Mengangkat derajat seseorang, dan menjadikanya suami, tidak menjamin Bunga akan di hargai.
Rangga, suami dari Bunga, merupakan anak dari sopir, yang bekerja di rumah orang tua angkatnya.
Dan kini, setelah hubungan rumah tangga mereka memasuki tujuh tahun, Rangga memutuskan untuk menceraikan Bunga, dengan alasan rindu akan tangisan seorang anak.
Tak hanya itu, tepat satu bulan, perceraian itu terjadi. Bunga mulai di teror dengan fitnat-fitnah kejam di balik alasan kenapa dia di ceraikan ...
Bagi kalian yang penasaran, yuk, ikuti kisah Bunga dan Rangga ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertamu
Di rumah sederhana, yang hanya berdindingkan papan serta beralaskan tanah. Suasana duka masih sangat terasa.
Vivi dan Andrian, kembali mengunjungi rumah duka setelah tiga hari kepergian Reni.
Hari ini, padahal sudah seharusnya mereka kembali ke kota asalnya. Akan tetapi, Vivi keukeh ingin mengunjungi rumah almarhumah Reni lagi.
Dia merasakan, ada sesuatu yang membuatnya harus kembali kesana.
Dan benar saja, keluarga Reni menolak kehadiran Bunga. Dia dinilai sebagai anak pembawa sial.
Karena kehadiran atau melahirkan Bunga lah, Reni meninggal dunia.
Padahal, sebelum-sebelumnya saat melahirkan ke tiga anak-anak yang lain, Reni tidak mengalami masalah kesehatan sedikit pun.
Bahkan, mereka semua mengusulkan suami Reni untuk menitipkannya di panti asuhan.
Tentu saja suami Reni yang semula menolak persepsi mereka mulai goyah. Dia mulai membenarkan apa yang keluarga Reni katakan.
Mendengar itu, Vivi menyela, dia meminta izin untuk merawat Bunga. Menjadikan Bunga sebagai anaknya.
Karena semua keluarga dan kerabat Reni tahu siapa Vivi. Mereka langsung menyetujui hal itu. Akan tetapi mereka mengajukan syarat, yang membuat siapapun terkejut.
"Untuk mengantikan anak ku yang telah tiada, kami minta tebusan senilai satu miliyar," ungkap ibu Reni.
Andrian, yang melihat tatapan memohon dari Vivi langsung menyetujuinya.
Akan tetapi, dia harus membuat persyaratan terlebih dahulu. Untuk tidak pernah mengusik ataupun mengambil Bunga lagi, suatu saat nanti.
Andrian juga menambahkan, jika ayah Bunga bersedia mengakui Bunga sebagai anak kandungnya sendiri, serta mau menjadi wali nikah Bunga, suatu hari nanti.
Tak butuh waktu lama, seseorang atas perintah Andrian, datang dengan membawakan surat-surat yang Andrian perlukan. Disana, tercatat beberapa poin penting. Serta jumlah uang yang di keluarkan Andrian untuk mengadopsi Bunga.
Andrian juga mengumpulkan beberapa perangkat serta ketua rt serta rw setempat, sebagai saksi dari kedua belah pihak.
"Uang satu miliyar ada di koper ini, kalo gak percaya, silahkan kalian hitung," perintah Andrian.
Ibu dari almarhum Reni, mengambil koper yang berisi uang. Dia langsung mengeluarkan uang yang telah tersusun rapi, untuk di hitung bersama keluarganya.
"Ingat ya pak, jika kamu masih hidup, kamu hanya datang padaku, saat aku memanggilmu sebagai wali, di pernikahannya. Dan foto copy ktp mu akan aku simpan, untuk selamanya," tutur Andrian lagi, setelah menyimpan semua berkas-berkas.
Tak lupa, Andrian, juga memfoto mereka semua, sebagai bukti, jika suatu saat di perlukan.
Flashback off ...
"Siapa lelaki yang beruntung itu?" tanya Andrian penasaran.
Bagaimana tidak, selama ini Bunga tak pernah sekalipun menunjukkan jika ia dekat, ataupun suka dengan lawan jenis.
Dan baik Vivi maupun Andrian sudah berulang kali, mencoba memperkenalkan Bunga dengan beberapa kolega ataupun rekan bisnis.
Akan tetapi, Bunga selalu menolak, dia beralasan tidak ingin menikah karena takut bertemu orang tua yang telah membuangnya.
Iya, Bunga tahu, jika ia anak angkat. Karena saat umur enam belas tahun. Vivi dan Andrian mengatakan hal yang sejujur-jujurnya.
Karena mereka, tidak mau Bunga tahu dari orang lain. Itulah, yang menjadi pertimbangan keduanya.
"Rangga pa, Rangga Pradipta ..." sahut Bunga dengan lirih.
Andrian dan Vivi saling pandang. Mereka mengenal pemuda itu. Pemuda yang sejak beberapa tahun lalu, sering ke rumahnya untuk sekedar menjadi pengganti pak Surya, atau ayahnya Rangga, yang berprofesi sebagai sopir keluarga.
"Kalian keberatan?" tanya Bunga, karena baik Andrian atau Vivi sama-sama tidak memberi tanggapan.
"Tentu saja tidak, tapi bagaimana bisa? Rangga hanya seorang sopir," tanya Andrian.
"Ma, pa ..." Bunga menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tak percaya.
"Tapi, kami hanya ingin yang terbaik untukmu Bunga. Kamu seorang sekretaris di perusahaan papa. Apa gak terlalu jomblang?" tanya Vivi hati-hati.
Ia tidak ingin menyakiti hati anaknya.
"Tapi aku jadi sekertaris, juga gara-gara kalian kan? Andai kalian tidak mengambil ku, mungkin aku udah gak ada di dunia ini," ungkap Bunga.
"Baiklah, suruh Rangga menghadap papa," putus Andrian.
...****************...
Seminggu telah berlalu, malam ini Rangga bersama kedua orang tuanya, datang ke rumah Andrian.
Mereka sepakat akan membicarakan tentang rencana pernikahan yang berlangsung.
Setelah makan malam selesai. Kini, dua keluarga sedang berada di ruang tamu, dengan aneka suguhan yang telah di hidangkan oleh art.
"Jadi, apa yang bisa kamu berikan untuk Bunga?" tanya Andrian membuka suara.
"A-aku akan berusaha memberikan segalanya, untuknya," sahut Rangga mantap.
Andrian menyipitkan matanya, kala mendengar jawaban Rangga.
"Terus, apa alasannya, aku harus merestui kalian?" tanya Andrian lagi.
Vivi melototi Andrian yang berada tepat di sampingnya. Dia gak mau, jika Rangga ataupun kedua orang tuanya, merasa tak nyaman.
"Karena kami saling mencintai, dan aku yakin bisa membahagiakan Bunga," ungkap Rangga seraya menggenggam tangan Bunga.
Andrian menatap Rangga dan Bunga secara bergantian.
Entah kenapa, dia masih kurang sreg dengan Rangga. Namun, tatapan penuh harap dari Bunga merubah penilaiannya.
Toh ini pilihan Bunga, dan sudah pasti Bunga tahu mana yang terbaik untuk hidupnya.
Akhirnya kedua keluarga sepakat jika acara pernikahan mereka akan berlangsung dalam kurung waktu tiga bulan dari sekarang.
Dan itu waktu yang cukup, untuk Andrian menemui orang tua kandung Bunga untuk memberitahu kan, kabar bahagia itu.
Seminggu kemudian, setelah informasi yang diinginkannya di dapatkan. Andrian mengambil cuti dari perusahaannya. Dia dan Vivi berencana ingin menemui orang tua ataupun keluarga Bunga.
Dan bagaimana dengan Bunga sendiri? Tentu saja, gadis itu menolak. Dia belum siap, belum siap melihat wajah orang-orang yang hendak membuangnya dulu.
Butuh waktu beberapa jam, setelah pesawat mereka mendarat. Akhirnya, Andrian dan Vivi tiba di rumah Bambang, atu orang tua Bunga.
Begitu Bambang, bertatap muka dengan Andrian dan Vivi. Dia langsung bisa mengenali mereka.
Selain wajah mereka tak banyak berubah. Selama ini, Bambang juga merasa di hantui oleh rasa bersalah, semenjak anak bungsunya di bawa pergi.
"Kalian kemari? Di-dimana Bunga? Apa, dia ada di luar?" Bambang celingukan.
Rindu, kata yang tak pantas di ucapkan.
Namun, itulah kebenarannya. Dia sungguh teramat rindu dengan anak yang bahkan tidak pernah tahu bagaimana rupanya.
"Bunga tidak ikut pak, kami kesini hanya ingin memintamu untuk memenuhi tanggung-jawab terakhirmu," Andrian menjeda ucapannya.
"Dia mau menikah? Putriku sudah dewasa?" tanya lelaki yang mungkin umurnya sudah mendekati kepala tujuh.
"Nanti, saat mendekati hari h tiba. Akan ada orang yang menjemput anda, dan keluarga anda," tambah Vivi.
"Bisa aku lihat, wajah adikku?" tanya anak pertama Bambang.
Andrian dan Vivi saling pandang.
"Maafkan kami, tapi Bunga melarang kami memperlihatkannya. Biar nanti, kalian lihat sendiri ya," balas Vivi lembut.
Lelaki yang udah mempunyai dua orang anak itu, tersenyum getir.
Sesungguhnya dia pernah merantau ke beberapa kota, berharap bisa bertemu Andrian ataupun Vivi. Tapi, usahanya gagal. Tak pernah membuahkan hasil apapun. Apalagi, dia tidak mempunyai informasi apapun selain nama depan Andrian saja.
Bahkan, nama Vivi saja, tidak tercantum dalam surat yang pernah di tanda tangani oleh ayahnya beberapa tahun lalu.
pasti papa andrian udh menilai dari sikap dan tutur bahasanya si rangga kurang
semoga bahagia buat Arlan sama bunga,,,
semoga Cpet² dikasih momongan ya, biar PD mingkem tuh para org² julidnya,,, 🙏🙏🙏🤭
𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒎𝒂𝒘𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒌𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒎, 𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒋𝒆𝒋𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒖𝒋𝒖 𝒑𝒖𝒏𝒄𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒋𝒂𝒕𝒊.✿⚈‿‿⚈✿