Eri Aditya Pratama menata kembali hidup nya dengan papanya meskipun ia sangat membencinya tetapi takdir mengharuskan dengan papanya kembali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembatalan Pertunangan
Malam itu, mobil yang dikendarai Om Rico berhenti tepat di depan rumah Bu Henny. Rumah itu tampak sepi dan sunyi, hanya diterangi oleh beberapa lampu taman yang redup. Suasana itu semakin menambah ketegangan yang sudah mencengkeram hati Eliana dan kedua orang tuanya.
Dengan langkah mantap, Om Rico keluar dari mobil, diikuti oleh Bu Lina Marlina dan Eliana. Mereka berjalan menuju pintu utama rumah Bu Henny, dengan wajah yang penuh tekad dan amarah. Eliana menggenggam erat tangan kedua orang tuanya, mencoba menyalurkan kekuatan dan keberanian.
Om Rico menekan bel rumah dengan kasar, beberapa kali, seolah ingin melampiaskan amarahnya. Tak lama kemudian, pintu terbuka, menampilkan sosok Bu Henny yang tampak bingung dan terkejut. Di belakangnya, tampak Eri dengan wajah yang sama penasarannya.
" Mas Rico? Mbak Lina? Eliana? Ada apa kalian datang malam-malam begini?" tanya Bu Henny dengan nada heran. Ia menatap mereka satu per satu, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Eri ikut menatap mereka dengan tatapan bertanya.
Om Rico tidak menjawab pertanyaan Bu Henny. Ia langsung masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Bu Lina Marlina dan Eliana. "Kami ingin bicara, Henny. Ini penting," kata Om Rico dengan nada tegas.
Bu Henny semakin bingung dengan sikap Om Rico. Ia mempersilakan mereka masuk ke ruang tamu, lalu duduk di sofa. Eri mengikuti mereka dengan bingung, duduk di kursi yang agak jauh dari mereka. "Ada apa sebenarnya ini? Kenapa kalian tampak begitu marah?" tanya Bu Henny, mencoba mencairkan suasana yang tegang.
Om Rico menatap Bu Henny dengan tatapan tajam. "Kami tahu semuanya, Henny. Kami tahu tentang masa lalu Eri dengan Dea. Kami tahu tentang kehamilan Dea dan bagaimana Eri berusaha menyembunyikan semua ini dari Eliana," kata Om Rico dengan nada dingin.
Bu Henny terkejut mendengar kata-kata Om Rico. Wajahnya pucat pasi, dan ia tidak bisa berkata apa-apa. Eri yang mendengar ucapan Om Rico, menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia tahu, rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat akhirnya terbongkar juga.
"Dari mana kalian tahu tentang itu?" tanya Bu Henny dengan suara gemetar.
"Itu tidak penting. Yang penting, kami tahu semuanya. Dan karena itu, kami datang ke sini untuk membatalkan pertunangan Eliana dengan Eri," kata Om Rico dengan nada tegas.
Bu Henny semakin terkejut mendengar kata-kata Om Rico. Ia tidak percaya bahwa Om Rico akan membatalkan pertunangan Eliana dengan Eri hanya karena masa lalu Eri. Eri mengangkat kepalanya, menatap Eliana dengan tatapan memohon.
"Mas Rico, jangan gegabah. Ini hanya masa lalu. Eri sudah berubah. Dia sangat mencintai Eliana. Jangan hancurkan kebahagiaan mereka," kata Bu Henny, mencoba membujuk Om Rico.
"Kebahagiaan? Kebahagiaan macam apa yang bisa dibangun di atas kebohongan dan pengkhianatan? Kami tidak bisa membiarkan Eliana menikah dengan orang yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab," kata Om Rico dengan nada marah.
Bu Lina Marlina menimpali, "Kami sudah memberikan banyak hal untuk kalian, Henny. Kami sudah membantu kalian sejak kalian terpuruk dulu. Tapi kalian malah membalas kebaikan kami dengan cara seperti ini. Kalian tidak tahu berterima kasih."
Eliana hanya diam, menatap Eri dengan tatapan kecewa. Ia tidak menyangka bahwa Eri akan tega menyembunyikan masa lalu darinya. Ia merasa dikhianati dan diremehkan.
"Eliana, Mama mohon, jangan batalkan pertunangan ini. Eri sangat mencintaimu. Dia akan melakukan apa saja untukmu," kata Bu Henny, mencoba meraih tangan Eliana.
Eliana menarik tangannya dan menatap Eri dengan tatapan dingin. "Cinta? Cinta macam apa yang bisa dibangun di atas kebohongan dan pengkhianatan? Aku tidak bisa menikah dengan orang yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Aku jijik padanya," kata Eliana dengan nada tegas.
Eri yang mendengar kata-kata Eliana, merasa seperti ditusuk ribuan pisau. Ia tidak percaya bahwa Eliana akan mengatakan hal seperti itu tentang dirinya.
"Eliana, kumohon, jangan seperti ini. Aku tahu aku salah, aku sudah menyembunyikan masa lalu darimu. Tapi aku melakukan itu karena aku takut kehilanganmu. Aku sangat mencintaimu, Eliana. Aku akan melakukan apa saja untukmu," kata Eri dengan suara bergetar berusaha meredam amarah Eliana
"Eliana, Tante minta maaf. Tante tahu Tante salah. Tapi Tante melakukan ini karena Tante ingin kamu bahagia. Tante ingin kamu menikah dengan Eri, karena Tante tahu dia akan menjagamu dan mencintaimu selamanya," kata Bu Henny dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Kebahagiaan macam apa yang bisa aku dapatkan dengan menikah dengan orang yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab? Aku lebih baik hidup sendiri daripada harus menikah dengan orang seperti dia," kata Eliana dengan nada dingin.
Om Rico menatap Bu Henny dengan tatapan tajam.
"Keputusan kami sudah bulat, Henny. Kami datang ke sini untuk membatalkan pertunangan Eliana dengan Eri. Kami tidak ingin lagi berhubungan dengan kalian," kata Om Rico dengan nada tegas. Ia kemudian menoleh ke arah Eri, menatapnya dengan pandangan dingin dan penuh kekecewaan. "Dan kamu, Eri, jangan pernah mendekati Eliana lagi. Kamu sudah mengecewakan kami semua."
Eri hanya bisa tertunduk, air matanya semakin deras mengalir. Ia tahu, ia telah kehilangan segalanya: Eliana, kepercayaan keluarga Rico, dan masa depannya.
Bu Henny hanya bisa menangis, menyesali semua perbuatannya. Ia tahu, ia telah kehilangan segalanya. Ia telah kehilangan persahabatan dengan keluarga Rico, ia telah kehilangan kesempatan untuk melihat Eri bahagia, dan ia telah kehilangan kepercayaan Eliana padanya.
Om Rico, Bu Lina Marlina, dan Eliana kemudian pergi meninggalkan rumah Bu Henny, meninggalkan Bu Henny dan Eri yang menangis seorang diri di ruang tamu. Malam itu, pertunangan Eliana dengan Eri resmi dibatalkan, mengakhiri hubungan persahabatan dan bisnis yang telah terjalin selama bertahun-tahun, meninggalkan luka yang dalam bagi semua yang terlibat. Eri merasa dunianya runtuh seketika, sementara Eliana mencoba tegar meski hatinya hancur berkeping-keping.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*