Anak Genius : First Night With CEO

Suite room Gavin tiba-tiba ramai. Ada lima orang staff dan karyawan yang masuk membawa beberapa koper besar. Ellea nampak kaget, karena ia sama sekali tak mengerti untuk apa kedatangan mereka. Apakah mereka alan tinggal di sini? Apa Ellea diusir?

"Kalian siapa?" tanya Ellea kelimpungan.

"Mommy, siapa mereka?" Daniel pun khawatir.

Mereka pun mendekat, "Nona, jangan takut. Kami adalah pegawai Tuan Gavin. Kami diminta untuk melakukan fitting baju pengantin pada Nona,"

"A-apa? Kenapa mendadak seperti ini? Gavin mana? Mana dia?" Ellea shock bukan main.

"Tuan muda sedang ada urusan di kantor, dan saya Hadi, kepala make up kepercayaan Tuan Gavin, yang akan membantu Nina memilihkan gaun pengantin untuk pernikahan nanti lusa," jawab Hadi.

"APA? Nanti lusa? Tak mungkin! Kenapa harus mendadak seperti ini, ha?"

"Ini mutlak perintah Tuan Gavin, Nona. Anda tak bisa menghindarinya. Semuanya sudah diatur, mohon kerja samanya ya ..." ujar Hadi.

Ellea menatap Daniel, ia tak menyangka jika Gavin akan secepat kilat menentukan tanggal pernikahan untuk mereka. Baju saja kemarin, Ellea dan Gavin berdebat mengenai wali nikah Ellea. Belum juga mendapat solusi, nyatanya Gavin malah langsung menginginkan pernikahan ini terjadi.

"Mommy ... apa Mommy akan menikah dengan Daddy? Apa nanti Mommy akan terlihat sangat cantik?" tanya Daniel spontan.

"Entahlah, Daniel ... aku belum siap, karena semua ini terkesan sangat mendadak."

"Mommy pasti sangat cantik. Bagaimana kalau Mommy nanti aku lukis? Sekarang, Mommy menurut saja pada Uncle, pakai gaun pengantin yang sangat cantik dan indah. Mommy pasti terlihat luar biasa, dan Daddy pasti akan jatuh cinta pada Mommy," ujar Gavin.

"Haish, Daniel! Apa yang kau tahu tentang cinta! Kau belum pantas mengetahui hal itu," sanggah Ellea.

"Mommy, cinta itu adalah aku. Aku, adalah buah cinta Mommy dan Daddy. Aku sangat dicintai Mommy dan juga Daddy. Jadi, kita itu saling mencintai Mommy ..."

"Kau tahu cinta dari mana, Niel?"

"Kata Uncle Aaron, Mommy. Dia bilang, kehadiranku itu sangat berharga bagi Mommy dan juga Daddy. Apalagi, aku ini sangat cerdas seperti Daddy. Kepintaranku menurun dari Daddy. Mommy dan Daddy pasti sangat bersyukur memiliki aku. Begitulah kata Uncle Aaron, apa yang dia katakan itu benar, Mommy?" tanya Daniel penuh pengharapan.

Ellea mengangguk, ia begitu terharu dengan ucapan Daniel, "Yes, Uncle Aaron benar. Kau sangat berharga di mataku, Niel. Kau adalah nyawaku, dan aku sangat-sangat mencintaimu."

"Kalau Mommy mencintaiku, pakailah gaun pengantin itu, dan cintailah Daddy, karena aku pun sangat mencintainya." Ujar Daniel sambil memegang tangan Ellea.

Oh Tuhan ... kenapa anak sekecil ini harus mengatakan hal itu? Apa Aaron telah meracuni pikirannya? Benar-benar tak bisa dibiarkan. Mana mungkin aku bisa jatuh cinta pada si pemaksa dan arogan itu. Batin Ellea.

"Sayang, jangan terlalu dipikirkan mengenai hal itu. Itu urusan Mommy. Daniel hanya tinggal belajar dengan giat, ya?" pinta Ellea.

"Iya, aku pasti belajar dengan giat, Mommy ... namun, aku juga ingin hidup bahagia bersama Mommy dan Daddy. Aku tak ingin Daddy pergi lagi seperti dulu. Aku ingin Daddy tetap bersamaku, Mommy. Dia sangat baik dan menyayangiku, aku tak ingin dia pergi ke awan lagi, Mommy. Jika Daddy di awan, aku sangat kesulitan untuk bertemu dengannya." Suara Daniel begitu bergetar.

"Nak, iya iya ... kau tak boleh bersedih. Iya, Mommy janji ... Daddy tak akan pergi ke awan lagi, Nak. Mommy akan memastikan jika Daddymu akan selalu ada di sini untukmu. Daniel anak hebat, Daniel anak kuat. Jangan bersedih ya," Ellea memeluk Daniel.

Haruskah aku benar-benar menikah dengannya? Daniel, kenapa kau begitu mendambakkan Daddymu, padahal aku sangat-sangat membencinya.

Ellea pun mengenakan gaun pengantin sesuai yang telah disiapkan. Ada puluhan gaun yang bisa Ellea pilih, dan ia kenakan untuk hari pernikahan nanti. Daniel melihatnya dengan tatapan kagum, Ibundanya benar-benar sangat cantik. Daniel pun mengabadikan momen itu di ponsel Ellea. Lalu Daniel segera mengambil kanvas untuk melukis Ellea yang tengah memakai gantin.

"Nona, pilihlah tiga gaun yang anda sukai. Nanti, Tuan Gavin pun akan memilih satu yang menurutnya sangat bagus dan cocok untuk anda kenakan." ucap Hadi.

"Ah, iya ... baik, terima kasih."

Ellea berjalan dengan sangat anggunnya. Setiap memakai gaun yang berbeda, kepala make up itu segera memotret Ellea, dan terlihat mengirimkannya pada seseorang. Pernikahan dadakan ini lebih mendadak dari tahu bulat yang digoreng dadakan. Lusa, adalah pernikahan Ellea dan Gavin, yang hanya akan dihadiri oleh keluarga,l kerabat dekat dan kolega perusahaan.

"Nona, anda sangat cantik. Benar-benar cantik, Tuan Gavin pasti terpesona melihat anda. Kau memang layak mendampingi Tuan Gavin ..." puji salah seorang hair stylist.

"Ah, entahlah ... aku malah ragu dengan pernikahan ini."

"Nona, anda tak akan rugi menikah dengan Tuan Gavin. Anda lah wanita yang selama ini Tuan Gavin tunggu. Dia sangat bahagia bertemu anda, tahukah Nona, bahwa selama ini dia menunggu keajaiban untuk bertemu Nona lagi," ucapnya.

"Maksudmu?"

"Selama ini, Tuan muda tak pernah dekat dengan seorang wanita. Dia berkata, akan menunggu wanita yang telah mengubah hidupnya. Wanita yang telah membuatnya larut dalam surga dunia. Tuan Gavin benar-benar menunggu anda, Nona. Maka beruntunglah, anda dicintai oleh laki-laki yang begitu sangat mencintai anda." jelasnya.

"Ah? Seperti itukah?" Ellea sangat ragu.

"Benar, Nona. Semua staff Tuan muda sudah mengetahuinya. Maka saat kita mendengar kabar, bahwa Tuan akan menikah dengan wanita yang telah dinantinya, kami pun ikut bahagia mendengarnya."

"Ah, iya ..." Ellea tak mampu lagi berkata-kata.

"Tuan muda tak mencari anda. Ia hanya percaya akan takdir dan keajaiban yang Tuhan berikan padanya. Tuan menunggu saat-saat yang tepat agar Nona dipertemukan dengannya. Ternyata, cinta tak berbohong. Ia datang disaat yang tepat. Saat Tuan akan dijodohkan dengan wanita yang tak ia cintai, Nona datang dan membuat semuanya berubah. Anda beruntung, Nona ... jangan sia-siakan Tuan yang begitu mencintai anda, Nona," jelas hairstylist itu.

"Hmm, aku tak bisa berkata apa-apa, Mbak. Entahlah, hatiku penuh dengan keraguan."

Tak mungkin pria arogan itu menungguku. Dia saja bilang padaku, agar aku pergi menjauh dari kehidupannya. Uang ribuan dolar yang ia berikan padaku, itu sebagai tanda bahwa dia menginginkan aku pergi. Bukan begitu? Dan untuk sekarang ini, aku hanya ingin membalas semua yang telah keluarganya lakukan pada keluargaku. Aku tahu, Ayahnya lah penyebab keluargaku hancur. Tapi kini, anaknya akan menikahiku? Tuhan, bagaimana ini? Haruskah aku teruskan misi ini? Haruskah aku membuat mereka merasakan apa yang aku rasakan dulu?

*****

Louvre gallery ...

Kantor CEO of Louvre Gallery ....

Saat ini, Gavin enggan datang ke suite room itu. Ia yakin, Ellea pasti marah dan merutukinya karena rencana pernikahan ini. Gavin sudah meminta kepala make up untuk mengirimkan semua foto Ellea dan Daniel. Kini, Gavin tengah sibuk dengan laptopnya, ia sedang melihat calon istrinya mengenakan gaun pengantin yang telah ia pilihkan.

"Aaron, cobalah kau lihat ini! Betapa cantiknya calon istriku, bukan?"

Aaron mengangguk, "Tuan, anda tak salah memilih. Calon istri anda memang sangat cantik luar biasa."

"Aaron, jangan memujinya. Kau menyukainya, hah? Apa kau ingin kupecat?"

"Oh, No, Tuan. Aku memujinya karena kau bertanya, bukan karena aku menyukainya. Dia hanya milik anda, Tuan." Aaron selalu saja berada di posisi yang serba salah.

"Dia memang sangat menawan. Sayangnya, dia tak mencintaiku. Tapi, aku adalah Gavin Alexander, apapun yang aku inginkan, bisa aku dapatkan dengan mudah. Lihat saja nanti, Ellea ... kau akan takluk dan jatuh padaku. Lusa, adalah hari di mana kau dan aku dipersatukan oleh hukum dan agama. Biarkan semua mengalir apa adanya, aku telah memastikan semua akan baik-baik saja. Baik Eric, baik baik Cellyn, aku telah menghalangi mereka, agar tak mengganggu acara pernikahan sakralku!" tegas Gavin menatap ke langit-langit sambil menyilangkan kakinya.

*Bersambung*