"Aku ini gila, tentu saja seleraku harus orang gila."
Ketika wanita gila mengalami Transmigrasi jiwa, bukan mengejar pangeran dia justru mengejar sesama orang gila.
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rapat darurat
Esok harinya sebelum pukul enam pagi, Xui sudah menggedor-gedor kamar utama. Dia merasa kesal karena Rui mengerjainya, padahal dia sudah kedinginan mandi pagi ternyata Ayahnya itu belum bangun.
Brakk
Brakk
Brakk
"AYAH!!! KATANYA HARUS SIAP JAM ENAM PAGI!!!." Teriak Xui.
Ruby yang terusik dengan suara teriakan Xui pun terbangun, dia melihat Rui yang masih santai memeluknya padahal dia sudah bangun.
"Kenapa tidak membuka pintu? bocah itu akan menghancurkan pintunya nanti." Omel Ruby.
"Aku hanya merasa itu lucu." Jawab Rui.
"Lucu apanya?! Kau pasti mengganggunya lagi kan?." Ruby memicing curiga.
"Tidak, kemarin dia yang memaksa ingin ikut ke Istana. Hari ini aku ada rapat darurat, tapi dia memaksa ikut." Ucap Rui.
"Lalu?." Ruby penasaran.
"Aku mengatakan jika dia harus siap sebelum jam enam pagi." Jawab Rui tanpa dosa.
"Kau gila ya?!! Cepat keluar dan minta maaf!!." Omel Ruby, tidak habis pikir.
Rui turun dari ranjang dan membuka pintu. Di depan pintu, Xui sudah menekuk wajahnya dengan kesal. Rui menahan senyumnya, padahal menurutnya ini lucu kenapa Ruby marah.
"Sudah bangun?." Ujar Rui.
"Kenapa Ayah berbohong." Kesal Xui.
"Tidak, Ayah bangun kesiangan." Rui beralasan.
"Benarkah?." Xui percaya begitu saja.
"Ya, pergi sarapan lebih dulu dan tunggu di depan. Ayah akan mandi lebih dulu." Ucap Rui.
"Kali ini serius kan?." Xui menatap curiga.
"Iya, kau tidak boleh ikut jika belum makan." Ucap Rui.
"Aku akan sarapan dengan Ayah dan Ibu." Xui tidak mau di bohongi lagi, dia langsung nyelonong masuk ke dalam.
Rui diam saja, dia menutup pintu dan menyusul Ruby di kamar mandi. Xui duduk diatas ranjang orantuanya, dia melihat lihat lukisan dinding sambil mencomot anggur yang ada diatas meja.
"Huaahh... karena bangun terlalu pagi aku jadi mengantuk." Xui rebahan di sofa dengan malas.
Kantuk mendera, jadi Xui tertidur tanpa sadar. 20 menit kemudian, Ruby dan Rui keluar kamar mandi memakai kimono handuk. Melihat Xui yang menunggu sampai ketiduran, mereka hanya tersenyum geli.
"Sebenarnya jam berapa rapatnya?." Tanya Ruby.
"Jam delapan." Jawab Rui.
"Yasudah biarkan dia tidur sebentar, kau ini benar-benar keterlaluan. Bagaimana jika Xui sakit karena masuk angin dan kurang tidur?." Ruby mengomel sambil masuk ruang ganti.
"Aku pikir dia akan bangun kesiangan dan berteriak panik." Jujur Rui, mengikuti Ruby masuk ruang ganti.
"Jadi kau justru ingin dia berteriak panik? sebenarnya apa yang kau pikirkan sih." Ruby geleng-geleng kepala.
"Hahahaha, menurutku dia lucu jika begitu." Jujur Rui.
"Padahal dia sudah terbuka padamu, dia sudah tidak malu-malu lagi. Jangan buat dia menjauh lagi padamu, kau ingin dibuang di masa tua?." Ancam Ruby.
"Aku mengerti." Rui tersenyum.
Setelah berganti pakaian, keduanya memanggil pelayan untuk membawakan sarapan ke kamar utama. Mereka akan makan dikamar saja, sambil membiarkan Xui tidur sebentar.
Sarapan sudah datang, Rui dan Ruby tidak langsung sarapan. Mereka pacaran dulu, duduk berdua dan saling memeluk dengan mesra, saat waktu sebentar lagi jam delapan. Mereka membangunkan Xui untuk sarapan.
"Xui, bangun sayang. Ayo sarapan dulu, kau bisa di tinggal Ayah loh." Ruby mengguncang bahu Xui.
Xui terbangun terkejut, melihat Ayahnya masih ada di depannya. Dia pun bernafas lega dan duduk dengan lesu, dia tadi merasa sangat mengantuk tapi syukurlah sekarang kantuk itu sudah hilang.
"Cuci mukamu dulu, lalu sarapan." Ucap Ruby.
"Baik Ibu." Xui berjalan dengan lesu ke arah kamar mandi.
Setelah mencuci muka, mereka bertiga sarapan bersama. Xui makan dengan lahap, dia memang makannya lahap karena menghargai makanan. Dia pernah kekurangan dan kelaparan jadi dia selalu memakan lahap apapun makanannya.
"Jangan menyusahkan Ayahmu disana." Ujar Ruby.
"Iya Ibu." Xui mengangguk.
"Aku berangkat dulu, apa kau ingin menitip sesuatu?." Tanya Rui.
"Aku ingin tanghulu, belikan saat kau pulang nanti ya." Ruby tersenyum manis.
"Baiklah." Rui memeluk Ruby, dan mencium bibirnya dengan cepat.
Ruby hanya terkekeh lucu, dia memeluk Xui setelah itu mereka berjalan bersama keluar Paviliun. Kereta kuda dengan kusir dan empat pengawal sudah siap, Ruby melambaikan tangannya mengantar mereka pergi.
Setelah Kereta kuda menghilang, Ruby pergi keruang kerjanya dan membawa semua Design Kereta kuda, lambang Jendral Agung, bendera dan seragam pelayan khusus. Dia akan membuat semua yang bekerja untuknya harus terlihat berbeda dan menonjol.
Untuk seragam pasukan gila, mereka sudah mendapatkan seragam yang bagus dan mahal. Sekarang Ruby tinggal memanggil tukang kayu dan tukang jahit, untuk bordir lambang bendera masih kepala rubah hanya saja taringnya lebih panjang dan terkesan garang.
"Ini bukan rubah licik, tapi rubah gila Hahahahha." Ruby puas dengan sketsa miliknya.
Tidak lama kemudian, Pelayan memberitahu jika tamu sudah menunggu di ruang tamu. Ruby datang di temani pengawal, dia memberikan Design itu pada mereka yang ahli di bidangnya.
Ada tukang kayu, tukang jahit baju, dan tukang bordir. Mereka menerima uang muka yang cukup besar, karena Ruby ingin semua pesanan selesai lebih cepat.
Setelah masalah Kereta dan lain-lain selesai, kini Ruby jalan jalan mengamati Paviliun miliknya. Entah kenapa terlihat ada yang kurang, kurang sedikit sentuhan gila yang kuat dan menakutkan.
"Kayaknya harus ganti cat deh, masa warna merah sih kuno banget. Emang khas dan klasik sih, cuma pasaran banget warnanya. Mending coklat hitam atau ya warna-warna yang estetik gitu lah." Gumam Ruby mengamati.
Ruby pun akhirnya memiliki pekerjaan untuk mengisi waktu luang. Dia akan menggantikan warna cat Paviliun nya, mungkin dia juga akan membangun sesuatu untuk memperindah tempat tinggalnya.
"Orang kaya mah bebas." Ujar Ruby sombong.
Di sisi Rui dan Xui mereka sudah sampai i Istana, Jendral sayap kanan, Jendral sayap kiri dan Panglima militer sudah datang. Rui memang sengaja berangkat di jam mepet, karena dia ingin saja.
"Ayah, Ping Lu sudah menungguku di kediamannya. Aku pergi dulu ya." Izin Xui.
"Jika kau pergi terlalu jauh, Ayah akan meninggalkanmu disini." Celetuk Rui, malas mencari saat akan pulang nanti.
"Jam berapa Ayah akan kembali?." Tanya Xui.
"Entahlah." Jawab Rui.
"Haishh, suruh pelayan memanggilku di kediaman Ping Lu. Aku tidak akan pergi dari sana, atau nanti aku akan menunggu di kereta kuda." Jawab Xui, melenggang pergi.
Rui menghela nafas, dia berjalan dengan langkah lebar menuju ruang rapat. Di sana sudah ada Jendral sayap kiri yang gempal dan arogan, Jendral sayap kanan yang netral dan bijaksana, Panglima militer yang memiliki banyak pengalaman di medan perang dan mengabdikan hidupnya pada Kaisar.
"Bagiamana bisa kau terlambat, Jendral Agung." Sinis Jendral sayap kiri.
"Apa? Kaisar saja belum datang, terlambat apanya." Rui duduk di tempatnya.
"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan? aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu." Jendral sayap kiri mencemooh.
"Memangnya kau bekerja? bersikap sok sibuk juga ada batasnya." Rui menatap datar.
"Jaga perkataan mu Jendral Gong, posisi kita semua berada di bawah Jendral Agung." Tegur Jendral sayap kiri.
Suasana mendadak mencekam karena perdebatan tidak berfaedah. Tidak lama kemudian Kaisar datang dan duduk di singgasananya, Kaisar menatap Rui yang masih asik menyesap cerutu.
"Baiklah, mari kita buka rapatnya. Jendral Agung meminta rapat darurat, silahkan langsung masuk pembahasan utama." Ucap Kaisar.
Rui mematikan cerutunya, dia membuka beberapa gulungan dan dokumen lalu menatap dengan penuh wibawa. Panglima militer dan Jendral kanan merasa wibawa Rui memang tidak main-main.
"Aku mendapat laporan kejahatan kriminal, seperti perampokan, pencurian, pelecehan, pembunuhan bahkan perdagangan manusia. Dari semua titik, yang paling banyak berada di setiap desa perbatasan, aku membuka lahan pertanian disana dan membuka lapangan pekerjaan. Angka kriminal menurun drastis dan dana yang di keluarkan semuanya menggunakan dana pribadi milikku. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa kejahatan seperti ini menyebar dengan luas saat Jendral berada di ibu kota." Ucap Rui, ucapannya tegas dan mudah di mengerti.
"Apa masalahnya? kejahatan seperti itu sudah biasa terjadi. Kau tidak perlu membesar-besarkan masalah." Saut Jendral kiri.
"Kau menganggap ini sebuah kebiasaan? miris sekali melihat pangkatmu yang seharusnya memprioritaskan keamanan warga sipil." Rui melirik sinis.
"Beberapa tahun terakhir, saya juga mendapatkan laporan yang serupa. Saya berusaha mencari tahu sumber masalahnya tapi justru semakin di basmi mereka akan bertumbuh semakin banyak, hingga saya dialihkan pada keamanan barak saya belum bisa menyelesaikan masalah itu." Jujur Jendral Kanan.
"Jadi kau berhasil menurunkan angka kriminal dengan membuka lapangan pekerjaan? kau juga menggunakan dana pribadi untuk melakukannya?." Kaisar menatap dengan bangga.
"Ya, mirisnya pos patroli di sana mengatakan jika lahan tidak segera di tutup. Maka mereka akan menggusur secara paksa, ini membuatku bertanya-tanya. Bagaimana bisa pos patroli Kekaisaran justru seperti ini?." Rui terus menyiram bensin.
"Jendral kiri, bukankah kemarin kau melaporkan jika keamanan sudah di perketat? kau juga melaporkan telah turun ke lapangan untuk mengurus banyak laporan." Kaisar menatap tajam Jendral Kiri.
"Saya mengatakan yang sejujurnya, Jendral Agung hanya mencari-cari kesalahan saya." Jendral kiri membela diri.
"Ini buktinya." Rui menyerahkan semua bukti yang sudah dia kumpulkan.
Kaisar membacanya, dia merasa geram. Bagaimana bisa cap Jendral kiri digunakan untuk sesuatu yang bahkan bukan perintah darinya, selama ini dia percaya bahwa keamanan memang sudah terjamin, tapi kenapa seakan terlihat sangat bobrok?.
mcm botol yakun dengan tiang elektrik ke???
singa tidur kok dibangunin, punya nyawa 9 ya Mun. eling Mun eling
generasi berikutnya Ruby harus kembar ya thor, bila harus triplet pun boleh juga 😁