Tanggal pernikahan sudah ditentukan, namun naas, Narendra menyaksikan calon istrinya meninggal terbunuh oleh seseorang.
Tepat disampingnya duduk seorang gadis bernama Naqeela, karena merasa gadis itu yang sudah menyebabkan calon istrinya meninggal, Narendra memberikan hukuman yang tidak seharusnya Naqeela terima.
"Jeruji besi tidak akan menjadi tempat hukumanmu, tapi hukuman yang akan kamu terima adalah MENIKAH DENGANKU!" Narendra Alexander.
"Kita akhiri hubungan ini!" Naqeela Aurora
Dengan terpaksa Naqeela harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih demi melindungi keluarganya.
Sayangnya pernikahan mereka tidak bertahan lama, Narendra harus menjadi duda akibat suatu kejadian bahkan sampai mengganti nama depannya.
Kejadian apa yang bisa membuat Narendra mengganti nama? Apa penyebab Narendra menjadi duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Cerita masa lalu
"Kamu kenapa? Minta tolong apa?" Narendra terhenyak tatkala Naqeela masuk begitu saja dan langsung bersembunyi dibelakang tubuhnya seraya minta tolong. Untungnya dia duduk di kursi roda dan penyamaran yang dia lakukan tidak terbongkar.
"To-tolong, ada orang jahat disini. Aku takut, aku mau pulang, aku ingin ketemu bapak. Tolong aku, Mas." Bahkan bola mata Naqeela sudah mengeluarkan air mata. Terlihat jelas gadis itu ketakutan, tubuhnya pun gemetar dan itu bisa Narendra rasakan karena Naqeela menggenggam pangkal lengannya.
"Ada apa dengan dia? Siapa yang dia maksud?" gumam Narendra dalam hati.
"Kamu tenang, tidak ada orang jahat disini." Dirinya berusaha menenangkan Naqeela meski dia sendiri sedang dilanda kebingungan dan ingin tahu siapa orang itu.
"Bagaimana aku bisa tenang sedangkan dia ada disini. Orang itu jahat, dia sudah membuat bapak ku lumpuh, dia sudah mengambil seluruh harta milik kita, dia sudah menyakiti ibu, dan dia juga mau ... mau ..." Naqeela meluapkan ketakutannya pada Narendra, dia juga terbata-bata merasakan sesak didada mengingat kembali masa-masa kelam itu.
"Mau apa?" Narendra dibuat penasaran dengan Inara dan kehidupannya.
"Mau ... mau memperkosaku, tolong bawa aku pergi! Tolong!" Seketika Naqeela terlihat panik tidak terkendali. Sebegitu takutnya dia pada pria itu sampai seperti ini.
Apa Narendra terkejut, tentu saja iya.
"Tenang, kamu tenang dulu. Tidak akan ada yang menyakiti kamu, ada saya disini yang akan melindungi kamu." Karena tidak tega melihatnya panik, Narendra membawa Naqeela dalam pelukannya berusaha untuk memberikan ketenangan. Benar saja, Narendra bisa merasakan getaran hebat yang ditimbulkan dari rasa panik berlebihan pada dalam diri Naqeela.
"Bawa aku pergi dari sini, aku tidak mau ketemu dia, aku takut hiks hiks." Naqeela menangis seraya memeluk erat tubuh Narendra. Saat ini dirinya membutuhkan ketenangan dan perlindungan dan anehnya orang yang dia tuju adalah Narendra.
"Sssttt, tenang, jangan takut." Selembut mungkin ia mengusap lembut punggung Naqeela dan rambutnya. Membiarkan gadis itu menangis menumpahkan segala macam kesedihan dan kepanikan yang dirasakannya. Cukup lama Naqeela berada dalam pelukannya Narendra, setelah merasa lebih tenang, Narendra menjauhkan tubuh Naqeela.
"Bisa ceritakan masalahmu pada saya?" ucapnya seraya menangkup kedua pipi Naqeela. Ibu jarinya menghapus air mata yang masih deras membanjiri mata.
Mata gadis itu perlahan terangkat menatap bola mata Narendra.
"Kamu percaya kan sama saya? Saya disini untuk kamu dan saya tidak akan biarkan dia mendekatimu, ceritakan masalahmu!" ucapnya lagi dengan sangat hati-hati dan penuh perasaan.
Narendra juga menuntun Naqeela duduk di pinggir kasur. Entah kenapa gadis itu malah terhipnotis oleh tatapan lembut Narendra dan entah mengapa juga dia merasakan kenyamanan dan merasa aman berada dalam pelukannya, merasa dilindungi.
"Ta-tadi ..."
Narendra mengangguk, mendengar Naqeela bercerita.
"A-ada pria dimasa laluku. Dia adalah teman bapak semasa sekolah dulu. Dia dan bapak begitu dekat sampai mendirikan sebuah usaha kuliner. Menurut bapak, usaha mereka dibagi dua. Namun pertemanan mereka goyah ketika pria itu mengatakan ketertarikan padaku. Bapak tidak setuju sebab pria itu sudah punya istri. Dia marah dan dendam karena bapak menolak keras keinginannya." Naqeela menjeda dulu ucapannya. Kedua tangannya saling bertautan menahan rasa sedih yang dia rasakan.
"Dia menculikku, memaksa ku menikah dengannya, bahkan mencoba melecehkan aku." Sesak, dadanya terasa sesak ketika bayangan kelam itu kembali dia ingat.
Narendra mengepalkan tangannya, dadanya ikut sesak dan dia semakin penasaran siapa sosok itu.
"Untungnya bapak datang menyelamatkan aku, tapi bapak harus mengalami kelumpuhan saat dia berusaha menabrak adikku disekolah, bahkan pernah menyiksa kaki bapak hingga tepat didepan mataku." Tangis kembali pecah, itulah penyebab bapaknya berada di kursi roda, karena ulah seseorang.
Hati Narendra teriris sakit, dia membawa Naqeela lagi kedalam pelukannya. "Jangan diteruskan kalau kamu tidak sanggup cerita."
Namun kepalanya menggeleng, "usaha kami diambil olehnya dan ibu jatuh sakit saat tahu teman bapak telah jahat padaku. Namun dia tidak tinggal diam, dia kembali menuduh bapak memalsukan usahanya dan menjebloskan bapak dalam penjara. Demi membebaskan bapak, ibu sampai rela meminjam uang padanya karena tidak ada satupun yang mau membantu kami. Namun pria itu malah menawarkan perjanjian dimana isinya uang dipinjamkan asal aku harus jadi istrinya. Tidak ingin aku dijadikan tumbal, ibu menolak, tapi dia malah menyakiti ibu sampai ibu tiada."
"Apa yang dia lakukan pada ibumu?"
"Dia ... dia menusuk ibu hiks hiks. Aku takut, aku takut, dia jahat." Pelukan Naqeela semakin kencang, tubuhnya gemetar, kepalanya pusing, matanya mulai berkunang-kunang dan perlahan tubuhnya pingsan.
"Qeela... kamu ..." Narendra merasakan sesuatu, dia melepaskan pelukannya dan ternyata Naqeela lemas karena pingsan.
"Dia tidak sadarkan diri. Siapa yang dimaksud Naqeela? Aku harus cari tahu." Namun terlebih dulu, Narendra membaringkan tubuh Naqeela, barulah keluar kamar mencari sosok yang dimaksud.
Setibanya di ruang makan, pandangannya langsung tertuju pada sosok pria, siapa lagi kalau bukan suami mamanya.
"Pagi Narendra, baru bangun? Sini temani papa sarapan." Di depan Narendra, pria itu bersikap baik.
"Kamu belum makan? Mama dari tadi cari wanita itu tidak ada, mau mama marahi dia."
"Oh wanita yang tadi mau masuk kebelakang?" seru pria itu.
"Papa melihatnya?" tanya Wulan.
"Iya, malah kita sempat ngobrol, tapi setelah itu dia pergi entah kemana. Mungkin kabur kali," katanya dengan santai berbicara seolah tidak tahu apapun.
"Anda bertemu dengan Naqeela?" tanya Narendra seraya memperhatikan mimik wajah pria itu. Pria itu langsung diam, wajahnya pun terlihat marah.
"Oh namanya Naqeela."
"Istriku," kata Narendra masih terus memperhatikan kondisi wajah pria itu. Terlihat jelas ada ketidaksukaan dibalik wajah lugunya. "Rupanya pria ini yang yang Naqeela maksud," ujar Narendra dalam hati.
"Hanya istri yang tidak diinginkan. Aku sudah cerita sama kamu, sayang. Yang waktu itu aku bilang, Narendra menghukum orang yang sudah melenyapkan calon istrinya dan ya, Inara namanya. Anehnya, bukannya dipenjara malah dinikahi, sungguh gila Narendra ini." Wulan tidak percaya pada pemikiran anaknya. Dilarang pun sulit didengarkan dan malah akan menyuruh dia angkat kaki dari rumah itu.
"Kenapa mesti dinikahi? Dia itu wanita hina."
Wulan langsung menatap suaminya, meminta penjelasan dari perkataannya. "Maksud kamu?"
"Dia itu penggoda suami orang, seorang wanita malam juga," katanya.
"Tapi saya tidak peduli dengan semua itu. Jika kalian ingin tinggal dirumah ini pastikan tidak ada yang ikut campur dalam urusan saya apalagi mengganggu Inara! Jika diantara kalian ada yang mencoba menyakitinya maka saya tidak akan segan-segan memberikan kalian pelajaran!" balas Narendra memberikan sebuah peringatan baik untuk mamanya maupun untuk pria itu.
"Narendra!" Wulan membentak. "Kamu buta? Dia sudah melenyapkan calon istri kamu, masih saja kamu bela. Otakmu disimpan dimana, hah? Dasar bodoh!"
"Saya memang bodoh, tapi saya tidak sebodoh mama yang mau dibodohi seseorang." Jawaban Narendra begitu kasar dan Wulan kalah telak. Dia pun pergi dari sana setelah tahu siapa yang dimaksud Inara.
"Brengsek! Beraninya dia menikahi Naqeelaku. Awas saja, saya akan mengambil dia dari kau, Narendra." Dalam hatinya, pria bernama SETO itu menggerutu marah.