Kayyana Putri hanyalah seorang gadis yang sedang berusaha ingin membahagiakan ibunya. Di tengah kehidupannya yang serba kekurangan, suatu malam, Kayya kebetulan menolong seorang gadis bernama Vira.
Bermula dari sana, Nasib Kayya perlahan berubah. Seperti apa perubahan nasib Kayya? Apakah nasib baik atau nasib buruk? Simak kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Jalan-jalan
Nicky masih mengamati wajah Kayya dari jarak yang begitu dekat. Dia dengan lembut mengusap keringat di dahinya.
Nicky menatap wajah Kayya yang mungil, hidungnya yang mancung, serta bibir merahnya tampak berisi, alisnya hitam dan rapi, bulu matanya sangat lentik. Menatap nya sebentar saja rasanya tidak akan cukup. Nicky perlahan mengusap bibir Kayya. Gadis itu hanya menepisnya sesaat dan kembali terlelap. Nicky merasa gemas sendiri.
Nicky mendekatkan wajahnya perlahan. Napasnya terdengar memburu. Dia mengecup bibir Kayya sekilas dan kemudian menatap gadis itu dengan lembut.
"Saya merasa seperti b*jingan," gumamnya. Nicky.
Pagi hari Kayya terbangun dengan linglung. Rambutnya berantakan. Dia menatap ke sekelilingnya dengan bingung.
"Oh, iya, ini di hotel."
Kayya mengambil ponselnya dan ternyata ponselnya mati. Kayya langsung membongkar kopernya untuk mencari charger.
Setelah mengisi daya ponselnya, Kayya pergi mandi. Jam baru menunjukkan pukul enam, tetapi perutnya terasa keroncongan.
Usai mandi dan mengeringkan rambut, Kayya menyalakan ponselnya. Ada tiga pesan masuk. Dua diantaranya pesan dari atasannya semalam. Semuanya menanyakan apakah dia ingin makan malam. Belum sempat Kayya melihat pesan terakhirnya, Pintu kamarnya diketuk. Kayya pun bergegas membukanya.
"Kak Nicky."
"Bagaimana? Apakah kamu masih merasa kurang enak badan?" tanya Nicky sambil mengamati wajah Kayya. Melihat tampilannya, dia yakin Kayya baik-baik saja, tetapi untuk memastikannya, dia perlu bertanya.
"Saya sudah sehat dan siap bekerja." Kayya berbicara dengan dada membusung, dia begitu percaya diri pagi ini. Akan tetapi bunyi perutnya menghancurkan semangat yang baru saja ia kobarkan.
Nicky tercengang, tak lama tawanya pecah. "Sarapan dulu, baru kerja."
Keduanya sarapan di restoran hotel. Kayya dan Nicky memilih sarapan bernama Margooga, itu adalah semur daging dan sayuran yang dimasak kental dengan berbagai bumbu rempah. Margooga biasanya dinikmati dengan roti Arab yang dicampur atau di celupkan kedalam semur.
Setelah makan, Nicky mengajak Kayya pergi ke pertemuan yang diadakan di Jumeirah Burj Al Arab. Sepanjang pertemuan, Kayya terus mengikuti Nicky di belakangnya. Datang ke tempat ini membuat mata Kayya terbuka lebar. Semua yang datang adalah pengusaha dari berbagai negara. Penampilan mereka sungguh diluar ekspektasi Kayya. Bahkan ada beberapa yang menyertakan membawa sekertaris berpakaian seksi. Di mata Kayya, di forum ini Nicky agaknya terlihat terlalu sederhana.
Usai acara, Beberapa rekan Nicky mengundang Nicky untuk datang ke Millionaire club di Al Jaddaf. Mereka akan mengadakan pesta di sana sebagai hiburan. Nicky hanya mengangguk tanpa ada niatan untuk benar-benar pergi. Selain karena ia menganggap Kayya masih terlalu kecil dan belum cukup umur, dia juga khawatir di sana ada pertunjukan yang seharusnya tidak boleh dilihat oleh gadis itu. Biasanya bar mewah ekslusif seperti itu, akan memiliki pertunjukan khusus untuk para tamu VIP nya.
Nicky lebih memilih mengajak Kayya ke tempat yang lebih layak dikunjungi. Rencananya selama tiga hari KTT ini, Nicky akan mengajak Kayya berkeliling.
Di dalam lift Kayya yang penasaran pun akhirnya bertanya, "Kak, memangnya dulu sebelum saya kerja sama kak Nicky, waktu kak Nicky ada acara seperti ini, siapa yang ikut?"
"Jovan."
"Kak Nicky juga ngajak pak Jovan jalan-jalan?" Kayya seketika bertanya dengan mata terbelalak seolah kaget dengan pertanyaannya sendiri. Nicky yang sedang berdiri dengan tenang seketika berbalik dan menatap Kayya dengan tajam.
"Apa maksud pertanyaan kamu ini?"
Nicky mendekati Kayya hingga membuat Kayya berdiri terpojok. Dia menyusutkan lehernya karena takut dengan tatapan Nicky.
"K-kak, aku kan hanya tanya." ujar Kayya dengan suara bergetar. Nicky menatap Kayya tanpa bicara. Jakunnya bergulir saat memandang bibir gadis itu. Dia jadi teringat rasanya kecupan ringan semalam yang dia lakukan.
"Apakah menurutmu aku memiliki banyak waktu luang untuk mengajak Jovan jalan-jalan?"
Tak lama denting lift terdengar, Nicky segera menegakkan tubuhnya dan membelakangi Kayya. Padahal kalau diperhatikan, wajah Nicky menampakkan keanehan. Bahkan telinganya pun tampak memerah.
Setelah keluar dari lift, baik Nicky maupun Kayya, keduanya kembali ke kamar masing-masing. Malam nanti Nicky ingin mengajak Kayya melihat pertunjukan lampu LED di Burj khalifa dan juga pertunjukan air mancur. Jadi sore ini Nicky menyuruh Kayya untuk beristirahat.
Saat di dalam kamar hotel, Kayya memutuskan untuk mandi sebelum merebahkan tubuhnya. Rasanya seluruh badannya lengket berada di ruangan AC terus menerus. Untungnya kondisi tubuh Kayya tidak ringkih dan bisa menyesuaikan di segala cuaca dan perubahan suhu. Jadi, meski sejak kecil belum pernah terkena AC, sekarang setiap hari harus terpapar pun dia tidak sakit.
Malam itu Kayya hanya memakai kaos hitam dan celana jeans serta sepatu slip on berwarna putih. Sejak Vira mengetahui jika Kayya menjadi asisten Nicky, Vira selalu mengajarkan Kayya untuk memperbaiki cara berpakaiannya. Jadi sekarang Kayya mulai terbiasa berbusana dengan menyesuaikan situasi.
Melihat Kayya berpenampilan santai, Nicky pun merasa senang. Nicky langsung mengajak Kayya pergi ke Burj Khalifa, karena sebentar lagi pertunjukan lampunya akan segera dimulai.
Sepanjang perjalanan, Kayya tampak kagum dengan megahnya penampakan kota Dubai. Dia tampak berpikir sesaat dan lalu menoleh ke arah Nicky.
Dulu dia berpikir jika Nicky adalah sosok atasan yang kaku dan pria yang menyebalkan. Itu karena kesan pertama yang dibuat Nicky benar-benar membuat Kayya jengkel. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, dia merasa begitu beruntung bekerja di bawah naungan pria itu. Dia merasa kerjanya tidak terlalu melelahkan dan dia bisa bekerja sekalian liburan.
Merasa terus diperhatikan, Nicky yang tadinya sedang mendongak menatap gedung Burj Khalifa langsung seketika menunduk. Dia mendapati mata bulat berair milik gadis itu, menatapnya tanpa berkedip.
"Ada apa?"
Kayya tersenyum dan menggeleng, "Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu. Kalau bukan karena menjadi asistenmu, aku tidak akan pernah merasakan pengalaman seindah ini."
Untungnya Jovan tidak ikut dengan kita. Kalau dia ikut dan mendengar kamu bicara seperti ini, saya yakin dia akan meriang tiga hari dua malam.
"Nikmatilah pengalaman ini, sampai kapan pun kamu tidak akan bisa menemukan bos sebaik saya."
Nicky kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Dia khawatir jika terus menatap Kayya, dia akan melakukan kesalahan yang mungkin akan dia sesali.
Tak lama suara sorakan beberapa orang mengiringi nyala lampu di fasad menara dan suara music mulai menggema. Nicky dan Kayya berdiri di dekat Dubai Fountain. Keduanya berdiri berdekatan. Saat penonton mulai banyak, Nicky menggeser tubuh Kayya agar berdiri di depannya. Kedua tangannya bertengger di bahu Kayya. Jika Jovan melihat mereka, dia mungkin bisa muntah darah karena marah. Ini bukan bekerja, tetapi liburan. Dia pasti akan iri setengah mati pada Kayya.
Varo, kamu sama aku aja deh. ikhlas aku/Joyful/
klo kay dek mu