NovelToon NovelToon
Terperangkap Dimensi Lain

Terperangkap Dimensi Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Akademi Sihir / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:483
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Elara dan teman-temannya terlempar ke dimensi lain, dimana mereka memiliki perjanjian yang tidak bisa di tolak karena mereka akan otomatis ke tarik oleh ikatan perjanjian itu itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Malam itu langit di atas Noctyra tampak berat dan kelam, seolah bulan pun enggan menampakkan sinarnya. Udara menusuk, membawa aroma lembap dari hutan dan kabut tipis yang menggantung di atas danau terlarang.

Elara berdiri dengan tangan di pinggang, wajahnya terlihat yakin meski sorot matanya menyimpan kegelisahan. Di sampingnya Mira tampak gugup, sedangkan Dorion hanya menghela napas panjang, tangannya terlipat di dada.

“Apa yakin kita akan ke sana?” tanya Dorion pelan, nada suaranya terdengar lebih sebagai peringatan daripada pertanyaan.

“Ya,” jawab Elara mantap, menatap gerbang batu tua di depan mereka yang dipenuhi simbol merah gelap. “Kita akan ke sana. Biar aku bisa cepat kembali ke dunia asalku.”

Dorion menaikkan alis. “Kamu gak betah di sini?”

Elara melirik sinis tanpa ragu. “Gak. Malas ketemu lo terus.”

Dorion mengangkat bahu santai. “Kasar banget, padahal gue nemenin lo.”

Tepat saat mereka hendak melangkah melewati gerbang yang retak itu, dua sosok muncul tiba-tiba dari kegelapan. Angin berputar keras, lalu sekejap rantai energi berwarna ungu gelap melilit tubuh mereka bertiga.

“Mau ke mana kalian?” suara Lysandra tajam, matanya bersinar merah menyala.

“Pengganggu,” gumam Elara kesal.

Lysandra mendengus, wajahnya menegang. “Apa kamu bilang?”

Brian melangkah dari balik bayangan pohon, wajahnya malas tapi dingin. “Kalian mau buat masalah, hah?”

Elara membalas tatapan Brian dengan ekspresi datar. “Kalian lagi ngapain di sini? Nunggu bulan jatuh?”

Dorion cepat-cepat menengahi. “Mereka sedang patroli.”

“Kenapa gak bilang kalau ada ronda malam?” ucap Elara sambil menendang kaki Dorion pelan.

“Gak nanya,” jawab Dorion santai, menahan tawa.

“Kalian berdua…” desis Brian, matanya menyipit. Ia menyalurkan sedikit energinya, rantai itu mengencang membuat Elara sedikit meringis.

Tapi sebelum sempat Lysandra menambah tekanan, Mira tiba-tiba berhenti menatap ke arah danau. Matanya membesar.

“Ada apa?” tanya Elara, menyadari perubahan ekspresinya.

Mira hanya menggeleng pelan. “Tidak… tapi aku merasa… ada yang aneh.”

Lalu terdengar suara itu.

Sebuah gema rendah dan serak menyelinap di udara , seperti bisikan dari bawah air, menyebut kata-kata yang tidak bisa dimengerti.

Lysandra dan Brian reflek melepaskan sihir mereka. Aura di sekitar mulai bergetar, dedaunan di sekeliling menari tanpa angin.

Elara langsung melangkah maju, mendekati tepi danau yang memantulkan langit hitam di atasnya. “Heh, Pak tua, aku tahu ya, kamu nguping!” serunya seperti orang gila, mencoba menepis rasa takutnya dengan sarkasme.

“Kamu gila,” gumam Lysandra, menatap Elara dengan jijik tapi juga cemas.

“Diam. Dengar,” ucap Mira cepat.

Suara itu muncul lagi, lebih keras, seperti dari kedalaman.

“Kalian… bodoh…”

Semua menegang.

“Siapa yang berbicara?” tanya Dorion dengan nada siaga, matanya menajam menelusuri kegelapan air.

Brian melangkah maju, menatap permukaan danau yang terlihat terlalu tenang. Ia mengangkat tangannya perlahan, mengalirkan energi iblis ke ujung jarinya. Cahaya merah kehitaman menjalar, lalu menyentuh air.

Air itu bergerak. Tidak seperti gelombang, tapi seperti sedang bernapas.

“Berhenti, Brian!” seru Elara, spontan menarik tangannya.

Tapi sentuhan itu justru menjadi pemicu. Permukaan air bergetar keras dan dalam hitungan detik, seolah danau itu hidup, airnya melonjak membentuk pusaran hitam pekat.

Angin memutar, suara jeritan terdengar samar di antara desis air.

“Elara, lepaskan!” teriak Brian, tapi genggaman mereka terlanjur rapat.

Kilatan cahaya ungu muncul di antara tangan mereka, lalu..

Byuuuurrrrr!!!

Air berputar semakin cepat. Suara gemuruh seperti ribuan bisikan memenuhi udara, membuat tanah di sekitar danau bergetar. Elara berusaha menahan diri, tapi tarikan pusaran itu terlalu kuat.

“Brian, hentikan sihirmu!” teriak Dorion sambil mencoba menarik mereka berdua.

“Aku sudah berhenti!” bentak Brian, tapi pusaran itu tidak berhenti justru makin menggila.

“Elara!” Mira berlari mendekat, memegangi tangan Elara sekuat mungkin. Lysandra ikut membantu, wajahnya panik walau berusaha tetap tenang.

“Pegangan, Mira! Jangan lepasin tanganku!” teriak Elara.

“Tangannya licin!” seru Mira hampir menangis.

Dorion mencoba menarik mereka satu per satu dengan sihir bayangan, tapi cahaya ungu dari pusaran itu menyambar tubuhnya juga.

“Dorion, jangan!” teriak Lysandra.

“Kalau aku gak ikut, kalian bisa hilang semua!” balas Dorion.

Satu cahaya besar menyala dari dasar danau dan dalam sekejap, semuanya tertelan dalam gelap.

Byuuurrrrrrr!

Semua lenyap.

Tidak ada suara, tidak ada air.

Hanya keheningan yang memekakkan.

Ketika Elara membuka matanya, napasnya berat. Tubuhnya basah kuyup, tapi entah kenapa dia masih bisa bernapas. Di sekelilingnya, air berwarna biru keunguan memantulkan cahaya lembut. Mereka seolah berada di dalam air, tapi bisa berdiri di atas permukaannya.

“Dimana… ini?” bisik Mira, matanya berkeliling penuh kagum dan takut.

“Kayak aquarium raksasa,” gumam Elara, mencoba menahan diri untuk tidak panik.

“Ini bukan aquarium, bodoh,” ucap Brian datar. “Ini dunia antara tempat roh klan iblis disegel.”

“Dunia roh?” tanya Lysandra pelan, matanya bergetar. “Berarti legenda itu benar…”

Dorion menatap ke langit yang aneh di atas mereka seolah air itu punya langit sendiri, berkilauan dengan simbol-simbol kuno.

“Gak seharusnya kita bisa ke sini,” gumamnya. “Tempat ini cuma bisa diakses oleh darah murni klan iblis.”

“Berarti kalian bertiga bisa,” ucap Elara cepat. “Tapi kenapa aku dan Mira juga ikut?”

Brian menatap Elara lama. “Mungkin karena kamu selalu bikin masalah.”

“Heh, kalau aku gak narik tanganmu tadi, kamu udah jadi ikan paus sekarang,” balas Elara ketus.

Dorion nyaris tertawa, tapi cepat kembali serius. “Berhenti bercanda, kalian berdua. Ada sesuatu yang datang.”

Cahaya dari bawah permukaan air tiba-tiba berdenyut. Bentuk samar menyerupai bayangan manusia muncul berjumlah tiga, berjalan perlahan ke arah mereka.

Mira menggenggam tangan Elara erat-erat. “El… apa itu?”

Elara menelan ludah, matanya menajam. “Entah roh jahat, entah kenalan lama kalian.”

Salah satu bayangan itu berbicara dengan suara bergema, dalam dan dingin:

“Keturunan darah iblis… dan manusia yang tidak seharusnya ada di sini… kalian sudah membuka segel yang terlupakan.”

Semua terdiam. Bahkan Brian yang biasanya angkuh pun tampak tegang.

Lysandra maju satu langkah, suaranya nyaris bergetar. “Kami tidak bermaksud masuk ke sini… siapa kalian?”

“Kami adalah penjaga… roh leluhur Noctyra. Dan kalian… telah memecahkan keseimbangan.”

Kepala Elara berdenyut. Suara itu seperti menggema di dalam pikirannya sendiri.

“Kalau mereka penjaga, berarti kita bisa jelasin dan keluar dari sini kan?” ucapnya cepat.

Dorion meliriknya. “El, mereka bukan penjaga biasa. Mereka bisa menentukan siapa yang hidup atau mati di tempat ini.”

Elara mendengus pelan, menatap para roh dengan keberanian setengah nekat.

“Ya ampun… selalu aja berakhir di antara hidup dan mati.”

Salah satu roh menatapnya langsung, suaranya menggetarkan seluruh ruangan air itu:

“Kau… yang membawa cahaya terlarang. Kau yang membuka gerbang ini.”

Elara tertegun. “Aku?”

“Ya. Energi di tubuhmu tidak berasal dari dunia ini.”

Dorion, Mira, dan bahkan Brian menatap Elara bersamaan.

Elara hanya bisa berbisik, “Apa maksud mereka…”

Roh itu mendekat sedikit , auranya seperti kabut hitam bercampur cahaya ungu.

“Seseorang menanamkan kekuatan yang bukan milikmu… dan itu sebabnya keseimbangan terpecah.”

Elara menatap mereka tanpa berkedip.

“Jadi… gara-gara itu semua ini terjadi?”

“Bukan hanya itu. Jika segel ini hancur… maka dunia iblis dan manusia akan bersatu kembali tapi bukan dengan cara yang kalian bayangkan.”

Suasana menjadi semakin berat, air di sekitar mulai bergetar seperti akan runtuh.

Brian menggertakkan gigi. “Kita harus keluar sebelum roh ini menelan kita semua.”

Dorion mengangguk cepat. “Aku bisa buka portal kecil, tapi butuh waktu beberapa detik.”

“Cepat lakukan!” seru Lysandra.

Sementara Dorion mulai menyalurkan sihirnya, Elara menatap bayangan roh itu sekali lagi. Entah kenapa… dia merasa seperti pernah mendengar suara itu di dalam mimpinya, saat pertama kali dia tiba di dunia ini.

“Elara Sheraphine…” panggil roh itu pelan. “Kau harus menemukan asal kekuatanmu, sebelum semua ini benar-benar runtuh…”

Cahaya biru menyilaukan.

Portal Dorion terbuka, menyedot mereka semua ke dalamnya.

Dan dalam sekejap, semuanya lenyap.

Kembali ke gelap.

1
Flynn
Ngakak!
Melanie
Romantis banget!
Android 17
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!