NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Paham

Setelah Delan berpamitan, Suci berganti ke atas untuk melihat kondisi anak sulungnya. Mantan menantunya yang belum ikhlas Suci lepaskan, tadi cukup lama di atas hingga pukul setengah sembilan. Saat Rasyafa berpamitan akan ke kampus pukul delapan lebih tadi, sambil mengatakan kalau kakaknya dan Delan hanya duduk di depan, tidak berada di kamar Radella.

Saat sampai di lantai dua, Suci mendapati anaknya masih di sofa yang disebutkan Rasyafa tadi. Radella memang tidak mengantarkan Delan sampai bawah, karena Delan yang melarangnya dengan alasan kondisi Radella. Radella hanya menurut, dia juga malu kalau bundanya tahu bagaimana matanya yang masih bengkak.

"Radella!" panggil bunda Suci.

Radella sedikit panik, niat hati belum ingin ketemu bundanya setidaknya sampai matanya lebih baik. Namun, wanita yang melahirkannya, malah naik dan mendatangi dirinya langsung. Dia juga tidak siap kalau harus mengatakan alasan mata bengkaknya kalau saja bundanya bertanya.

Langkah kaki terdengar lebih keras, artinya bundanya sudah semakin dekat dengannya. Radella juga sudah bisa merasakan keberadaannya, tapi dia masih enggan menoleh. Berpura-pura tidak mendengar, dan masih menunduk memainkan ponselnya untuk mengabari tantenya, setelah pagi tadi malah salah kirim.

"Radella?" Tangan Suci menyentuh pundak Radella dari belakang. Perempuan itu buru-buru menoleh, memasang wajah terkejut lalu tersenyum.

"Bunda, ke sini?" balasnya dengan gugup. Dalam hatinya meminta maaf karena berpura-pura tidak mendengar panggilan bundanya sejak awal.

Suci ikut duduk di samping anaknya, lebih dekat tidak seperti Delan tadi yang mengambil duduk di ujung sofa lainnya. Wajah wanita itu terkejut melihat mata bengkak anaknya. Lalu memindai penampilan Radella yang sedikit kacau dari biasanya.

"Kamu sakit apa? Semalam begadang lagi sama Rasyafa? Kalian ini, kalau tidur bareng, bukannya tidur tapi malah membuat cerita," omel bunda Suci.

"Terus, mata Kamu kenapa bengkak seperti habis nangis gitu? Memangnya cerita apa saja sama Rasyafa sampai nangis gitu?" sambungnya tanpa menjeda ucapannya.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan kepada anaknya, selayaknya seorang ibu yang merasa khawatir melihat keadaan anaknya. Juga sedikit mengomel karena mengira Radella begadang bersama Rasyafa sampai anak sulungnya itu sakit. Suci hafal kebiasaan kedua anaknya kalau tidur bersama.

Suci tidak menyalahkan, karena mereka masih muda dan butuh bercerita satu sama lain, ditambah usia mereka yang tidak terlalu jauh bisa membuat hubungan keduanya selayaknya teman. Hanya saja, Suci mengkhawatirkan keadaan tubuh Radella yang tidak bisa dipakai buat begadang. Anak sulungnya mudah sakit saat malamnya kurang tidur atau tidur terlalu larut. Berbeda dengan Rasyafa yang tubuhnya lebih kuat, meski begitu Suci tetap menasihati agar tidak terlalu sering begadang.

"Bunda...," rengek Radella.

Melihat bundanya yang tidak membahas soal hubungannya dengan pria lain, Radella yakin kalau Rasyafa tidak menceritakan perihal semalam kepada kedua orangtua mereka. Setidaknya, dirinya aman tapi entah sampai kapan karena dirinya tidak bisa memprediksi pikiran Rasyafa. Namun, dia memaksa untuk meyakinkan dirinya, adiknya tidak mungkin mengadukan kepada kedua orangtuanya.

"Delan, masih sangat peduli sama Kamu, kan?"

Tangan Suci mengelus rambut Radella, kepala perempuan itu bersandar di pundak sang bunda dengan manja. Tubuhnya sedikit menegang saat bundanya berkata demikian, sedetik kemudian dia kembali santai dan mengiyakan dalam hati. Menunggu dengan cemas kalimat lanjutan yang sepertinya akan diucapkan oleh bundanya.

"Bunda masih belum bisa menerima kalau kalian sekarang sudah resmi cerai," sambungnya.

Setelah sepuluh hari, bundanya baru membahas hubungannya dengan Delan yang telah kandas. Sebagai seorang ibu, Suci jelas menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Saat tahu, pernikahan anak dan menantunya tidak bisa lagi diselamatkan, Suci merasa bersalah pada anaknya yang dulu pernah memaksa Radella.

Berjanji pada dirinya untuk menerima apa yang menjadi keputusan Radella soal hubungan hidup sang anak. Namun, saat tahu bagaimana Delan tadi begitu peduli, ketidakrelaan itu datang lagi sebagai seorang ibu melihat bagaimana Delan yang masih mengkhawatirkan anaknya. Datang menjenguk, hingga mengorbankan waktu ke kantornya untuk menemani anaknya sarapan.

"Bunda, ini sudah jadi yang terbaik untuk kita," sahut Radella.

Kalimat yang terdengar penuh kerelaan, tidak dengan hatinya yang bertolak belakang. Sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur, tapi kehidupan tetap lanjut tidak peduli bagaimana rasa sakitnya nanti. Yang sekarang dia harapkan adalah, perlahan menyingkirkan perasaan kepada Delan dan menyimpan lagi perasaannya untuk Reno yang masih setia menunggu tanpa dia berikan kepastian.

"Bunda, harap juga seperti itu. Yang terpenting hubungan kalian tetap baik, meski tidak lagi sebagai suami istri." Radella tersenyum kecut, kalau dirinya sering bertemu atau berkomunikasi dengan Delan, yang ada perasaannya semakin dalam. Dia tidak ingin seperti itu, menahan rindu itu sangat menyakitkan.

***

Hari ini, Delan memutuskan pulang ke rumah orangtuanya setelah dari kantor. Saat sampai di pekarangan rumahnya, dia menyipitkan mata melihat sepeda motor yang tidak asing baginya terparkir di samping sepeda motor milik adiknya. Seusai memarkirkan mobilnya, Delan turun dan berjalan menuju rumah.

Semakin dekat Delan dengan pintu, telinganya mendengar suara samar-samar dari dalam. Saat kakinya melangkah masuk, di ruang tamu sudah ada adiknya bersama teman baiknya, siapa lagi kalau bukan Rasyafa. Malahan, Delan lebih dulu kenal Rasyafa daripada Radella, karena Rasyafa dan adiknya sudah berteman lama sebelum dirinya dijodohkan dengan Radella.

"Bang Delan!" sapa kedua gadis tersebut hampir berbarengan. Delan tersenyum sebagai balasan.

"Abang ke atas dulu ya!" pamitnya ingin segera membersihkan tubuh. Namun, belum sempat dia melangkah, pertanyaan dari Rasyafa mengurungkan niatnya.

"Bang Delan, pulang jam berapa tadi?" tanya Rasyafa yang berhasil membuat Delan menoleh kembali.

"Pulang dari mana?" Belum sempat Delan menjawab, Divina lebih dulu bersuara menyahut pertanyaan Rasyafa.

"Dari rumah, tadi pagi bang Delan datang buat jenguk kak Radella karena lagi sakit," jawab Rasyafa santai.

Delan yang mendengar sempat salah tingkah, tidak seharusnya dia bertemu Rasyafa sekarang. Sifat Divina dan Rasyafa hampir mirip, suka sekali menggoda dirinya maupun Radella secara terang-terangan. Bicara apa adanya begitu saja, walaupun keduanya juga peduli dengan kakak-kakaknya.

"Wow, bang Delan masih sangat peduli dengan kak Radella!" seru Divina dengan senyuman kehebohan.

"Kak Radella juga tahu, sering merindukan bang Delan!" imbuh Rasyafa semakin membuat keduanya cekikikan saat melihat wajah merah Delan.

"Kalian...." Delan tidak melanjutkan kalimatnya yang tertahan, lebih memilih menarik napas lalu mengembuskannya. "Abang ke atas dulu!"

"Bang, tunggu dulu!" cegah Rasyafa yang lagi-lagi menahan langkah kaki Delan.

"Abang, duduk dulu!" pinta Divina seolah mengetahui kalau temannya ingin mengutarakan sesuatu kepada kakaknya.

Dengan berat hati, Delan mengikuti permintaan adiknya, duduk di sofa tunggal yang dekat dengannya. Dia menebak, Rasyafa dan adiknya akan membahas hubungan dirinya dengan Radella. Sudah sepuluh hari lebih setelah perceraian, tapi keluarganya masih sering membahas atau bahkan menyindirnya.

"Bang Delan, kenapa pisah sama kak Radella kalau kalian masih saling merindukan?" tanya Rasyafa yang sesuai tebakan Delan, tidak akan jauh-jauh dari hubungan dirinya dan Radella.

"Apa karena kak Radella ketahuan selingkuh?" sambungnya membuat Delan menoleh dengan cepat.

"Radella selingkuh?" sahut Delan.

"Kak Radella selingkuh?" Divina pun ikut menyahut terkejut, kalimat yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.

"Tidak mungkin Radella seperti itu, Syaf. Kamu jangan berburuk sangka sama kakak kamu sendiri!" sambung Delan membantah ucapan Rasyafa.

"Aku lihat sendiri, Bang. Kak Radella jalan sama cowok lain!" tegas Radella.

Delan langsung terdiam, diam bukan karena terkejut mendapati fakta yang baru saja Rasyafa katakan. Namun, dia terkejut dengan pemikiran Rasyafa, tentu saja bukan hanya Rasyafa yang akan berpikir demikian saat melihat apa yang dilihat Rasyafa. Mungkin saja, dirinya pun akan dituduh seperti itu kalau ada yang tahu dirinya jalan bersama Tantri.

"Syaf, Kamu salah paham. Radella tidak mungkin selingkuh, kita pisah secara baik-baik. Tidak ada perselingkuhan di antara kita." Karena kita berdua yang malah selingkuh dari kekasih masing-masing, sambung Delan dalam hatinya.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!