Aku tak menyangka pria tampan yang selalu muncul di waktu petang itu ternyata bukan manusia.Dia adalah Genderuwo yang telah dipilihkan oleh kakek buyut ku sebagai suami, melalui perjanjian gaib.
Berbagai peristiwa gaib dialami Nisa yang ternyata nenek moyang ayah dan ibunya juga
mengadakan ritual dan perjanjian dengan makhluk halus lainnya demi mendapatkan kekayaan.
Nisa yang polos ternyata mewarisi kekuatan supranatural dan mempunyai khodam penjaga di dalam tubuhnya.Dia juga kerap kali mengalami bahaya dari ulah makhluk gaib di sekitarnya.
Pertemuan dengan Dito diwarnai dengan kisah asmara keduanya.Mereka bekerja sama mengatasi teror dari makhluk halus yang ada di sekitarnya.
Akankah misteri alam gaib beserta penghuninya dapat dipecahkan oleh Nisa?.
Atau kah Nisa terbawa suasana dan malah
bersekutu dengan mereka?.
Bertetangga dengan Genderuwo dikemas dalam cerita menarik yang diwarnai dengan romansa cinta Nisa dan Dito.
. . . 🌼selamat membaca 🌼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annasya Fayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bude Wati Kena Batunya
Genderuwo yang haus darah itu, terus saja
menggeram di depan bude Wati.Dia masih saja menyiksa bude Wati.Genderuwo itu
ingin segera meminum darah persembahan.
Bude Wati tak kehilangan akal, dia menyayat pergelangan tangannya, dan meminta Genderuwo itu menghisapnya.
Setelah puas mencicipi darah dari majikannya
Genderuwo itu pun tenang sekarang.
Akan halnya bude Wati,dia meminta pak Udin
menelpon dokter untuk mengobati lukanya.
Dokter menjahit luka bekas sayatan pisau di
tangan bude Wati.Dokter menyarankan untuk
bude di rawat di rumah sakit.
Bude menolak saran dokter dan meminta tranfusi darah dilakukan di rumah saja.
Bude juga meminta seorang perawat untuk
membantunya selama dia sakit.
Dirumah sakit, bapak dan Nisa masih setia menunggu ibu,walaupun masih belum sadarkan diri.Dito sesekali menjenguk ketika
ada waktu luang.
Perawat sedang memandikan ibu ketika tiba-tiba tangannya bergerak.perawat itu segera
memanggil dokter untuk memeriksa ibu.
Ibu sudah sadar, tapi kondisinya masih lemah,
sehingga tidak boleh banyak bicara dulu.
"Nisa,,,,kau pulanglah, lihat keadaan bude mu,
sudah beberapa hari ini dia tidak datang ke
rumah sakit".
"Bude paling sedang sibuk dengan urusan
kantor pak,,,lagipula buat apa kita perduli,
bukannya ibu seperti ini karena ulahnya".
"Jangan jadi orang pendendam Nis, itu tidak baik".
"Ibumu sudah mendingan,lagipula dia kakak
satu-satunya dari ibu mu".
Nisa bergegas meninggalkan rumah sakit untuk kembali ke rumah bude Wati.
Dari luar pagar, rumah bude tampak berbeda,
seperti ada aura gelap yang menyelimuti sekitar rumah.
Nisa melangkah masuk ke dalam rumah.
"Aneh...........".
"Sepi sekali rumah ini, bude juga tidak kelihatan".
"Mbak siapa ya???".
"Lo...!!! harusnya saya yang bertanya, mbak ini
siapa, dan sedang apa disini".
"Maaf mbak, saya perawat yang ditugaskan menjaga ibu Wati".
"Memangnya bude saya sakit apa?".
"Mbak lihat saja sendiri di dalam".
Nisa melangkah masuk ke dalam kamar bude
Wati.Beliau tergeletak di tempat tidur dengan
kondisi yang menyedihkan.Badan nya kurus kering tinggal tulang.Matanya melotot ke depan dan mulutnya selalu menggeram.
Nisa juga melihat Buto ijo itu diatas kepala
bude Wati sedang memegangi rantai yang
mengikat leher bude Wati.
Kondisi nya antara hidup dan mati karena darahnya dihisap oleh si Buto ijo.Dia juga
kesulitan bicara sebab lehernya dicekik oleh Buto ijo tersebut.
"Sejak kapan bude saya seperti ini mbak?".
"Ini sudah satu Minggu mbak, tapi kondisinya justru semakin menurun".
Nisa kasihan melihat kondisi bude Wati. Tapi
Nisa juga tidak bisa menolong apapun.Buto
ijo itu telah menjadikan bude Wati sasaran
kemarahannya.
Nisa mendekati ranjang bude Wati dan mencoba berbicara kepadanya.
"Bude,,,,,ini masih belum terlambat, sebaiknya
bude segera melepaskan Buto ijo itu, sudah
terlalu banyak yang jadi korbannya.
"Bude Wati hanya bisa menjawab dengan
geraman, rantai yang dipasang Buto ijo
di lehernya terlalu kuat mengikatnya".
Nisa keluar dari kamar bude Wati, dia segera
menelpon Dito.
"Halo.......Dito,,,kau bisa menjemputmu di rumah bude Wati sekarang?".
"Memangnya ada yang penting Nis?".
"Aku jelaskan kalau kau sudah sampai sini".
"Oke.......tunggu aku 15 menit".
Dito memacu laju motornya Agar segera sampai ke rumah bude Wati.
"Katakan,,,,,sepenting apa masalahnya sampai
kau panik seperti itu".
Tanpa menjawab, Nisa langsung menyeret Dito ke kamar bude Wati.Dito yang melihat
pemandangan di depan nya jadi miris.
"Bude Wati..............??".
"Ya,,,karena tidak mendapatkan tumbal, bude
Wati sendiri yang jadi sasarannya".
"Lalu,, apa yang akan kau lakukan?".
"Kita temui ustad yang tempo hari membantu
mengatasi kesurupan di pabrik".
Nisa dan Dito bergegas mendatangi rumah
kyai Ahmad. Nisa tak tega melihat budenya
semakin menderita.
Setelah mengutarakan maksudnya, Kyai Ahmad lantas mengikuti Nisa menuju rumah
bude Wati.Setelah melihat kondisi bude,kyai
Ahmad berbicara kepada Nisa.
"Nak,,,,ini berat,,,Buto ijo itu tak mau melepaskan bude mu begitu saja".
"Dia sudah turun-temurun diwariskan oleh
pendahulu budemu, makanya dia juga harus
diwariskan atau dikembalikan ke tempatnya
melakukan ritual dulu".
"Bapak hanya bisa mendoakan saja untuk mengurangi penderitaan budemu".
"Tapi pak,,, bukankah seharusnya Buto ijo ini
bisa dimusnahkan?".
"Bisa,,,,kalau kita tahu dimana menyimpan
cemeti itu".
"Cemeti apa maksudnya pak, Nisa tidak mengerti".
"Sosok Buto ijo itu bisa dikendalikan kalau kita mencambuknya dengan sebuah cemeti".
"Seharusnya benda itu ada pada majikannya".
"Namanya cemeti Gelung rambut, sebuah cemeti yang di gagangnya ada hiasan seperti
rambut yang digulung".
"Konon katanya, setelah dicambuk, Buto ijo itu akan tertahan di gelungan rambut tersebut dan tidak bisa keluar".
"Lalu dimana saya bisa mencari benda itu pak?".
"Hanya budemu yang bisa menjawabnya, tapi
mengingat kondisinya yang seperti ini, bapak
tidak yakin cemeti itu bisa ditemukan".
"Lagi pula, Buto ijo itu terus menempel pada
budemu bukan?".
"O,,,iya Nis,,,,aku ingat kamu menyebutkan benda itu saat kau kesurupan di restoran dulu".
"Aku....????".
"Iya,,,, mungkin saja itu terjadi mengingat mbak Nisa adalah garis keturunan terakhir dari keluarga Bu Wati".
"Mungkin saja mbak Nisa yang bisa mencari jalan keluar untuk masalah ini".
Nisa semakin bingung setelah mendengar penjelasan dari kyai Ahmad.Tiba-tiba telepon
berdering dari ruang tamu.Nisa bergegas mengangkat nya.
Bapak menelpon dari rumah sakit.Bapak mengabarkan kalau kondisi ibu sudah
membaik,dan meminta Nisa untuk segera ke rumah sakit.
Nisa bergegas menuju ruang ICU.Bapak sudah menunggu di luar ruangan.
"Bagaimana kondisi ibu sekarang pak?".
"Ibu mu pingsan setelah menceritakan kejadian waktu itu".
"Kata dokter, luka tusuk di perutnya belum kering, jadi masih belum boleh bergerak".
"Mulai sekarang,kita harus hati-hati, terutama kau Nisa, tinggal kau dan ibumu yang masih ada hubungan darah dengan bude Wati".
"Bude Wati sudah menerima balasannya pak".
"Kondisinya sekarang seperti mayat hidup".
"Buto ijo itu menyiksa bude Wati, dia bahkan tidak melepaskan jerat rantai dari lehernya".
Nisa kemudian menceritakan pembicaraannya dengan kyai Ahmad.
"Bapak sudah tahu itu, kau dulu juga diikuti Genderuwo yang dipelihara oleh kakek buyutmu kan??".
"Tidak mudah mengalahkan Genderuwo itu,
khodam yang ada di tubuhmu yang bisa me- musnahkan nya".
"Dan sekarang Nisa harus berhadapan dengan Buto ijo??".
"Entahlah pak,,,apa Nisa sanggup melakukannya".
"Kita memang ditakdirkan harus menghadapi
hal ini Nisa, karena ternyata kedua moyangmu penganut aliran sesat".
"Kau generasi terakhir dari kedua keluarga kami, semua ada di tanganmu sekarang".
Nisa bingung harus berbuat apa.Nisa tidak mau mewarisi pesugihan yang telah dipelihara secara turun- temurun.
Nisa harus menemukan cemeti itu secepatnya.Kalau.dulu dia bisa mengembalikan Genderuwo itu dan membatalkan perjanjian gaib dengan kakek buyutnya,dia juga harus bisa memutus perjanjian dengan Buto ijo ini.