NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:19.7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33

RUANG RAWAT VIP – SIANG HARI

Senyap.

Hanya suara alat monitor jantung yang berdetak pelan jadi latar heningnya ruang perawatan itu.

Thaimur berdiri kaku, matanya terus menatap lelaki yang terbaring dengan selang di tangan. Pandangan mereka terkunci, sama-sama teduh, sama-sama bicara tanpa kata.

“Dia mirip banget sama aku, ya, Ummi?” bisik Thaimur tanpa menoleh.

Zamara mengangguk pelan. “Dia bukan cuma mirip, Sayang. Dia itu ayahmu darahnya, jiwanya, doanya, semuanya ada di kamu,” ujarnya lembut, sambil menyentuh punggung anak lelakinya.

Langkah kecil itu akhirnya maju. Thaimur mendekat ke sisi ranjang, bibirnya bergetar, tangan mungilnya menyentuh jemari ayahnya yang hangat.

“Abi…” lirihnya.

Ustadz Yassir mengangguk pelan. Matanya berkaca. Senyum tipis merekah di bibirnya yang masih kaku.

Namun suasana itu buyar saat Zhamir mengangkat dagu, sorot matanya tajam.

“Apa dia benar ayahku?” tanyanya tiba-tiba, nada suaranya tenang tapi menusuk. “Kenapa Kakek Erdem bilang dia laki-laki jahat yang ninggalin Mommy dan bikin kita pisah dari Miera?”

Seisi ruangan terdiam. Pak Mahmud menghela napas, Salwa menatap cemas, Faris saling pandang dengan Gilang. Tak satu pun berani menjawab.

Wajah Ustadz Yassir menegang. Nafasnya memburu, tangan kirinya gemetar mencoba mengangkat diri. Zamara segera menghampiri, menahan suaminya pelan.

“Sayang, jangan dipaksakan. Biar Mommy yang bicara,” ucap Zamara, tatapannya lembut tapi tegas.

Perlahan Zamara menghadap putranya yang paling keras kepala. Ia berjongkok, sejajar dengan tinggi Zhamir.

“Zhamir, dengarkan Mommy baik-baik,” katanya. “Ayahmu bukan orang jahat. Mommy yang salah Mommy yang pergi.”

Zhamir berkedip. Alisnya bertaut.

“Waktu itu kalian masih bayi. Baru empat puluh hari. Mommy pulang ke Jerman tanpa izin ayah kalian. Mommy pikir bisa membesarkan kalian sendirian sambil jadi dokter. Mommy juga ditunjuk jadi CEO rumah sakit keluarga…”

“Tapi kenapa Miera ditinggal?” potong Zhamir.

Pertanyaan itu menghujam. Zamara menatap dalam-dalam ke mata anaknya.

“Karena Kakek Erdem waktu itu ingin cucu laki-laki,” jawab Zamara pelan. “Mommy menuruti permintaan beliau supaya bisa membawa kalian berdua. Tapi Mommy harus meninggalkan Miera.”

Thaimur melirik, matanya membesar. “Miera ditinggal?”

Zamara mengangguk pelan, wajahnya mulai basah.

“Dan Mommy terlalu muda waktu itu. Egois. Mommy juga nekat melamar Ayahmu di tengah ceramah karena Mommy jatuh cinta. Mommy pengin keturunan dari orang sebaik Ayah kalian.”

Ustadz Yassir menggerakkan tangan. Jemarinya menunjuk ke arah Zamara. Nafasnya berat, tapi ia memaksa bicara.

“Zam… bukan… salahmu…,” lirihnya terbata-bata. “Aku… yang gagal… ngejar… kamu…”

Zamara langsung memegang tangan suaminya erat.

“Enggak, Bi. Mommy yang lari, bukan kamu,” katanya lirih. “Tapi sekarang kita sudah lengkap lagi.”

Zhamir menunduk. Matanya mengambang, tapi ekspresinya tetap kaku. “Jadi kita bakal tinggal bareng?”

Zamara mengangguk mantap. “Iya, Sayang. Kita akan tinggal di Jakarta. Kita nggak perlu semua kemewahan itu. Kakek kalian sekarang udah punya anak laki-laki dari istri keduanya. Kita cukup punya satu sama lain.”

Tangis pelan terdengar dari arah pintu.

Salwa menutup mulutnya, matanya basah. “Ya Allah, mbak Zam…”

Faris berdiri tegak, menatap Ustadz Yassir dengan pandangan hormat. “Akhirnya antum kembali juga, Ustadz.”

Bayu, adik angkat Ustadz Yassir, mendekat sambil menepuk bahu Zamara. “Kak Zam, biar kami yang bantu urus rumahnya nanti.”

Bu Salamah menggenggam tangan Pak Mahmud. “Alhamdulillah akhirnya keluarga ini utuh lagi.”

Gilang tersenyum haru. “Tuh kan, Abi kuat. Kuat karena Ummi nggak pernah berhenti doain.”

Ustadz Yassir menatap semua orang satu per satu. Bibirnya bergetar mencoba membentuk satu kata.

“Syuk-ran…”

Zamara langsung menunduk, menyentuhkan dahinya ke tangan suaminya.

“Aku pulang, Bi. Bukan sebagai dokter. Tapi sebagai istrimu.”

Yassir menatapnya, matanya basah. “Dan aku bangun lagi karena doa istri yang paling berani,” bisiknya, kali ini lebih jelas.

Thaimur menoleh ke adiknya. “Zham, ayo pegang tangan Abi. Biar dia tahu kita sudah memaafkan semuanya.”

Zhamir masih diam. Tapi pelan-pelan ia melangkah maju, dan untuk pertama kalinya, ia menyentuh tangan Yassir.

“Ayah jangan pergi lagi,” katanya datar, tapi kali ini, suaranya bergetar.

Yassir mengangguk pelan. Tangannya menggenggam tangan Zhamir dengan sisa tenaga.

“Enggak Ayah di sini,” jawabnya dengan napas berat. “Untuk kalian semua…”

Dan di tengah ruangan itu, lima hati yang sempat tercerai berjanji untuk kembali. Tanpa lagi menoleh ke belakang.

Matahari pagi baru saja menyusup lewat tirai jendela ketika pintu kamar pasien terbuka perlahan. Zamara masuk masih mengenakan seragam bedah.

Hijabnya sedikit longgar, wajahnya lelah tapi tetap memancarkan aura kalem dan anggun.

Di atas ranjang, Ustadz Yassir sudah duduk bersandar dengan bantal bertumpuk di punggung. Wajahnya lebih segar, pipinya sudah tak sepucat seminggu lalu.

Janggutnya mulai tumbuh lagi, membuatnya terlihat seperti ‘ustadz kampus’ yang siap ceramah di hall besar.

“Duduk manis, Bibeh. Giliran Abi disuapin istri paling cantik sedunia,” serunya pelan sambil mengangkat alis nakal.

Zamara meletakkan nampan makan di meja kecil. Ia duduk di sisi ranjang, membuka tutup makanan, lalu memotong kecil-kecil lauknya.

“Banyak gaya. Baru bisa duduk dua hari udah mulai centil,” ucap Zamara dengan nada menggoda.

Yassir tersenyum, menggigit bibir bawahnya. “Hidup cuma sekali, Beb. Kalo nggak sempat genit sama istri sendiri, rugi dunia akhirat.”

Zamara terkekeh. Ia menyuapkan sesendok nasi ke mulut suaminya.

“Masya Allah, masih lancar ya lidahnya buat gombal,” katanya sambil menyiapkan sendok berikutnya.

Yassir mengunyah pelan, lalu minum air putih yang disodorkan istrinya. “Gombalan ustadz tuh beda. Ada sanad-nya, ada dalilnya,” ujarnya serius tapi wajahnya usil.

Zamara melirik sambil tersenyum kecil. “Hmmm, sanad dari mana? Tafsir Mimpi kah?”

“Sanadnya dari hati ke hati, turunnya langsung dari surah Cinta ayat Kamu,” balas Yassir cepat.

Zamara memutar bola mata. “Hadeh… ini pasien sembuhnya kebanyakan dzikir atau kebanyakan nonton drama Turki?”

Yassir tertawa pelan. “Kebanyakan mikirin kamu,” bisiknya.

Zamara menghentikan gerakan tangannya, menatap suaminya dalam-dalam.

“Mas,” ucapnya pelan. “Aku tuh masih belum bisa percaya kamu masih hidup masih ada di sini.”

Yassir menyentuh tangan istrinya yang berada di atas nampan. “Aku juga masih nggak nyangka. Tapi mungkin Allah ngasih satu kesempatan lagi, buat nebus semua yang sempat hilang. Termasuk kamu anak-anak…”

Wajah Zamara menghangat, matanya basah, tapi ia menunduk menahan.

“Duhai imamku…,” bisiknya. “Kalo kamu mati kemarin, aku nggak tahu harus gimana. Sumpah.”

Yassir menggenggam tangannya erat. “Aku nggak mati, Beb. Belum. Masih banyak PR. Anak kita tiga, semua keras kepala. Satunya kayak kamu, satunya kayak aku, satunya kayak kakeknya. Ngeri, tau nggak?”

Zamara terkekeh pelan. “Ya makanya, jangan pura-pura lemah terus biar disayang. Cepet pulih, nanti sore kamu harus jadi imam maghrib di ruangan ini.”

“Siap. Tapi kamu yang jadi makmumnya, jangan banyak gerak,” balas Yassir sambil menahan tawa.

Zamara pura-pura cemberut. “Eh kamu tahu nggak, kamu tuh pasien VIP satu-satunya yang tiap pagi bikin perawat salah tingkah karena dipanggil ‘sayang’ sama pasiennya.”

Yassir memejamkan mata sebentar. “Maaf ya, aku emang cuma bisa romantis sama satu orang.”

“Siapa?” pancing Zamara sambil mencondongkan badan.

Yassir membuka mata, menatap dalam. “Zamara Nurayn Altun. Cewek Turki-Jawa, dokter bedah, tapi hatinya lembut banget buat suaminya. Itu perempuan yang bikin aku bertahan sampai sekarang.”

Zamara diam sejenak, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Yassir yang sudah tak lagi dipenuhi alat medis. Suasana hening tapi nyaman.

Beberapa detik kemudian, pintu diketuk.

“Maaam, kaaaak! Kami datang!” terdengar suara Thaimur dan Zhamir berbarengan.

Zamara cepat-cepat menjauh dari bahu suaminya. “Nah, itu pasukan kecil kita datang.”

Yassir tertawa kecil. “Kena ciduk anak sendiri.”

Tawa mereka belum habis saat pintu kamar terbuka. Kali ini bukan suara anak-anak, melainkan langkah berat dan pelan seorang lelaki sepuh yang dikenal semua orang sebagai sosok paling bijak di pesantren.

Pak Mahmud masuk dengan wajah teduh, mengenakan sarung dan koko putih, pecinya sedikit miring. Di belakangnya menyusul Bu Salamah dan Gilang yang membawa sekotak kurma dan sebotol air zamzam.

“Assalamualaikum,” ucap Pak Mahmud pelan.

“Waalaikumussalam warahmatullah,” jawab Zamara dan Yassir hampir bersamaan.

“Kami ganggu sebentar,” lanjutnya sambil duduk di kursi dekat ranjang. Pandangannya lembut menatap dua sejoli yang kini duduk berdampingan, terlihat seperti dua insan yang kembali saling menguatkan setelah badai panjang.

Pak Mahmud menatap mereka cukup lama sebelum akhirnya berkata dengan suara dalam, pelan, tapi menghunjam.

“Zamara… Ustadz Yassir…”

Mereka menoleh hampir bersamaan.

“Aku punya satu permintaan. Satu yang semoga kalian anggap penting, seberharga takdir pertemuan kalian sendiri.”

Zamara menggenggam tangan Yassir yang kini sudah bisa duduk lebih tegak. “Apa itu, Pak?” ucapnya lembut.

Pak Mahmud menghela napas, lalu menoleh ke Bu Salamah yang mengangguk lirih.

“Menikahlah lagi.”

Ruangan hening. Suara detak jam dinding terasa sangat nyata.

Zamara membeku. Yassir hanya berkedip, seperti mencoba memastikan dia tidak salah dengar.

“Menikah… ulang?” tanya Yassir pelan.

Pak Mahmud mengangguk mantap. “Ya. Menikah ulang. Secara syariat, kalian masih suami istri. Tapi secara ruh, kalian sudah menempuh perjalanan yang berbeda masing-masing selama tujuh tahun. Kalian terpisah, diuji, lalu disatukan lagi dengan cara yang luar biasa. Nikah ulang bukan soal status. Tapi ikhtiar menyucikan kembali ikatan kalian.”

Zamara menarik napas dalam-dalam. Ia menatap suaminya yang sedang menatapnya juga.

“Kami belum pernah memikirkan itu,” katanya jujur.

“Tapi aku setuju,” sela Yassir tiba-tiba.

Zamara kaget. “Kamu serius?”

Yassir mengangguk pelan, matanya jernih.

“Kalau aku bisa lahir ulang, aku ingin jatuh cinta ke kamu lagi. Kalau bisa dinikahkan ulang, aku mau baca ijab kabul itu lagi. Di depan anak-anak kita. Di depan dunia. Biar semua tahu, kamu itu bukan sekadar istriku, tapi takdir yang aku perjuangkan.”

Pak Mahmud tersenyum. “Alhamdulillah…”

Zamara menutup wajahnya dengan satu tangan, berusaha menahan haru. Tapi bibirnya tersenyum. Ia mencubit pelan lengan suaminya.

“Kalau gitu, jangan romantis doang. Nanti sore kamu lamar aku lagi, ya.”

Yassir tertawa. “Siap. Tapi aku minta cincin emas hitam, karena hatiku udah kamu segel permanen.”

Tiba-tiba Thaimur, Zhamir, dan Miera masuk dengan suara gaduh.

“Abi, Ummi! Kami bawa teh tarik dari kantin bawah!” seru Miera.

Gilang menutup pintu di belakang mereka sambil tertawa. “Duh, telat lima menit. Tadi hampir nangis tuh Ummi sama Abi.”

Pak Mahmud berdiri dan mengelus kepala ketiga anak itu.

“Nanti sore, kalian jadi saksi nikah ulang Ummi dan Abi kalian, ya,” ujarnya.

“Serius? Nikah ulang? Ih, kayak drama Korea!” seru Miera.

Thaimur nyengir. “Asal jangan nikah di balkon rumah sakit aja, malu banget.”

Zhamir mendongak. “Tapi aku mau duduk di depan. Soalnya aku yang dulu paling nyebelin ke Abi.”

Semua tertawa. Dan pagi itu, di antara aroma obat dan cahaya matahari yang hangat, cinta mereka bersemi kembali.

Bukan dari awal, tapi dari kedalaman yang sudah ditempa waktu, doa, dan air mata.

1
SuSy QuSy
ada lanjutanx gak thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum tau kapan tapi rencananya tetap ada.

bisa mampir baca novel aku yang lain judulnya Air Mata Duka Dimalam Pertama.
total 1 replies
Nur Samsiah siregar
sangat bagus
Isma Isma
kok cepat amat tamat
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: gagal mendapatkan cuan kakak 🙏🏻😢😥😭
total 1 replies
Isma Isma
miera mau punya adikk 🥰🥰🥰🥰🥰
Abel Incess
loh kok tamat???
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: maafkan aku kakak 🙏🏻 karena novel aku gagal dapat cuan makannya aku tamatkan cepat-cepat.

silahkan mampir baca novel terbaru aku judulnya Air Mata Duka Dimalam Pertama alurnya berbeda dari novel aku yang lain 🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Nur Samsiah siregar
kak update dong kak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok lagi kakak
total 1 replies
Dede Azwa
mf baru comen🤭kak othor cerita ny bagus.. apalagi sekarang lanjut ke cerita anak" ny..mantapp,,, semangat kak othor up ny di bayakin LG🤭😁🥰🥰💪💪
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak, bisa mampir baca novel baru aku judulnya Air Mata Duka Dimalam Pertama.
total 1 replies
Isma Isma
semakin kesini mkin bgus alur cerita 💪💪💪
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca dong kakak mungkin berkenan baca novel baru aku judulnya Air Mata Duka Dimalam Pertama alurnya berbeda dengan novel aku yang lain.
total 2 replies
Abel Incess
wooow tanda" calon jodoh
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel baru aku dong kak judulnya Air Mata Duka Dimalam Pertama
total 2 replies
Abel Incess
terharu nya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: asalkan jangan nangis kak 🤭
total 1 replies
Abel Incess
full mengandung bawang 😭😭😭
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
Alhamdulillah akhirnya zamara pulang buat menyelamatkan ustadz yasir,lanjutkan Thor tpi jangan bikin ustadz yasir amnesia ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!