Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hot News
Menghela napas kasar, menatap ke arah Cheisia yang telah lengkap mengenakan seragam sekolah. Putrinya membantu pelayan meletakkan makanan di meja.
"Cheisia..." panggil sang ibu.
"Sarapan sudah ada di meja, aku berangkat lebih awal..." Sang anak tersenyum, melangkah pergi tanpa menyantap sarapan, membuat hati sang ibu semakin sakit. Menyempurnakan aksi mogok makannya.
"Tu... tunggu." Panggil sang ibu.
Cheisia hanya menghela napas kasar."Ibu, aku sudah cukup mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Kemarin hujan lebat, aku hanya mengobrol dan menemani ibu Neil yang sakit. Jika ibu tidak percaya, ibu bisa menghubungi orang tua Neil. Aku memiliki nomor teleponnya."
"Bu...bukan seperti itu, ibu...kamu makan ya..." Pinta sang ibu, bingung harus berkata apa.
"Aku hari ini piket. Jadi berangkat terburu-buru." Cheisia tersenyum, tidak terlihat marah sama sekali.
Tapi itu malah menambah rasa bersalah dalam hati sang ibu. Bagaimana harus mengucapkannya, sedangkan dirinya tidak mengenal sosok Neil sama sekali. Menyetujui hubungan Cheisia, maka putrinya akan berhenti merajuk. Tapi, menyetujui tanpa sepengetahuan Dirgantara...
Suara motor sport memasuki gerbang terdengar. Dengan cepat putrinya berlari keluar. Sela menatap ke arah Neil dan Cheisia yang sempat bicara berdua, entah apa yang mereka bicarakan.
*
"Aku menjemputmu sesuai kesepakatan." Sang pemuda menghela napas menyodorkan helm.
"Kewajiban sebagai pacar, kamu harus terlihat baik di depan ibuku." Tegas Cheisia.
"Kenapa harus? Ibumu saja terlihat tidak menyayangimu." Neil mengangkat salah satu alisnya.
"Karena, nanti siang aku akan membuat kue bersama ibumu. Jika kamu bersedia melakukannya." Jawaban penuh senyuman dari Cheisia, membuat Neil luluh seketika.
Jika ada harapan untuk tujuan hidup ibunya. Maka, apapun akan dilakukan olehnya. Karena itu, dalam tiga detik, raut wajah malas, keji, dingin bagaikan iblis itu berubah, menjadi malaikat yang tersenyum cerah.
Pemuda yang melangkah mendekati Sela."Pagi bibi, aku kemari untuk menjemput Cheisia. Jika bibi mengijinkannya. Aku berjanji Cheisia akan sampai dengan selamat ke sekolah."
Gila! Begitu baik dan penuh sopan santun bocah ini. Membuat Cheisia tidak dapat berkata-kata, pantas saja, sosok suaminya sebelum waktu terulang bagaikan memiliki dua sisi. Manis, begitu perhatian, tapi obsessive dan protektif, mengerikan.
"Sebenarnya bibi---" Kalimat Sela disela.
"Sayang, ibumu tidak mengijinkan aku mengantarmu. Lebih baik kamu naik mobil diantar supir. Biar aku mengikuti mobilmu. Jadi anak yang penurut ya? Orang tuamu, lebih penting dibandingkan denganku. Mereka yang membuatmu berada di dunia ini." Begitu baik bagaikan malaikat kalimat yang keluar dari mulut Neil.
Padahal aslinya, pemuda itu memang menginginkan ini."Ayo! Naik mobil saja! Jika kamu memelukku terlalu erat, dan berbisik di telingaku, maka kita bisa kecelakaan! Dasar stalker gila!" Batinnya.
"Kakanda, tapi Kakanda sudah datang jauh-jauh kemari." Cheisia menatap bagaikan iba, padahal aslinya memang ingin berboncengan dengan sang pujaan hati.
"Aku tidak apa-apa. Jika itu membuat ibumu merasa lebih nyaman. Ini juga salahku, karena membuatmu pulang terlalu larut kemarin. Karena itu naik mobil ya? Biar aku yang mengiringi." Benar-benar lembut kalimat demi kalimat pemuda ini, bagaikan iblis yang tengah menyembunyikan tanduknya, berganti dengan sayap putih malaikat yang benar-benar lebar.
"Kakanda..." Cheisia memandang penuh rasa iba. Ingin sang pujaan hati membonceng nya.
"Tapi jangan katakan pada ayahmu. Kalian boleh naik motor, jangan kemana-mana langsung ke sekolah. Selama pacaran tidak boleh pelukan atau ciuman, apalagi membuat anak. Mengerti?" Tegas sang ibu.
"Hore!" Teriak Cheisia, memeluk ibunya.
"Sial!" Batin Neil, masih tersenyum secerah malaikat.
"Tapi ibu... ciuman boleh ya? Kalau boleh aku janji tidak akan membuat anak. Janji! Lagipula aku akan selalu jujur dan meminta ijin ibu." Kembali Cheisia mengeluarkan ekspresi manjanya. Matanya berkaca-kaca penuh harap."Aku akan belajar tentang bisnis kecil-kecilan. Janji menjadi anak yang baik. Tidak terjerat pergaulan bebas. Akan menyayangi Bianca sepenuh hati. Boleh ya?"
"I... ibu...." Sela terdengar ragu.
"Terimakasih ibu!" Belum juga menjawab, Cheisia mengeratkan pelukannya.
Menghela napas kasar, bingung harus bagaimana. Apa dirinya dapat mempercayai pemuda ini? Atau lebih mempercayai kata-kata Hazel.
"Aku tidak akan melakukan hal yang terlewat batas dengan Cheisia. Karena dia begitu berharga bagiku." Lagi-lagi kalimat yang meluluhkan hati Sela, keluar dari mulut sang pemuda yang bagikan berlapiskan madu.
"Dia pembawa sial! Makhluk yang paling aneh dan absurb, membuatku begitu kesal dan tidak tau harus bagaimana. Bahkan semalaman aku kesulitan tidur karena terbayang wajahnya yang seperti bebek. Jadi tidak mungkin aku jatuh cinta dan menyentuhnya." Batin Neil, masih dengan senyuman palsu menyungging di wajahnya.
"Hati-hati di jalan. Sampai sekolah langsung hubungi ibu." Sang ibu menghela napas, benar-benar harus berhati-hati dan mengawasi pergaulan putrinya kali ini. Putri kecilnya yang begitu manis.
*
Mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Ingin segera sampai di sekolah, sebelum wanita ini berbisik lagi di lehernya.
"Kakanda..."
"Diam! Selama perjalanan dilarang bicara!" Tegas Neil.
"Jangan galak-galak begitu. Semalam saja merayuku dengan mengatakan cintamu sekeras batu."
"Kapan?" Tanya Neil tidak mengerti.
"Kemarin itu... gambar baru, itu artinya cintamu sekeras batu karang bukan?"
"Halumu (imajinasimu)!" Neil menghela napas, merasakan gadis ini mulai diam. Memeluk tubuhnya dari belakang dengan kepala menyandar pada bagian punggungnya.
"Neil, taukah kamu, kenapa aku memilih mati bersamamu? Karena aku merasa dunia ini begitu gelap, saat kematianmu. Jika aku diminta mengulangi hal yang sama lagi, maka aku akan tetap memilih untuk mati. Karena hanya kamu yang percaya dan mengasihiku tanpa imbalan..." Ucap Cheisia pelan.
"Kamu bilang apa?" Tanya Neil tidak mendengar dengan jelas.
"Aku bilang, kemampuan ranjangmu pasti luar biasa." Teriak Cheisia di telinga Neil.
Neil segera menghentikan laju motornya."Turun!" Bentaknya merasakan telinganya benar-benar sakit.
"Tidak mau! Antar jemput adalah kewajiban pacar." Cheisia merungut.
"Kalau begitu diam." Neil berusaha keras tersenyum.
"Baik! Tapi bilang dulu Adinda tersayang..."
Benar-benar kesal rasanya. Tapi ini demi ibunya."A....A... Adinda tersayang."
Cheisia tersenyum, tapi ada yang aneh kali ini bagi Neil."Kamu adalah pria yang membuatku bahagia..."
Satu kalimat yang membuat hati Neil merasakan hal yang aneh. Kembali melajukan motornya, sembari sesekali melirik ke arah spion. Kenapa dirinya tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Cheisia? Kenapa semalam dirinya tidak bisa tidur?
Wanita ini adalah pengaruh buruk untuknya. Saat ibunya sembuh nanti, dirinya akan mengakhiri semuanya. Tidak ada status kekasih lagi, tidak akan pernah mau bertemu wanita ini lagi, selamanya.
*
Kala motor terhenti, seisi sekolah gaduh. Cheisia Muller, siswi baru, tiba-tiba datang dengan Willem Alexander Niel Andreas?
"Apa aku bermimpi?" Tanya Risa.
Plak!
Jessi memukul pipi sahabatnya."Apa sakit?" tanya Jessi.
"Sakit! Setan!" Geram Risa.
"Berarti kita tidak sedang bermimpi." Kalimat tidak tahu malu dari Jessi.
"Ada apa? Ada apa? Ada gosip terbaru ya?" Tanya Tantra yang bergerak bagaikan bunga Peony kebanyakan air.
Lagian pikiran orang sukses kebanyakan ga sempet ngurusin hidup orang lain mending dia ngembangin bisnis, ngumpul cari koneksi ngomongin hal penghasil cuan drpd cuma ngurusin hidup sm masalah orang, target pasar mu salah mbak bi 😅
kakanda katanya🤣🤣🤣🤣
kopi sudah otewe ya 👍💕😍
menyesal dah gak ada gunanya Albert
🔨🔨🔨🔨🔨🔨🔨