NovelToon NovelToon
MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

MATA YANG MELIHAT MASA DEPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Kultivasi Modern / Ketos / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Susilo Ginting

Rendra Adyatama hanya memiliki dua hal: rumah tua yang hampir roboh peninggalan orang tuanya, dan status murid beasiswa di SMA Bhakti Kencana—sekolah elite yang dipenuhi anak pejabat dan konglomerat yang selalu merendahkannya. Dikelilingi kemewahan yang bukan miliknya, Rendra hanya mengandalkan kecerdasan, ketegasan, dan fisik atletisnya untuk bertahan, sambil bekerja sambilan menjaga warnet.
Hingga suatu malam, takdir—atau lebih tepatnya, sebuah Sistem—memberikan kunci untuk mendobrak dinding kemiskinannya. Mata Rendra kini mampu melihat masa depan 24 jam ke depan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilo Ginting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3. GERBANG MERAH DAN KEUNTUNGAN TANPA RESIKO

Tiga hari berlalu sejak kemenangan kecil di taruhan bola. Uang Rp430.000 itu, setelah dikurangi untuk kebutuhan makan dan ongkos bus, menyisakan Rp300.000 bersih. Jumlah yang terlalu kecil untuk diinvestasikan, tapi sangat ideal sebagai modal awal di tempat yang paling mematikan bagi orang biasa, namun paling menguntungkan bagi Rendra: Kasino.

Rendra menghabiskan malam itu bukan dengan tidur, melainkan dengan merencanakan. Ia tidak bisa masuk ke kasino besar yang mewah. Itu terlalu mencolok dan dia belum cukup umur. Targetnya adalah ‘rumah judi’ kecil yang beroperasi semi-ilegal di balik ruko-ruko tua, biasanya tempat bermain para kelas menengah ke bawah yang terjerat utang.

Setelah mencari informasi yang sangat hati-hati—Rendra selalu cerdas dalam mencari data—ia menemukan satu tempat yang cocok: sebuah club biliar di pinggiran kota yang lantai basement-nya disulap menjadi ruang judi khusus. Tempat itu dijuluki "Gerbang Merah" karena cat pintu masuknya yang lusuh.

Jumat malam, Rendra tiba di sana. Ia mengenakan jaket yang sedikit kebesaran untuk menyembunyikan siluet tubuhnya yang terlalu bagus untuk anak seumuran. Uang Rp300.000 sudah ditukarnya menjadi chip terendah.

Gerbang Merah sesuai namanya. Suasananya pengap, penuh asap rokok, dan bising oleh teriakan frustrasi dan euforia singkat. Aroma alkohol, keringat, dan uang lama bercampur menjadi satu. Rendra melangkah masuk. Ia melihat beberapa meja blackjack, mesin slot tua yang berkedip-kedip, dan sebuah meja Roulette di sudut yang tampak paling ramai.

Fokus. Jangan menarik perhatian.

Rendra mendekati meja Blackjack yang relatif sepi. Ini adalah permainan yang membutuhkan perhitungan cepat, yang cocok dengan kecepatan berpikirnya. Namun, ia tidak akan mengandalkan matematika. Ia akan mengandalkan Sistem.

Dia duduk, chip Rp300.000 itu terasa dingin di tangannya. Rendra memejamkan mata sesaat, memicu Penglihatannya.

Deg!

Kepalanya berdengung, lalu ia melihat adegan yang jelas: Kartu di depannya bernilai 19. Dealer di depannya memegang 20. Ia kalah. Dia melihat taruhan berikutnya, dealer bangkrut (bust) dengan 23.

Penglihatan itu memberinya keunggulan absolut. Ia tidak melihat semua putaran, tapi ia melihat putaran yang ia fokuskan, sekitar 10-15 detik ke depan.

Putaran pertama: Rendra memasang chip Rp50.000. Saat kartu dibagikan, Penglihatannya muncul kembali. Ia melihat ia kalah. Jadi, ia mengurungkan niat.

"Tunggu, aku tarik lagi. Ke kamar mandi sebentar," katanya, pada dealer yang tampak acuh tak acuh.

Tentu saja, ia tidak ke kamar mandi. Dia hanya menunggu satu putaran berlalu. Putaran itu, seperti yang ia lihat, dimenangkan oleh dealer.

Putaran kedua: Rendra memasang Rp100.000. Kali ini, ia memfokuskan penglihatan masa depannya pada kartu dealer berikutnya. Penglihatan itu menunjukkan ia akan menang dengan total 21, sementara dealer akan berhenti di 18.

Ia bermain dengan ketegasan dan tanpa ragu. Hit atau Stand yang ia pilih selalu tepat. Dalam setengah jam, ia tidak pernah kalah satu pun taruhan.

Chips-nya yang semula Rp300.000 kini sudah menjadi Rp1.800.000.

Para pemain di meja itu mulai curiga. Beberapa menatapnya. Rendra tahu, kemenangan beruntun tanpa emosi adalah hal paling mencurigakan di dunia judi. Dia harus berhenti.

"Permainan yang bagus, anak muda. Lumayan untuk uang saku," sapa seorang pria paruh baya bertubuh gempal yang duduk di sebelahnya.

"Hanya keberuntungan," jawab Rendra singkat, suaranya tenang. Ia segera berdiri dan menukarkan semua chipnya.

Keesokan harinya, Rendra kembali ke sekolah, tapi kali ini ia membawa Rp1.500.000 yang ia sisihkan. Ia menyembunyikan uang itu dengan aman, seperti harta karun yang ia curi dari waktu.

Saat jam pulang, Clara menunggu Rendra di gerbang.

"Kau terlihat lelah, tapi anehnya, ada aura yang berbeda darimu hari ini. Lebih... tenang," komentar Clara sambil berjalan bersama Rendra menuju halte bus.

"Mungkin aku tidur nyenyak tadi malam," elak Rendra. Dia tidak ingin ada orang yang tahu tentang kehidupannya yang baru, terutama Clara. Dia adalah satu-satunya jembatan kewarasannya.

"Omong-omong, Rendra. Kau ingat insiden tas ibu-ibu di bus tempo hari?" tanya Clara.

Rendra menoleh. "Aku tidak tahu apa yang kau maksud."

Clara tersenyum penuh arti. "Jangan pura-pura. Pak Bima bilang ada siswanya yang terlihat di lokasi, membantu mengamankan tas itu. Ia bilang, orang itu berpostur seperti atlet. Kenapa kau tidak mengakui kebaikanmu?"

Rendra menghela napas. "Kebaikan tidak perlu diakui. Lagipula, itu hanya refleks."

"Refleks yang luar biasa," puji Clara. Tatapannya lurus ke mata Rendra. "Orang-orang di sini menilai dirimu dari mobil yang kau punya, tapi aku menilai dari apa yang kau lakukan saat tak ada yang melihat. Kau anak baik, Rendra. "

Ucapan itu mengenai Rendra telak. Ia adalah anak baik, tapi ia sedang melangkah ke jalan yang buruk untuk tujuan yang ia yakini benar: keluar dari kemiskinan.

Malam Minggu, Rendra kembali ke Gerbang Merah. Kali ini, ia membawa modal yang lebih besar: Rp2.000.000, hasil dari putaran pertamanya.

Ia tidak langsung ke Blackjack. Ia memilih meja Baccarat yang menawarkan persentase kemenangan 50/50, dan yang terpenting, pergerakan uang yang cepat.

Dia duduk, memasang taruhan kecil di awal, menguji Sistemnya kembali. Penglihatan masa depan itu kembali muncul, memberinya kepastian dalam setiap lembar kartu yang ditarik. Bangker atau Player? Dia selalu tahu.

Kali ini, Rendra membiarkan dirinya menikmati sensasi itu. Bukan sensasi menang, tetapi sensasi kekuasaan. Dia melihat ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang dipenuhi harapan palsu, ketakutan, dan penyesalan. Mereka mempertaruhkan segalanya pada spekulasi buta. Sementara Rendra? Dia mempertaruhkan uang pada fakta yang akan terjadi besok.

Perbedaan ini memberinya rasa superioritas yang dingin. Uang yang ia dapatkan bukan karena keberuntungan, melainkan karena informasi yang tak tertandingi.

Dia bermain lambat, setiap kemenangan dilipat gandakan dengan hati-hati. Dia hanya menang 8 kali dari 10 putaran, karena ia sengaja kalah dua kali untuk menghindari kecurigaan. Dia harus terlihat seperti penjudi yang beruntung, bukan mesin.

Setelah dua jam bermain, chip Rendra mencapai Rp8.500.000. Total keuntungan Rp6.500.000 dalam semalam.

Saat menukarkan chip, Rendra melihat sepasang mata mengawasinya dari pojok ruangan. Mata itu tajam, milik seorang pria berkumis tebal yang tampaknya adalah pengelola ruangan judi itu. Pria itu sudah memperhatikan Rendra sejak dia datang.

Rendra mempertahankan ketenangannya, mengambil uangnya, dan langsung pergi. Ia tahu, di dunia ini, kemenangan yang konsisten tidak akan pernah dianggap sebagai keberuntungan. Kemenangan konsisten dianggap sebagai ancaman.

"Aku akan kembali dua hari lagi," pikir Rendra. "Aku butuh Rp50.000.000 modal sebelum para pemilik asli tempat ini mulai bergerak."

Dia meninggalkan Gerbang Merah, uang tunai tersimpan rapat di jaketnya. Langkahnya di jalanan yang gelap terasa lebih pasti, lebih berat. Ia sudah melewati batas.

1
BungaSamudra
tulisanmu mengalir kek air. ritmenya pas banget pas dibaca 😍
Fairuz
semangat kak jangan lupa mampir
knovitriana
update
Ken
Tanda bacanya kurang dikit.
Semangat Thor
D. Xebec
lanjut next chapter bang, jadi penasaran gw, btw semangat 👍
D. Xebec
cerita nya menarik, tapi ada beberapa kata yang kurang huruf
D. Xebec
tulisannya masih banyak yang kurang huruf bang, perbaiki lagi, btw cerita nya menarik
Zan Apexion
menarik, Semangat ya👍
Monkey D. Luffy
kurang huruf N nya ini bang🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!