Xiao Mei Ling, gadis muda berbakat dialam Surgawi, terlempar kedunia bawah saat tanpa sengaja terperosok kedalam lubang pusara dihutan kematian ketika mencari tanaman herbal.
Dunia bawah yang hampir sama dengan alam Surgawi, namun tak ia ketahui seluk-beluknnya. Jelas membuat Xioa Mei Ling kebingungan.
Namun ditengah keputus-asaan itu, tanpa sengaja ia menemukan kerangka manusia ditempatnya terlempar. Saat ia akan menguburkan kerangka itu dengan layak, kilasan ingatan milik kerangka itu memasuki fikiran, ketika ia menyentuh bagian tengkorak.
"Hah, namanya sama denganku dan wajahnya..?"
"Baik, aku akan menggantikanmu menjaga keluargamu. Terimakasih Xiao Mei Ling, maaf aku memanfaatkanmu untuk bisa hidup didunia ini."
Bagaimana perjalanan hidup Xiao Mei Ling didunia bawah ini bersama dengan ruang dimensi Long yang ia miliki.
Apa ia akan hidup seperti dialam Surgawi.?
Atau malah menjadi seseorang yang jauh lebih berkuasa...?
Mari ikuti kisahnya dalam cerita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerugian
Dilima wilayah Ibukota yang berbeda, atmosfir sebuah ruangan terasa memiliki kadar panas yang sama.
Wajah menghitam, sorot mata tajam terhunus nyalang, deru nafas tak beraturan. Gambaran emosi murka telah sampai dipuncak ubun-ubun kepala.
Kabar munculnya depot gula dengan tiga varian berharga murah, menjadi pukulan telak bagi orang-orang dilima atap berbeda tapi dalam satu nahkoda kapal yang sama.
Tumpukan koin emas yang bisa didapatkan dari dua ton gula kristal digudang penyimpanan, justru malah menjadi tamparan paling menyakitkan bagi mereka.
Suara menggelegar, meraung membelah udara. Sebagai sarana bentuk pelampiasan dari rasa yang menghujam jantung merobek dada.
"Keparat, bajingan..!" makian bersambung umpatan, sejak petang tadi terus menggema diruangan remang beraromakan cendana.
"Yuan Feng, rupanya kau sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibumu."
"Klan Xiao, seharusnya sejak dulu mereka kita kirim keneraka bersama Komandan Jun itu."
"Jalang kecil, bagaimana bisa kau masih hidup dengan pedang yang menembus jantungmu..?"
"Kerahkan semua sumber daya yang kita miliki, cepat temukan guru jalang kecil itu."
"Sialan, berapa banyak kerugian kita kali ini..?"
Ocehan, amarah, tanya yang tak ada jawabannya. Menguar tak terbendung menguras emosi hingga kedasar nurani.
Wajah-wajah tua rupawan, kini tampak masam menyeramkan.
Riasan tebal dengan bibir merah terang. nyatanya tak bisa menyamarkan wajah suram yang sudah kehilangan kecantikannya.
Pakain sutra yang dikenakan kusut bergaris acak, akibat remasan tangan yang terlalu kencang.
Hiasan kepala bergoyang, mengikuti pergerakan guna memporak-porandakan aula pertemuan.
Satu hari kepala berdenyut nyeri, dua hari leher tegang menghampiri. Tiga hari, dada terasa akan meledak karena emosi, empat hari semua ambisi hancur menjadi ilusi.
Dan dihari kelima, kerugian benar-benar mendatangi.
Dua ton gula kristal akhirnya dikeluarkan dari lumbung, lalu dijual kepasaran dengan harga sama seperti karavan Yanan.
Niat hati menunggu sampai depot gula berhenti beroperasi, karena habisnya stok barang. Nyata justru persediaan mereka malah makin hari bertambah melimpah.
Modal dalam membeli dua ton gula, lima puluh koin perak per kilonya. Sekarang malah dijual seharga dua puluh koin perak.
Bayangkan, sudah seberapa banyak kerugian yang kelompok keparat itu tanggung.
Padahal sebelumnya mereka berhayal menerawang hingga keawang-awang. Setidaknya satu koin emas bisa menjadi keuntungan setiap per satu kilonya, tapi malah yang didatangkan angin topan.
Terlebih desas-desus pabrik gula, kertas, kain dan konfeksi milik klan Gu sudah beroperasi sekarang.
Makin menjadi saja murka angkara mereka. Bumi gonjang-ganjing dengan petir kilat menyambar ngeri, nyaris membuat nafas para pelakon kejahatan berhenti.
"Bajingan itu pendiri karavan Yanan, dan depot gula itu miliknya." ucap seorang wanita cantik duduk anggun dikursi phoenix.
"Jadi mereka bersekutu, klan Xiao, Gu dan Wang..?"
"Rupanya kita terlalu baik pada klan Xiao dan Wang."
"Selama ini kita terlalu menganggap remeh klan Gu."
"Penginapan, restoran, paviliun pelelangan, itu saja sudah membuat kita merugi banyak. Ini ditambah klan Gu dengan banyaknya membuka usaha baru, muncul lagi bajingan tengik itu."
"Kumpulkan semuanya dipaviliun Chi, kita harus bertindak cepat."
Meski berada ditempat berbeda, tapi jiwa, otak dan kata hati orang-orang saling terkoneksi. Kesemuanya tahu apa yang harus dilakukan, karena menunggu dan berdiam diri, bukan sifat kebiasaan para insan disana.
Tak perduli topan, karena badai paling mengerikan selama ini mereka yang menciptakan. Tak ada mengenal kata gagal putus asa.
Penganut semboyan cabut rumput liar hingga keakar, menjadi cambuk penyemangat dan tekad untuk bangkit maju melawan, guna mengambil kembali hak yang sudah dirampas paksa.
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
.masih banyak typo..