follow igku @zariya_zaya
Bagaimana kalau tunangan yang sudah lama tak kau temui, tiba-tiba dia menjadi buta, apa kau percaya?
Yuna, bidan cantik dari desa tak sengaja bertemu dengan pria asing yang menyelamatkannya beberapa kali. Pria asing itu tak sengaja mengalami kecelakaan yang disebabkan oleh Yuna karena suatu hal dan menjadi buta.
Pria buta itupun meminta Yuna menikah dengannya. Awalnya Yuna menolak karena ia sudah bertunangan, tapi rasa bersalah telah membuat Yuna mengambil keputusan pahit dalam hidupnya, yaitu melanggar janjinya pada tunangannya yang tak pernah ia temui sejak ia masih kecil. Tak disangka, ternyata pria buta itu adalah tunangan masa kecilnya sendiri, yang baru saja kembali dari Swiss, yaitu Yeon.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah Yeon benar-benar buta atau hanya pura-pura?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin Supriatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 34 Kepala Desa
Melihat adegan hot hot pop ala Yeon yang notabennya sedang berolahraga di atas tubuh Yuna, membuat para pengintip langsung tegang sendiri. Tadinya mereka kira pernikahan dadakan yang diadakan hanyalah sebuah sandiwara belaka, mengingat Yeon tak pernah terlihat memiliki pasangan apalagi wanitanya secantik Yuna dan berprofesi sebagai bidan desa. Tapi nyatanya mereka berdua memang benar-benar pasangan kekasih yang tampak ngebet ingin segera dinikahkan.
Lebih tepatnya, Yeonlah yang ingin menikahi Yuna secepatnya. Terbukti sudah, begitu acara pernikahan selesai digelar, malam pertamapun dilaksanakan dan tak perlu pakai acara basa basi lagi, dua sejoli yang baru saja menikah itu langsung menunaikan tugas pertamanya sebagai pasangan suami istri sah. Tanpa mereka tahu kalau sebenarnya, Yeon dan Yuna belum benar-benar melakukan malam pertama mereka karena suatu alasan.
“Wuah, pak Bos gagah perkasa sekali, Ya? Aje gile … ajip bener jadi pengantin baru … bikin ngiler, oey!” gumam Soo Lee Khin diikuti satu rekannya, tapi bukan Chui Lan Sheng ataopun Xiang xiang Mha Ling Sheng. Melainkan teman in the gengnya yang lain.
“Wuih, daritadi kagak selesai-selesai, si Bos pasti minum obat kuat. Nanti minta reesep ah, supaya bisa tahan lama begitu?” ujar pria yang bernama Kim rekan Soo Lee Khin.
“Emang kayak gitu itu mainnya lama, ya? Maklumlah aku kan masih perjaka ting ting! Jadi kurang paham.” tanya Soo Lee Khin. Kim ini memang sudah menikah, jadinya tahu durasi saat orang melakukan hubungan suami istri.
“Tergantung.” Kim sengaja menggantung jawabannya dan menaikkan tingkat penasaran Soo.
“Tergantung apanya?”
“Aku tak bisa menjelaskannya padamu,” jawab Kim santai.
“Kenapa?”
“Nanti kalau kujelaskan, adekmu itu bisa tegang berdiri? Kau kan tak punya bini, mau kau salurkan sama siapa? Sama sapi?”
“Emang bisa?” tanya Soo sungguh sangat penasaran, ia preman kampung yang agak-agak oon juga.
“Kali aja sapimu mau kau ajak kawin! Daripada ribet nyari bini nggak dapet-dapet? Mending kau kawin sama sapimu yang banyak itu! Tinggal pilih aja, cuma masalahnya … itu sapi mau apa nggak kau kawinin,” kekeh Kim terang-terangan meledek rekannya sendiri.
“Dasar Kampreto sompreto kau Kim? Kau pikir aku ini hewan, apa? Muka ganteng kagak ada duanya gini kau suruh kawin sama sapi, ha? Pantes aja nama kau itu Kim Plah Kim Plih! Kau jadi ikutan bengek kayak pak Bos!” Soo Lee Khin jadi kesal di ledek rekan and the gengnya.
Sedangkan Kim hanya bisa tertawa pelan dan tak dapat mengeluarkan suara. Hal itu karena ia tidak ingin ketahuan kalau dirinya sedang mengintip pasangan pengantin baru melakukan ritual malam pertama.
Tiba-tiba dari belakang, bininya Kim Plah Kim Plih datang tanpa peringatan dan langsung menjewer telinga suaminya. “Hooohh … jadi di sini kau rupanya, ha? Pantes aja ditungguin nggak pulang-pulang, lagi lihat pemandangan indah kau rupanya? Masih kurang puaskah itu burung perkututmu aku servis tiap malam, ha? Dan sekarang cari hiburan lain? Apa mau aku potong itu burung supaya jadi pendek, ha?”
“Adududu … Siti Xin Ting, Sayang … istriku yang cantik … telinga abang sakit nih … lepasin yah … abaang cuma nemenin itu … si Soo Lee Khin supaya dia tahan godaan setan dan tetap di jalur yang benar, Sayang.”
“Jalan yang benar, ya? Terus kalau sesat itu kayak gimana? Pulang dari sini cari sangkar lain? Gitu? Hebat ya ... dasar kadal buntung sebuntung-buntungnya kau Baang, jadi pengen jadiin burung perkututmu itu sosis panggang!”
“Jangan dong, terus abang kalau mau perang sama kamu gimana?”
“Tinggal pasang lagi aja itu sosis! Udah! Jangan banyak bacoot kau bang, ayo pulang! Dasar kau ini, bintitan baru tahu rasa! Bukannya pulang malah ngintipin orang bikin anak!” wanita yang bernama Siti Xin Ting itu menggiring suaminya pulang ke rumah tanpa melepaskan jewerannya ditelinga Kim.
"Sayang ... lepasin dong, sakit nih!"
"Biarin! Siapa suruh ninggalin bini di rumah sendirian malah enak-enakan ngintipin orang!"
"Siapa yang enak-enakan? Ini abang digigit nyamuk dan serangga!"
"Syukurin!" samar-samar perdebatan suami istri itu semakin lama semakin terdengar jauh dan menghilang di kegelapan malam.
Adegan pasangan sinting suami istri itu membuat Soo Lee Khin galau akankah ia benar-benar ingin menikah atau tidak. Kalau melihat keromantisan Yeon dan Yuna sih dia jadi iri, tapi kalau melihat pasangan sinting antara Siti dan Kim, dia jadi ngeri.
“Mudah-mudah biniku nanti nggak kayak si Siti Xin Ting itu, amit amit jabang bayi dah ... kalau punya bini seremnya melebihi kuyang gitu. Cantik kaga ... sangar iya, Hiii … itu si Kim dulu katarak kali ya waktu nikah ma si Siti,”gumam Soo pada dirinya sendiri.
Soo Lee Khin bergidik ngeri, tapi ia langsung terpaku setelah menoleh ke depan untuk melanjutkan aksinya mengintip Yeon dan Yuna. Sebab, tepat didepannya, sedang berdiri beberapa pengawal Yeon yang berbadan tegap dan menakutkan. Mereka semua menatap tajam tubuh Soo Lee Khin. Sontak saja, si preman kampung itu langsung ciut kalau sudah berhadapan dengan pengawal bersenjata lengkap itu.
“Sedang apa, kau?” tanya Lucas.
“E … anu … Pak … saya … lagi mencabuti rumput!” Soo gelagapan sambil berlagak mencabuti rumput-rumput tak berdosa didepannya. Kasihan sekali rumputnya, karena dijadikan kambing hitam oleh si Soo Lee Khin.
“Pergi kau dari sini atau kukeluarkan seluruh isi kepalamu dari tempatnya!” ancam Lucas dan dengan gerakan super duper cepat, Soo Lee Kin langsung berlari tunggang langgang tanpa berani menoleh lagi ke belakang.
“Kami sudah mengusirnya, Bos!” ujar Lucas pada Yeon sambil mengamati pria yang melarikan diri itu.
“Oke! Perketat penjagaan, jangan sampai ada orang yang masuk lagi ke area sekitar rumah ini.” Yeon meletakkan ponselnya dan mulai membuka selimutnya setelah memastikan sudah tidak ada warga lain lagi di sekitar rumahnya.
Selama hampir satu jam Yeon melakukan push-up diatas tubuh Yuna sampai bermandikan keringat di sekujur tubuhnya. Yuna sendiri juga ikut bangun lalu segera mengambilkan handuk dan membantu mengelap seluruh tubuh Yeon yang basah.
“Bersihkan dirimu, apa perlu ku bantu?”tanya Yuna iseng berharap Yeon bisa mandi sendiri tanpanya.
“Tentu saja, kau harus membantuku mandi, karena itulah aku menikahimu. Supaya sah jika kau menyentuh seluruh bagian tubuhku.” Yeon tersenyum mencurigakan.
“Tapi aku harus bertemu dengan kepala desa, waktunya sudah hampir habis. Bisa kau pangilkan dia? Atau paling tidak hubungi dia untukku.”
Lagi-lagi Yeon tersenyum manis. “Kau sudah bertemu dengannya, my dear Yuna.”
“Hah? Kapan? Di mana?” tanya Yuna kaget, sebab sejak tadi ia tidak bertemu dengan siapa-siapa selain emak-emak triple S dan suaminya ini.
“Di sini!” jawab Yeon santai karena Yuna masih belum sadar juga.
“Kau jangan bercanda, di daalm kamar ini cuma ada kita berduu ... a …” Yuna menghentikan kalimatnya dan langsung memelototi Yeon. “Kau …” Yuna langsung shock.
“Yah, aku … aku adalah kepala desa Malingmati ini. Dan kau adalah istriku. Istri dari seorang kepala desa. Aku memaafkanmu karena kau datang terlambat. Kau puas?” Yeon tersenyum.
Ingin sekali Yeon tertawa melihat ekspresi terkejut Yuna yang mulutnya sepertinya sudah tidak bisa dikatupkan. Sayangnya, ia harus berakting pura-pura tidak bisa melihat sehingga terpaksa Yeon bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
"Ti-tidak mungkin." Tubuh Yuna terhuyung mundur.
BERSAMBUNG
****