Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.
Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.
Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.
Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Dijebak Godaan
“Miya, bisa gak itumu jangan dibusungkan?” pinta Edo sambari merem-melek. Sekuat tenaga membuang muka tapi tak bisa, seolah milik Miya itu ada tarik magnet yang menarik paksa matanya.
Miya menyunggingkan senyum. “Kak Pangeran jangan malu-malu gitu. Ayo pegang, mumpung aku lagi baik nih.”
Miya semakin bertingkah. Dia membuka dua kancing bajunya yang masih memakai seragam. Membuat Edo reflek mengangkat dua tangannya, seperti menepis pandangan dari benda silau.
“Miya … tingkahmu udah kelewat batas. Tutup kancingnya, cepat!” bentak Edo.
Miya membuang mata jengah. “Padahal cuma buka sedikit udah heboh sendiri!” racaunya.
Miya mulai jengkel. Dia berharap Edo akan terpancing lalu rencana keduanya menaklukkan Edo ini bisa cepat selesai. Namun ternyata, sang cowok sasaran malah bertingkah sulit ditaklukan.
Edo memang sengaja bertingkah sok seperti itu. Padahal aslinya, dia sangat tergoda dan ingin sekali memegang serta merasakan sensasi kenyalnya lagi. Hanya saja, sisi lain jiwanya sedang takut hebat. Dia takut hatinya malah bergeser dari Putri ke Miya.
Jujur, Edo mengakui kalau Miya itu lebih cantik dibandingkan Putri. Bahkan dari bentuk badan pun, Putri ketinggalan jauh.
Putri memiliki bentuk badan yang standar. Sedangkan Miya memiliki bentuk badan dengan lekukan yang dijamin membuat semua cowok langsung jatuh hati.
Tak tahan dengan tingkah Edo yang terus bertingkah sok jual mahal, Miya mengambil tindakan cepat dengan meraih dua tangan cowok itu lalu menempelkan paksa ke kedua gunung miliknya.
“Aarggh!” gumam Edo dengan air muka ketakutan, tapi perlahan berubah jadi terbuai.
“Gimana. Enak, kan, Kak?”
“Iya. Eh bentar… ini gak benar. Aku harus pergi!”
Edo terus berusaha menolak dan beranjak, tapi tubuhnya seakan menolak keras. Dua tangannya juga tetap di tempat. Malah sekarang mulai meraba-raba pelan.
“Ini, kenyal,” racau Edo.
Dia terus meraba-raba, lalu tidak lupa melakukan cengkraman pelan. Miya tak kuasa bergumam nikmat.
“Hmm … argh!”
Gara-gara Miya bersuara seperti itu, gairah Edo jadi ikut terpacu. Bayangan kesetiaan kepada Putri pun seolah-olah seperti dimatikan sejenak.
Yang terjadi sekarang adalah Edo telah dikendalikan penuh oleh nfsunya yang semakin membuncah.
“Hmm … Kak Pangeran ahli sekali!” desis Miya yang semakin menikmati sentuhan laki-laki tampan di depannya.
“Kenapa aku gak bisa berhenti?” Edo bingung sendiri.
Beberapa saat setelahnya, Miya lalu mengatakan sesuatu yang cukup mengagetkan Edo.
“Kak Pangeran, aku gak bilang ini gratis, ya. Sebagai bayarannya, Kakak harus jadi pacarku,” ucap Miya dengan nada yang masih keenakan.
Ucapan Miya itu lantas seketika membuat Edo bisa mengendalikan dirinya lagi. Cepat-cepat tangannya ditarik, serta menggeserkan badan sedikit jauh.
“Gak mau!” tegas Edo.
Miya berubah ekspresi menjadi kecewa. “Kaka sudah pegang-pegang puas. Harus jadi pacarku. Gak mau tahu!”
“Nggak mau. Kamu yang sengaja bikin aku khilaf!” kilah Edo.
“Bodo amat. Pokoknya aku minta tanggung jawab. Kalau gak mau, aku bilangin ke bapak kalau Kak Pangeran udah berbuat tidak sopan ke aku. Biar Kaka diusir dari rumah!”
Pada akhirnya, Edo pun tersadar. Ternyata ini semua adalah rencana licik Miya. Miya pintar memanfaatkan kelemahan pria untuk dijadikan bahan ancaman.
Edo mengusap kasar wajahnya sendiri. Merasa telah dijebak.
“Ya Sudah. Aduin saja perbuatanku tadi ke bapak. Besok aku akan langsung pergi.”
Edo bangkit dari kursinya lalu melangkah pergi. Tidak peduli dengan ancaman Miya itu.
Miya malah jadi kaget tidak percaya. Edo malah ikhlas dan akan pergi besok? Ini di luar dugaannya. Dia pikir Edo akan memohon-mohon untuk tidak dilaporkan karena sedang butuh uang, sehingga bersedia jadi pacarnya.
Sekarang, Miya lah yang justru merasa kalah. Karena sebenarnya, dia tidak mau Edo pergi dari rumahnya. Dia benar-benar ingin hidup bersama cowok itu.
“Kak Pangeran jangan pergi. Maafin aku. Aku yang salah!” panggil Miya yang bangkit dari kursinya. Tatapannya mulai berkaca-kaca.
Edo tidak mempedulikan panggilan Miya. Kakinya terus melangkah lurus.
Namun, saat Miya akan menyusul pergi, Dia tidak sengaja melihat ada sebuah HP tergeletak di atas kursi, tepat di tempat Edo tadi duduk. Sepertinya itu HP Edo yang jatuh.
“Ini kan HP Kak Pangeran,” ucapnya.
Miya lalu memungut HP itu. Diam-diam, dia membuka isi galeri untuk mencari sesuatu yang penting. Dia berfikir mungkin saja Edo sudah punya pacar. Mangkanya sulit ditaklukan. Miya ingin tahu seperti apa rupa pacar Edo jika beneran sudah punya.
Namun, dari banyaknya koleksi foto yang menurut Miya tidak penting (kebanyakan foto pemandangan langit malam penuh bintang), ada beberapa foto lain yang menampilkan wujud sosok orang yang sama, yang langsung menarik perhatian Miya hingga membuatnya tertawa kencang.
Edo yang belum melangkah terlalu jauh sampai menoleh ke belakang lantaran mendengar Miya tertawa kencang.
“Kak Pangeran nyimpen foto cowok jelek begini buat apa? Mukanya hancur banget!” ucap Miya dengan suara kencang sampai terdengar ke telinga Edo.
Edo sontak menghentikan langkahnya dan bergegas kembali mendatangi Miya yang makin sibuk memperhatikan sosok orang di foto itu yang ia bilang sangat jelek.
Edo tahu apa yang Miya lihat sekarang. Yaitu foto wajahnya saat dulu belum mendapatkan kutukan tampan, alias masih berparas sangat jelek. Ada sekitar 8 foto di HP itu.
“Kembalikan HP-ku!” Edo berusaha mengambil HP-nya tapi Miya malah terus mengelak.
“Foto jelek itu teman Kakak, Ya?”
“I … iya itu, temenku … ,” gugup Edo.
“Hah! Ko bisa Kaka punya teman sejelek itu?”
“Memangnya kenapa?”
Miya berdecak kecewa. “Kak Pangeran orangnya terlalu baik. Orang jelek seperti itu jangan dijadikan teman, tapi dibuat mati saja.”
Edo seketika menatap tajam Miya. Sebuah tatapan murka. Seperti ingin melenyapkan Miya karena mengatakan sesuatu yang mirip seperti orang-orang yang ia benci di masa lalunya.