Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Milikku
"Ben," panggil Clara.
Ben dan Una menoleh ke asal suara. Clara melihat Ben menggenggam jemari Una, "Jadi ini yang kamu bilang sedang sibuk."
"Bukan urusanmu Clara, Nora hubungi Ilham minta dia mengantarkan Clara." Titah Ben, lalu masuk ke ruangannya dengan merangkul Una.
Una sempat menoleh pada Clara, 'Kayaknya aku pernah ketemu dengan wanita itu, tapi di mana ya," batin Una.
"Om, itu yang bernama Clara ?"
"Hmm."
"Benar dong, kalau dia suka sama om."
"Tapi aku enggak."
"Cantik mana tinggi, yakin Om enggak tertarik?"
Ben berdecak, lalu meraih tengkuk Una dan menyatukan bibir mereka.
"Jangan membandingkan kamu dengan wanita lain di depanku," ucap Ben pada Una.
"Tapi kenyataan, aku jadi insecure."
"Aruna!" Ben lalu meraih tubuh Una dalam pelukannya. "Bicarakan dia lagi, aku seret kamu ke kamar."
Una terkekeh lalu memeluk Ben, bersamaan dengan Clara yang membuka pintu dan memaksa masuk diikuti Nora dan Ilham, Una melepaskan pelukannya karena terkejut.
"Maaf pak, dia maksa masuk."
"Maksud kamu, sibuk dengan perempuan ini ? Hey, kamu jangan sok kecakepan ya, enggak pantas kamu dekat sama Ben," ucap Clara sambil mendorong Una.
"Clara!! Dia calon istriku jadi, jangan pernah menghinanya. Apa yang aku lakukan di ruangan ini itu urusanku," jawab Ben sambil merangkul Una. "Kamu akan pergi sendiri atau Ilham yang akan mengusirmu?"
"Ben, ka_," ucap Clara namun disela oleh Una.
"Tunggu-tunggu, aku baru ingat. Kamu itu wanita yang bersama kak Alan sedang...,"
"Ben, terkait Alan aku bisa jelaskan."
"Coba kau jelaskan," ucap Ben sambil melipat tangannya di dada.
"Maaf, aku harus kembali bekerja jadi tidak bisa mendengarkan perdebatan kalian. Bye Pak Ben, kau tahu ke mana harus mencariku. Upss itu kalimat nona Clara untuk kak Alan saat itu ya," ungkap Una sambil terkekeh lalu tatapannya berubah datar dan pergi meninggalkan ruangan.
"Aruna!," panggil Ben melangkah mengejar Ben namun Clara menghentikan dengan memegang lengan Ben.
"Biarkan saja Ben, dia hanya pengganggu di hubungan kita."
"Justru kamu pengganggu hubungan aku dan Aruna, Ilham antarkan dia keluar," titah Ben.
Una sudah kembali ke meja kerjanya, dia mematikan ponselnya agar tidak mengganggu konsentrasinya bekerja karena sudah pasti Ben akan terus menghubunginya.
Ben sudah berada di depan rumah Kost Aruna, ia menyugar rambutnya ketika Una masih tidak dapat dihubungi. Sejak Una meninggalkan ruangannya tadi siang, ponsel Una tidak aktif. Bahkan saat jam pulang Ben menghampiri ke ruangan kerja Una pun sudah tidak ada di sana.
Una sengaja hari ini pulang lebih awal karena ingin menghindari Ben, bahkan saat ini dia tidak pulang ke rumah kostnya melainkan ke rumah Huda.
Sedang menonton sinetron bersama Rena kakak iparnya saat Huda tiba di rumah.
Una duduk di sofa tunggal memegang toples cemilan masih fokus pada tv di depannya, sedangkan Rena bersandar pada suaminya.
"Na, ada masalah dengan Ben ?" tanya Huda.
"Enggak."
"Bukannya kamu lagi menghindar dari Ben ya."
"Ihh berisik aku lagi nonton nih."
"Udah mas, namanya juga pacaran ada berantem-berantemnya wajarlah," ucap Rena.
"Ben itu mau serius sama kamu enggak ?" tanya Huda.
Una hanya diam.
"Una!!," panggil Huda.
"Iya kak, dia mau serius sama aku. Tapi aku belum mau nikah."
"Kenapa?"
Una hanya mengangkat bahunya.
Esok hari dilewati Una seperti biasa. Ia baru saja menghidupkan kembali ponselnya. Banyak notifikasi pesan dan panggilan dari Ben.
Om Rese : Kita perlu bicara, kamu yang kemari atau aku yang ke ruang kerjamu.
Una menghela nafas, lalu membalas pesan dari Ben.
Aruna : Sekarang aku sibuk
Om Rese : Aruna
Aruna : Nanti sore saya ke ruangan Bapak
Sore itu Aruna menuju ruangan Ben, saat melewati meja sekretaris, Nora sudah tidak ada di sana.
Mengetuk pintu lalu membuka pintu tanpa menunggu di jawab.
"Katanya mau bicara, ya udah aku dengarkan," ucap Aruna tanpa menatap Ben dan duduk bersebrangan dengan Ben
"Semalam kamu ke mana ?"
"Enggak ke mana-mana."
"Jangan bohong Una, aku menunggu sampai larut kamu tidak ada pulang, bahkan penjaga rumah kost mengatakan lampu kamarmu gelap."
"Di rumah Kak Huda," jawab Una.
Ben yang hanya mengenakan kemeja berwarna maroon dan bawahan hitam menatap Una lekat lalu menghampiri Una dan menggendongnya ala bridal style, Una terkejut "Om turunin enggak."
Ben tetap berjalan menuju kamar rahasia yang ada dalam ruang kerjanya. Membaringkan Una di ranjang dan mengukungnya.
"Om mau ngapain?" tanya Una sambil menahan dada Ben.
"Baiknya kita ngapain Na"
"Jangan macem-macem Om, atau aku teriak," ancam Una. Ben hanya tertawa lalu mendekatkan wajahnya dan memagut lembut bibir Una, tangannya sudah bergerilya menyingkap rok yang Una kenakan, mengusap perlahan kedua paha Una. Membuat gelenyar aneh pada diri Una.
Ben melepas pagutannya lalu berpindah pada leher jenjang milik wanita kesayangannya. Tanpa disadari blouse dan rok yang dikenakan Una sudah dilepaskan oleh Ben. Bermain di bukit kembar yang menggoda, desa_han keluar dari mulut Una.
Una meremas rambut Ben, Ben tersenyum ia membuka kemeja yang dikenakannya juga panty Una.
Mema_gut kembali bibir Una, sungguh Una sangat ingin menolak apa yang Ben perbuat, namun raganya merasakan getaran luar biasa setiap Ben menyentuhnya.
"Nggg,, ssshhhhh," lengu_han keluar dari bibir Una saat Ben menyapu dan mengu_lum ujung bukit kembarnya. Tangan Ben mulai menelusuri perutnya terus ke bawah hingga sampai di bagian intinya.
"Akhhh," kedua tangan Una kembali meremas rambut Ben saat jari pria itu bermain di bawah sana.
Perlahan Ben berpindah mencium perut lalu menuju pangkal paha_nya.
Lidah Ben mulai bermain di sana membuat Una merasakan getaran dari ujung kaki sampai dengan ujung kepala, meremas seprai menahan rasa geli dan nikmat yang dirasakannya.
'Apa ini maksud Meisya agar menjepit kepala Ben dengan kedua pah@,' batin Una.
"Akhhh, Ben. Aku ..." Suara manja yang keluar dari mulut Una membuat Ben semakin gila bermain memainkan lidahnya hingga sesuatu di dalam sana ingin keluar.
"Aakhhhhh," desa_han Una berbarengan dengan sesuatu yang tumpah.
Ben tersenyum sambil mengusap bibirnya yang basah, "Manis, aku suka."
Sungguh Una sangat malu sampai ingin menutup wajahnya dengan bantal.
"Mau bergantian?"
"Bergantian?" tanya Una.
Ben tersenyum, aku tidak akan masuk ke dalam sini," jawab Ben sambil menyentuh inti Una, "Kalau kamu tidak mengijinkannya."
"Sekarang kau harus bantu aku mengeluarkan jus sirsak milikku."
Una tersenyum lalu membuka resleting celana Ben, melaskannya juga boxer penutup bagian tubuh Ben.
Ben membimbing Una, hingga bagian tubuhnya masuk ke dalam mulut Una.
Ben mende_sah karena kenikmatan yang dia rasakan. Dirinya kini dalam posisi terlentang dengan Una yang terus memainkan miliknya.
Memejamkan matanya menikmati sambil terkadang mengelus kepala Una.
'Una, kau harus jadi milikku. Segera, kita akan segera menikah.' batin Ben.
_____
Mohon maaf kalau bab ini agak bikin merinding, yang kurang berkenan silahkan skip aja. Jangan lupa like, koment dan hadiahnya 🥰
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun