Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suasana Panti Asuhan
" Fifian..!"
" Bu Susan..!"
Fifian memanggil lalu memeluk perempuan berusia lebih sari setengah abad itu dengan erat.Namanya Susan,ketua yayasan panti asuhan Cahaya Bunda,yang telah membesarkan fifian sejak masih bahi.fifian sudah menganggap susan seperti ibu kandung sendiri..
Setelah menikah Fifian sudah jarang kesini.Mungkin sekitar sua sampai tiga kali sebulan..jarak waktu,menjadi kendala utama..
"Gimana kabar ibu..baik..??" tanya Fifian
"kabar ibu baik,kalau kamu gimana kabar kamu...?"
"aku juga baik ,Bu..!"
Fifian lalu melepas pelukan nya,Susan memandang wajah cantik itu dengan sorot mata teduh..Rasa nya baru kemarin susan menemukan Fifian di dekat pintu gerbang panti asuhan,sekarang Fifian sudah besar dan sudah berumah tangga..
waktu berlalu begitu cepat..
"Ibu ikut bahagia kalau kamu bahagia,ibu juga selalu mendoakan kamu agar kamu selalu bahagia.."
"Terima kasih Bu,oh ya Bu, tadi Fifian bawa makanan tapi masih di dalam mobil.."
"Ayo ibu bantu turunkan.."
"iya Bu.."
Mereka pun menuju halaman depan, ternyata anak anak panti asuhan sudah ada di sana,Ada juga Lala yang menjaga mereka.Lala dan Fifian seumuran,tapi sayang nya sejan kecil mereka kurang akur..
"Tante Fifian....!!" teriak delapan anak yang kira kira berusia enam sampai delapan tahun itu sambil berlari menghampiri Fifian
Fifian berjongkok dan merentangkan tangan,sontak saja ke delapan malaikat malaikat kecil itu menghambur diri ke dalam pelukan nya.Fifian hampir tersungkur ke belakang .untungnya dia masih kuat menahan mereka.
"Kenan kangen Tante Fifian..!"
"Putri juga kangen tante..Fifian.."
"Aku juga kangen..!"
Mereka semua saling sahut menyahut mengungkapkan rasa rindu nya pada Fifian.Begitu pun dengan Fifian yang merindukan mereka.Setiap ada masalah healing terbaik versi Fifian adalah kesini,ke panti asuhan tempat ia di besarkan dari kecil sampai SMA
"Anak-anak udah ya pelukannya,tante Fifian nanti sesak nafas.." Susan mengarahkan anak-anak agar melepas pelukan nya..
Sementara Lala hanya memutar bola mata malas.Setiap Fifian datang kesini, anak-anak langsung heboh,sedangkan dia yang selalu menemani mereka, mereka selalu ketus padanya.
"Tante punya sesuatu buat kalian.."
Fifian membuka bagasi mobil dan anak-anak langsung bersorak melihat banyak kue yang ada di sana.
"Bilang apa sama tante Fifian..?" ajak Bu Susan
"Makasih Tante Fifian.."
"Sama-sama sayangkuuuu.."
Fifian pun membagikan tiga box kue itu pada delapan anak panti yang ada di sini..
Sedangkan tujuh belas box lain nya untuk anak-anak yang lain ..
Di panti asuhan Cahaya Bunda ini ada sekitar 200 anak dari berbagai latar belakang..Ada yang di tinggal di depan pintu panti asuhan seperti Fifian,ada yang sengaja di titipkan di sini dan membayar setiap bulan nya dan ada juga yang menyerahkan cuma-cuma karena tidak mampu merawat..
Banyak kisah di panti asuhan,Kisah yang akan membuat siapapun meneteskan air mata bila mendengarnya..
Panti asuhan ini mendapatkan dana dari donatur dan anak-anak panti asuhan yang dulu nya pernah tinggal dan besar di sini yang sudah sukses dan memberikan donasi..Syukurlah, uang-uang itu cukup untuk membiayai anak-anak di sini sampai mereka bisa mandiri.
"Lala,kalau kamu mau ambil saja..!"
"Cih..sombong banget kamu.. Mentang-mentang sudah nikah sama orang kaya,sombong nya selangit,kalau kamu gak nikah sama orang kaya,kamu gak akan bisa ngasih kaya gini.." sinis Lala
"Lala..kamu apa apain sih Fifian hanya menawari kamu kue ini,kalau tidak mau ya sudah.." ucap Bu susan
"Dari dulu ibu selalu membela fifian,ibu pilih kasih sama Lala..Ibu menyekolahkan fifian sampai kuliah, sedangkan aku cuma sampai SMA. Terus aku cerai dan sekarang aku nggak tau mau kerja apa gara-gara lulusan SMA."
"Lala..Lala..," Fifian menyahut sambil tertawa sinis, "Kalau ngomong tuh ngaca dulu dong. Sudah berkali-kali ibu menyarankan kamu kuliah, tapi kamu milih nikah sama laki-laki yang kamu bilang juragan tanah itu. Lalu kamu cerai dan nggak bisa kerja nyalahin ibu gitu? Dan satu lagi, aku dari SMP sampai kuliah dapat beasiswa, jadi nggak usah iri kalau nggak mampuuu."
"Waah kamu benar-benar," Lala melinting kaos Fifian dan siap adu jotos dengan Fifian seperti tempo hari yang mereka lakukan saat kecil.
"Udah ya, udah," Bu Susan melerai.
"Sombong sekali kamu Fifian. Aku doain kamu sama suami kamu cerai dan kamu hidup menderita seperti yang aku rasakan."
Lala melengos dan langsung pergi."Dibilangin fakta malah marah-marah dan doain jelek-jelek. Doa jelek balik diri sendiri."
Fifian mendengkus.Lala pikir Fifian akan diam saja dihina-hina begitu? Ya jelas nggak. Fifian bukan perempuan lemah.
"Fifian sudah, kamu tau kan Lala seperti apa. Dia memang begitu."
"Kenapa sih ibu izinkan dia tinggal di sini. Aku yakin dia juga nggak menjaga anak-anak dengan baik."
"Lala nggak punya siapa-siapa lagi selain kita."
Fifian hanya bisa menghela napas panjang. Sesuai ekspektasi, Bu Susan yang berhati bagaikan malaikat ini mana tega melihat orang menderita. Hati Fifian juga baik, tapi dia tidak sebaik Bu Susan. Jika ada orang yang menindasnya , Fifian akan melawan. Dia tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya.
"Oh ya, ibu punya kabar baik untuk kamu."
"Kabar apa, Bu?"
"Kalung peninggalan mama kamu yang sempat hilang dulu, sudah ibu temukan."
"Oh ya? yang benar, Bu?"
"Iya, Nak, ayo ikut ibu."
Susan menggandeng tangan Fifian dan mengajaknya ke kamarnya.
"Kemarin ibu cari barang di gudang, ternyata ada kalung kamu disalah satu kotak."
"Ya ampun, aku senang banget, akhirnya kalung mama bisa ditemukan."
Fifian tidak tau bagaimana wajah ibu atau ayahnya. Satu-satunya harapan untuk menemukan mereka adalah kalung itu. Tapi kalung itu hilang, Susan lupa meletakkannya. Fifian bahagia sekali akhirnya setelah dua puluh enam tahun, Fifian mendengar kabar baik tentang kalungnya.
"Sebentar ya, Nak."
"Iya, Bu."
Susan mengambil sebuah kotak di dalam lemarinya, lalu menyerahkan pada Fifian
"Ini, Nak."
Dengan jantung berdebar-debar Fifian membuka kotak itu, namun ternyata...
"Nggak ada, Bu."
"Eh nggak ada gimana?"
Fifian menunjukkan kotak itu, "Kosong."
"Loh kok kosong, ibu taruh di sini kemarin. Apa ibu lupa naruhnya ya."
Susan mencari lagi disetiap sudut kamarnya, siapa tau dia lupa menaruh. Fifian juga ikut mencari, tapi tidak ada.
"Apa mungkin ada yang mencuri ya, Bu?" tanya Fifian.
"Nggak mungkin.Anak-anak di sini nggak mungkin ada yang curi. Ibu sudah mendidik mereka dengan baik."
"Bukan anak-anak, Bu, tapi....?"
"Mungkin terselip. Nanti ibu cari lagi dan kalau sudah dapat ibu kabari. Kamu bisa main sama anak-anak dulu."
Fifian mengangguk dan merutuk pada dirinya sendiri karena berprasangka buruk pada orang lain. Fifian tidak menuduh sembarangan. Ada satu orang yang dia curigai, yang sejak kecil memang suka mencuri barang milik nya..
Padahal lagi seru-serunya🥺🥺