Salah Kamar

Dia Ronal. Anak pertama Indira dan Gleen serta kakak dari Sky.

Wajahnya tampan, tidak kalah dari adiknya. Membuat banyak wanita bertekuk lutut di hadapannya. Termasuk Sonya, yang kala itu memang sudah memiliki niat lain pada Ronal.

Jika bukan karena Ronal telah banyak mengenal wanita dan tahu sifat mereka, mungkin pria ini juga akan jadi korban Sonya. Beruntung Ronal lebih pintar dari Sonya, sehingga bukan dia yang dimanfaatkan tapi kebalikannya.

Meski dengan Sonya hanya untuk bermain-main. Ronal tetap merasa bersalah pada Sky. Apalagi mereka sampai tidak bertegur sapa dalam waktu sangat lama. Baru akhir-akhir ini saja mereka mulai kembali dekat.

Dan untuk membayar rasa bersalahnya, hari ini Ronal datang ke pernikahan Sky. Pernikahan yang tidak pernah Sky inginkan sama sekali. Jadi kedatangannya hanya untuk satu tujuan.

Menggagalkan pernikahan adiknya.

"Ronal, apa yang kamu lakukan? Jangan mengacaukan pernikahan anakku." Sania bergegas mendekati Ronal, wajahnya menyiratkan kemarahan mendalam.

"Tentu saja mengajak adikku pergi dari sini. Aku memang sengaja datang untuk mengacaukan, Tante Sania." jawab Ronal tidak ada takutnya sama sekali.

Wajah Sania mengeram marah. Mencekal tangan Ronal yang berjalan mendekati Sky juga Indira.

"Lepaskan tanganku!" Dihempaskan tangan Sania tanpa ada rasa hormat lagi pada wanita ini. "Aku sudah tahu kebohongan tante dan anak kesayangan itu. Kalian telah membohongi kami." sentak Ronal menunjukkan tatapan permusuhan.

Wajah Sania mendadak pucat. "Apa maksud mu, Ronal? Tante tidak paham." ujar Sania dengan suara bergetar.

"Ronal, ada apa ini? Kamu darimana saja? Tiba-tiba datang menghentikan pernikahan Sky." tanya Gleen membuat Ronal bergegas menghampiri orang tuanya.

"Papa, mama, pernikahan Sky dan Lilia tidak bisa dilakukan. Tante Sania membohongi kita, terutama Sky." jawab Ronal membuat Sky segera turun mendekati Ronal.

"Apa maksud mu? Ibu membohongi apa?" Sky jelas bingung dengan apa yang Ronal bicarakan.

Ronal menatap Lilia yang masih mematung di atas sana. Semua orang juga ikut menatap wanita itu seakan curiga Ronal akan mengatakan sesuatu tentang calon pengantin ini.

"Lilia, dia tidak bisu. Dia hanya berpura-pura bisu agar dikasihani oleh orang lain." ungkap Ronal membuat beberapa berisik-bisik membicarakan mereka.

Ronal naik ke atas, menatap Lilia dengan senyum mencurigakan. "Ayo turun, sapa semua orang dibawah sana." Ronal mencekal tangan wanita ini lalu menariknya turun ke bawah.

"Ronal, lepaskan Lilia. Kamu jangan asal menuduh dia ya." Sania bergegas menarik Lilia supaya ada di dekatnya. "Tante tahu kamu tidak setuju Sky menikah dengan Lilia. Tapi sangat tidak etis kamu menghentikan pernikahan mereka sampai mengatakan Lilia bisa bicara."

"Mana ada wanita bisu bisa memesan makanan tengah malam dengan bicara pada pelayan? Mana ada wanita bisu memaki orang dengan lancar?" sahut Ronal lalu mengangkat ponselnya cukup tinggi agar semua bisa melihatnya.

"Kalian lihat sendiri, bagaimana wanita ini bisa bicara dengan lancar. Tidak ada tanda kebisuan dalam video ini karena suaranya cukup lantang."

Memang terdengar jelas bagaimana Lilia memesan makanan pada pelayan. Juga terlihat dirinya marah dengan pelayan yang lama membawakan pesanannya.

"Itu tidak benar, itu bukan Lilia." ujar Sania tidak mengakui.

"Bukti sudah di depan mata, masih tidak mengaku ya." kata Ronal menggelengkan kepala. "Ah tapi itu tidak terlalu penting. Karena aku masih memiliki informasi lain tentang Lilia. Aku yakin jika Sky tahu hal ini, dia pasti tidak akan mau menikahi Lilia. Apak kalian mau dengar?"

Sky menatap Ronal bingung. Apa yang sebenarnya kakaknya rencanakan? Jika hanya ingin menggagalkan pernikahannya kenapa harus serepot ini membuat keributan. Padahal bisa menggunakan cara lain yang lebih simpel dan cepat. Menculik dirinya, misalnya.

"Jangan bicara sembarangan Ronal. Kamu pasti iri melihat Sky bahagia. Jadi menggunakan cara licik seperti ini untuk menghancurkan rencana pernikahan Sky dan Lilia." Tuduh Sania membuat Sky tertawa.

"Iri? Untuk apa aku iri dengan Sky? Aku rasa Sky juga tidak bahagia dengan pernikahan ini. Malah aku kasihan pada adikku karena dibohongi oleh ibu kandungnya sendiri." balas Ronal membuat mereka yang mendengarnya semakin bingung.

"Ronal, apa yang sebenarnya ingin kamu katakan? Cepat katakan saja, jangan membuat papa semakin bingung dan tidak sabar." Gleen segera meminta Ronal mengatakannya. Hatinya mendadak senang jika apa yang dikatakan Ronal benar adanya.

"Saat Tante Sania meminta Sky menikahi Lilia, wanita itu sedang hamil, pa. Dan selama ini dia menutupi kehamilan dengan sangat sempurna."

"APA?" Indira, Gleen dan Sky terkejut bersama.

"Kamu tidak mengada-ngada kan, Ronal?" tanya Sky menepuk pundak kakaknya.

"Tidak, itu bohong. Lilia tidak hamil, kamu jangan asal bicara Ronal." Wajah Sania terlihat lebih panik dari tadi. Dia dan Lilia saling bergandeng tangan seakan menguatkan satu sama lain.

"Apa yang bohong? Tante kira aku bicara tanpa bukti? Aku tidak pernah asal bicara, tante. Semua yang aku katakan jelas ada buktinya." ucap Ronal merasa senang bisa membongkar kebusukan mereka.

PROKK PROKK PROKK

Ronal menepuk tangannya, lalu terlihat seorang dokter masuk bersama beberapa orang bodyguard.

"Tante Sania dan Lilia pasti mengenali dokter itu." ujar Ronal dengan santai.

Lilia menggoyangkan lengan Sania. "Bu, kita ketahuan?" bisiknya pelan.

"Diamlah dulu, kenapa kamu malah bicara?" ujar Sania menyadari Sky dan lainnya memperhatikan keduanya.

"Ah ternyata benar kamu bisa bicara. Kenapa harus berpura-pura bisu dan membohongi ku?" Sky tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang telah dibodohi oleh dua orang ini.

"Kak, bukan begitu. Aku terpaksa melakukannya, tapi aku benar jatuh cinta padamu." jawab Lilia berusaha merai tangan Sky namun dengan cepat ditepis oleh Ronal.

"Jangan sentuh adikku dengan tangan kotor mu itu."

"Kamu kenapa ikut campur sekali sih? Kenapa harus mengacaukan pernikahan ku hah?" Kini terdengar jelas suara Lilia secara langsung. Bahkan terlihat pula bagaimana sikap aslinya.

"Kamu sudah hamil anak pria lain tapi mau Sky yang menikahimu? Mimpi saja."

"Jangan memfitnah ku, aku tidak hamil anak siapapun." jawab Lilia dengan yakin.

"Biar dokter ini yang bicara, kamu hamil atau tidak." kata Ronal meninggikan suaranya kembali. Memang Lilia ini senang memancing emosi.

"Tidak, aku tidak hamil. Lebih baik suruh dokter itu pergi. Ini pasti akal-akalanmu saja karena tidak mau Sky menikahi ku."

"Bicara, katakan yang sejujurnya tentang dia. Atau aku akan membuatmu kehilangan pekerjaan." Ancam Ronal pada dokter yang baru saja tiba. Wajah dokter tersebut sudah keringat dingin dibuat Ronal.

"Iya dokter, bicara saja. Apa benar Lilia hamil? Kami butuh kebenarannya." pinta Indira tidak sabar.

Dokter itu melirik ke arah Sania, seakan takut dengan tatapan wanita itu. Tapi saat melihat wajah Ronal, dia lebih kali takutnya. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain, dia harus bicara yang sebenarnya.

"Iya, dia Lilia adalah pasien ku sejak beberapa bulan lalu. Dia hamil anak kekasihnya. Sekarang usia kehamilannya mungkin sudah 5 bulan."

PLAKKKKKKK

"Ahh sakit tantee... "

Indira menampar dengan keras wajah Lilia. "Murahan... " hardiknya marah.

"Indira, apa-apaan kamu? Berani menampar anakku." ujar Sania tidak terima atas perlakuan Indira.

PLAKKKKKK

"Ahhh... "

Ganti Indira menampar wajah Sania. "Jangankan menampar putrimu, menamparmu saja aku berani. Tega kamu berbuat seperti ini pada Sky? Aku sudah sangat sabar padamu, ya. Kini kesabaranku sudah habis. Pernikahan Sky dan Lilia dibatalkan."

Sky, pria itu mundur beberapa langkah menjauhi ibunya. Ini benar-benar keterlaluan, ibunya tega mengorbankan dirinya.

"Sky, aku telah menempati janjiku. Kamu tidak akan menikah dengan Lilia."

Wajah Ronal tampak bahagia karena bisa menepati janjinya.

"Sky, kejarlah wanitamu. Dia mungkin sudah akan pergi. Cepatlah ke bandara sebelum terlambat."