Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Tanda tanya.
Ghia memberanikan diri datang ke tempat tinggal Bang Harra meskipun dirinya sempat kaget saat benar-benar melihat alamat tersebut berada di sebuah Batalyon. Dengan kata lain, Bang Harra adalah seorang tentara.
Masalah tidak berakhir disitu. Di alamat tempat tinggal Bang Harra juga merupakan tempat dinas Bang Pande. Tapi mau apapun hasilnya nanti, ia harus menghadapi ini semua.
Jemarinya masih gemetar dan bertaut gelisah sampai akhirnya seorang pria datang menghampiri.
"Ghiaaa??" Bang Pande sungguh syok dengan kedatangan Ghia. Ia pun langsung menghambur memeluk 'janda muda' kesayangannya. "Kenapa tidak bilang kalau mau datang?? Abang senang sekali kau disini. Berarti kau terima lamaran Abang, kan?? Kita pengajuan nikah." Ajaknya karena beberapa waktu yang lalu Bang Pande datang menemuinya saat usai dinas luar.
"Ini, Bang.. Sebenarnya........." Ghia menutup mulutnya berlari menghindar karena tiba-tiba saja dirinya merasa mual.
"Mabuk kau ya, tak kuat naik pesawat??" Kata Bang Pande.
//
"Tapi... beliau terlihat lemas, pucat mencari Danton." Anggiat menyelesaikan kalimatnya dengan ragu.
Seketika, Bang Harra membeku.
'Lemas? Pucat?'
Jantung Bang Harra terasa berdebar kencang, firasat buruk menghantamnya.
'Mungkinkah....'
"Apalagi? Dia mual???" tanya Bang Harra dengan suara tercekat.
Anggiat mengangguk pelan. "Iya, Danton. Saya lihat ibu sempat muntah beberapa kalo, seperti masuk angin. Wajahnya juga pucat sekali."
Dunia Bang Harra terasa runtuh.
'Apa hamil???? Mungkinkah... Ghia hamil anak ku?'
"Antar saya ke sana sekarang!" perintah Bang Harra dengan nada mendesak. Perasaan kalut, cemas, dan harapan bercampur aduk dalam benaknya.
Anggiat segera memboncengkan Bang Harra menuju pos kesatrian utama. Bang Harley dan Bang Heldar yang mendengar percakapan itu, saling pandang dengan tatapan penuh tanya. Mereka pun ikut berlari menyusul Bang Harra.
~
Sesampainya di pos kesatrian, Bang Harra melihat seorang wanita duduk di kursi tunggu. Wajah wanita itu pucat pasi, menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik kedua tangannya, di depannya sedang berjongkok sosok Letnan Pande.
Bang Harra mendekat perlahan. Jantungnya berdebar semakin kencang. Ketika wanita itu mengangkat wajahnya, Bang Harra terkejut. Itu Gita. Namun, Gita yang berbeda dalam pandang matanya. Gita yang terlihat lebih dewasa, lebih lelah, dan lebih rapuh.. Terbalut di dalam sosok Ghia.
Melihat ada yang datang, Ghia mendongak. Bang Pande pun mengikuti arah pandang Ghia.
"Selamat sore, Bang. Mohon ijin.. Saya bawa calon istri." Kata Bang Pande mengenalkan Ghia pada seniornya.
Dunia Bang Harra serasa hancur berantakan tapi kedua sahabatnya terbelalak dan kaget melihatnya. Mereka bingung melihat sosok yang begitu mirip dengan Gita namun ada yang berbeda disana.
Bang Harra mematung, lidahnya kelu. Ghia, wanita yang walau sesaat singgah dalam hidupnya kini berada di hadapannya, namun sebagai calon istri sahabatnya sendiri. Dunia terasa berputar, dan kenyataan ini terlalu pahit untuk ditelan.
"Calon istri?" Bang Harra akhirnya bersuara, meski nyaris tak terdengar. Matanya terpaku pada Ghia, mencari jawaban atas kebingungannya.
Bang Pande tersenyum lebar, bangga dengan Ghia yang berada di sisinya. "Iya, Bang. Akhirnya Ghia menerima lamaran saya. Kami berencana untuk segera menikah."
Bang Harley dan Bang Heldar saling pandang, tak percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka masih merangkai situasi yang saat ini pastinya terasa sangat menyakitkan bagi sahabat mereka.
Ghia menatap Bang Harra dengan tatapan bersalah. Ia tau, kehadirannya di sini akan menimbulkan masalah. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Ia harus mencari Bang Harra, apa pun risikonya.
"Mas Harra..." Ghia memanggil Bang Harra dengan suara lirih.
Bang Harra tersentak. Ia tidak menyangka Ghia akan memanggilnya. Bang Harra pyn terfokus pada Ghia.
"Ghia... apa yang terjadi? Kenapa kamu......"
"Ghia ingin jelaskan sesuatu, Mas," jawab Ghia. "Tapi tidak di sini...."
Bang Pande mengerutkan kening. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ghia dan Bang Harra. "Apa maksudmu? Apa yang ingin kau jelaskan?"
"Ini bukan urusanmu, Pande," sahut Bang Harra dengan nada tegas.
"Tentu saja ini urusan saya..!! Ghia adalah calon istri saya..!!!" balas Bang Pande, emosinya mulai terpancing.
"Cukup..!!!!!" Ghia mencoba menenangkan kedua pria itu. "Ghia mohon, jangan bertengkar. Ghia akan jelaskan semuanya."
Ghia kemudian menarik napas dalam-dalam dan menatap Bang Pande dengan tatapan penuh penyesalan. "Bang Pande, maafkan Ghia. Ghia tidak bisa menikah dengan Abang."
Bang Pande terkejut. "Apa???? Kenapa???? Apa karena dia?" Bang Pande menunjuk Bang Harra dengan tatapan marah.
"Stop, Pande..!!!! Saya harus bicara dulu dengan Ghia." Kata Bang Harra.
Tau situasi semakin rumit, Bang Harley dan Bang Heldar melerai. Mereka membujuk dan membawa Bang Pande keluar dari ruang istirahat di pos kesatrian utama.
Setelah dirasa cukup aman, Bang Harra menatap wajah Ghia dengan lekat. Ghia pun membalas tatapan tersebut.
"Andaikan Ghia hamil............ Bagaimana???"
Tak terkira kagetnya Bang Harra mendengarnya. Pikirannya campur aduk berantakan. Sekelebat rasa cemburu merajai hatinya.
"Benarkah??" Tanya Bang Harra dengan tatapan tegas penuh intimidasi. "Si Pande itu pacarmu, ada jaminan apa kau tidak melakukan nya juga dengannya????"
plaaaakk..
"Inilah yang buat Ghia menolakmu, Mas. Inilah kenapa Ghia harus minum obat setelahnya. Yang Ghia benar semua nyata, semua laki-laki memang sama saja." Teriak Ghia.
Bang Harra terdiam, pikirannya masih berantakan, perasaannya pun tak karuan.
"Tak mau mengakui??? Okee........" Ghia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
Seketika Bang Harra syok. Kejadian dua tahun yang lalu kembali terbayang jelas dalam ingatannya. Ia pun menyambar botol kecil di tangan Ghia lalu membantingnya.
pyyyyrrr..
Tak di sangka hanya botol parfum saja yang pecah.
Perdebatan masih berlangsung. Tiba-tiba sebuah mobil putih tiba, nampak wanita setengah baya turun dan menggendong seorang batita. Menyusul kemudian dari arah berbeda, Bang Eijaz turun dari mobil dan melapor ke pos depan.
Bang Harra yang masih berada di dalam ruang istirahat pun ikut mengintip. Sungguh bagai petir menyambar, ia melihat sosok yang selama ini ia cari. Gita.. Duduk di dalam mobil tersebut.
"Astaghfirullah hal adzim.. Gita?????"
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪