
"Kalau gitu Mamah pulang ya Nak..."
"Iya Mamah hati-hati ya."
"Iya, nanti Mamah kesini sambil bawa Nasywa."
"Iya Mah...."
Mamah menyambar tas nya lalu melangkah meninggalkan gedung RS.
Kinan memutuskan duduk di atas ranjang, Wisnu terus memperhatikan Kinan.
"Kamu habis menangis?"
"Nggak."
"Wajah mu sembab."
Kinan melihat Wisnu yang duduk di sofa bersebrangan dengan ranjang pasien nya.
"Urusan perempuan."
Wisnu mengangkat alis nya.
"Oh ya."
Kinan mengangguk, Wisnu menghampiri Kinan menyerahkan tangan nya untuk di pegang Kinan.
"Ayo kita ke ruangan Boy, pagi ini aku belum jenguk dia."
"Mamah sudah, tapi aku belum pernah."
Mata Kinan berkaca-kaca.
"Pegang tangan ku kita lihat Boy bareng-bareng."
"Makasih."
Lalu Kinan memegang erat tangan Wisnu, mereka berjalan beriringan menuju ruangan Kafeel yang memang satu lantai dengan Kinan.
Kinan fokus dengan langkah nya, sementara Wisnu sibuk menelisik wajah Kinan, ia melirik tangan nya yang di genggam Kinan erat, tunggu.....
Wisnu merasakan jantung nya berdegup lebih kencang, tidak seperti biasanya, kenapa dirinya menjadi gugup dekat dengan Kinan, lamunan Wisnu buyar saat Kinan menanyakan sebelah mana ruangan Kafeel.
"Wisnu, kenapa melamun."
"Maaf Nan, itu di depan sedikit lagi."
"Alhamdulillah sebenarnya perut ku sedikit nyeri."
Wisnu langsung berhenti.
"Berhenti dulu kalo sakit, kenapa nggak ngomong, duduk disini."
Wisnu menuntun Kinan duduk di kursi yang di sediakan pihak RS, setelah di rasa cukup baik Kinan dan Wisnu melangkah kembali menuju ruangan Kafeel.
Hati Kinan hancur saat melihat kondisi Anak nya jauh dari yang di bayangkan nya, ternyata Kafeel sangat lah kecil.
Kinan berkali-kali mengutuk Bian, penyebab semua ini terjadi, hati nya sangat perih, ia mulai mengingat saat Bian memfitnah nya, menampar nya, lalu di tendang bak hewan tak berguna.
"Sudahlah Nan, Kafeel Anak kuat."
"Ibu mana yang nggak hancur liat kondisi Anak nya seperti ini Nu."
"Aku ngerti perasaan kamu Nan, aku juga merasakan, Kafeel juga Anak ku, yang penting sekarang kita berpositif thingking aja."
Kinan terus menatap lekat Anak nya yang tertidur nyenyak di dalam inkubator.
🍃🍃🍃
"Keluarkan berapapun uang asalkan saya bebas Fa, jika di pengadilan nanti saya sampai di tuntut penjara akan saya habisi kamu."
Rafa memutar bola mata nya, untung ia mengenakan kaca mata hitam jadi Bian tidak melihat.
"Iya Tuan."
"Jangan iya iya saja, ku patahkan leher mu nanti."
"Tuan pengacara banyak yang tidak sanggup menangani kasus anda, karena jika mereka membantu anda mereka akan di serang publik, akun media sosial mereka pun akan di serang."
"Itu bukan urusan saya, yang saya mau hanya bebas, jika tidak awas kamu."
Jika anda di penjara bagaimana cara anda mematahkan leher saya.
"Dalam jangka 24 jam ini anda sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit hanya untuk....."
"Uang saya banyak Fa, itu bukan masalah, sekarang kamu pergi cari pengacara yang kompeten !!"
Ya memang sebaiknya aku pergi.
"Baik Tuan."
Rafa meninggalkan Bian yang termenung di ruang jenguk, Rafa berfikir sebaiknya menemui Wisnu untuk membahas masalah ini.
Rafa dan Wisnu adalah teman karib, bahkan Rafa bekerja di perusahaan Bian atas permintaan Wisnu dan Mamah nya, selain karena saling mengenal Rafa juga dapat memberi Mamah nya informasi akurat tentang Bian.
🍃🍃🍃
"Untung masih banyak."
Tasya menyimpan kartu ATM Bian dalam tas nya.
"Terserah mau di penjara juga, yang penting uang nya sudah di tangan ku."
Tasya menatap perut buncit nya.
"Biar keluarga Papa mu saja yang urus kamu, semua nya tidak sesuai rencana karena Papah mu terlalu bodoh, otak nya tidak berfikir sebelum bertindak."
Tasya masuk dalam mobil nya lalu melaju dengan kecepatan sedang, beberapa menit kemudian Tasya sampai di sebuah cafe.
"Tasya."
Pekik seorang wanita di sertai lambaian tangan, Tasya melangkah ke arah tempat duduk wanita itu yang tak lain adalah Lisa sahabat nya, Tasya duduk dengan muka lesu nya, tanpa aba-aba menyerobot minuman Lisa.
"Lo kenapa?
"Capek."
"Yang penting harta nya aman kan, santai aja lah, apa yang Lo pusingin."
"Nggak sesimpel itu Sa, Bian di penjara, dan itu bukan tujuan gue, kasus ini udah sampe ke jalur hukum, gue takut keseret."
"Hmm.... Lagian Lo kenapa sih, bukan nya tujuan Lo Bian dan harta nya, kenapa masih aja gangguin mantan istri nya Bian."
"Maksud gue biar Anak dari mantan Istri nya itu nggak dapet bagian apa-apa, gue pengen nya Bian berfikir itu bukan Anak dia, gue nggak tau kalo Bian bisa senekat itu."
"Lo terlalu rakus."
"Tau deh."
Tasya mengaduk-aduk minuman nya.
"Gue takut banget keseret."
Lisa mengangkat bahu nya.