Zhao Yue, preman jalanan abad 21 yang menguasai pasar malam, hidup dengan moto " Kalau mau aman, jangan macam-macam denganku." Jago berkelahi, lidah pedas, dan aura menakutkan adalah ciri khasnya.
Suatu malam, setelah menghabisi geng saingan, ia dikepung dan dipukul keras di kepala. Saat tersadar, ia berada di ranjang keemasan dan dipanggil “Yang Mulia Permaisuri.” Kini, Zhao Yue berada di tubuh Permaisuri Xian Rong dari Dinasti Wei—istri kaisar yang dikenal lemah dan sakit-sakitan. Namun sejak roh preman masuk, sang permaisuri berubah menjadi galak, blak-blakan, dan barbar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANWi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Bersama Pertama
Kaisar baru saja meletakkan sumpitnya setelah suapan pertama. Raut wajahnya tetap tenang, namun sorot matanya tidak bisa berbohong—ia jelas menikmati masakan itu.
Permaisuri Xian Rong, yang memperhatikan dengan jeli, menyunggingkan senyum nakal. Ia mencondongkan tubuh, lalu berkata lantang
“Kalau masakan saya sudah sesuai selera Yang Mulia, maka Yang Mulia wajib makan bersama saya. Tidak boleh hanya satu suap lalu pergi. Apa Kaisar berani menolak undangan permaisurinya sendiri?”
Ucapan itu membuat para dayang menunduk. Tegang bercampur tak percaya. Seorang permaisuri… menantang Kaisar seperti itu?
Wei Liang terdiam. Gengsinya berteriak menolak, namun tatapan tajam Xian Rong membuatnya justru sulit berkata tidak.
Kaisar Wei Liang akhirnya menerima tantangan Permaisuri Xian Rong. Setelah mencicipi dan tak bisa menyangkal kelezatan masakan olahan sapi itu.Setelah hening sesaat, ia berdehem pelan.
“Baik. Kalau begitu, aku akan makan bersama pagi ini.”
ia mengikuti Xian Rong menuju ruang makan utama.
Di sana, tiga selir sudah menunggu , Lian Fei, wajahnya teduh penuh anggun; Huan Qian dan YinYin, yang menyembunyikan rasa terkejut di balik senyum formal. Mereka tidak pernah membayangkan Kaisar akan makan bersama Permaisuri—apalagi setelah sekian lama hubungan keduanya dingin.
Mata mereka melotot bahkan hampir keluar.
Xian Rong berjalan di depan, tanpa sedikit pun ragu. Suaranya lantang tapi manis, “Yang Mulia, silakan duduk di sisi saya. Pagi ini tidak ada aturan. Kita makan sebagai keluarga.”
Kalimat itu membuat semua dayang menahan napas. ‘Sebagai keluarga?’ Itu ucapan berani—bahkan terdengar menantang—tapi entah bagaimana Kaisar hanya mengangguk, lalu duduk di sampingnya.
Lian Fei tersenyum tipis. Tangannya gemetar sedikit saat menuangkan arak ke cawan Kaisar. Wajahnya lega, tetapi ada kilat cemburu singkat saat melihat Kaisar tidak menolak kedekatan Xian Rong.
Huan Qian melirik sekilas ke YinYin. Tatapan mereka sama, getir. Selama ini mereka mengira Kaisar hanya menyayangi Lian Fei, sementara Permaisuri dibiarkan dingin dan jauh. Tapi sekarang, Kaisar tampak berbeda. Tidak hangat, tapi jelas tidak menolak. Itu cukup untuk membuat hati mereka panas.
Saat hidangan mulai disantap, ketegangan di meja semakin terasa. Kaisar menyendokkan lauk ke mangkuk Lian Fei—sebuah kebiasaan lamanya. Namun tiba-tiba Xian Rong, dengan gaya bar-bar khasnya, menyodorkan piring daging sapi ke depan Kaisar.
“Kalau tadi Yang Mulia sudah suka dengan buatan saya, jangan setengah-setengah. Habiskan di sini, di hadapan kami semua.”
Nada bicaranya ringan, tapi di telinga para selir itu terdengar seperti pengumuman kemenangan.
Kaisar menatap Xian Rong, matanya tajam, seperti menimbang. Tapi akhirnya ia mengambil potongan daging itu dan memakannya tanpa sepatah kata pun. Seketika ruangan menjadi bisu, hanya terdengar suara sumpit beradu mangkuk.
Lian Fei menunduk, menahan perasaan campur aduk. Huan Qian menggertakkan gigi halus, sementara YinYin menyibukkan diri dengan mengutak-atik lauk.
Xian Rong tersenyum puas. Ia tidak hanya berhasil membuat Kaisar duduk semeja, tapi juga mengguncang hati seluruh selir.
“ Yang Mulia harus makan lebih banyak. Katanya urusan negara membuat tubuh kurus. Nah, sekarang urusan negara saya ganti dengan urusan daging sapi.”
Kaisar hanya meliriknya, tetapi akhirnya mengambil suapan lagi. Diam-diam ia merasa hangat—tidak hanya di lidahnya, tetapi juga di dadanya.
Sesekali Xian Rong menyendokkan tambahan lauk ke piring Kaisar t, membuat suasana lebih tegang. Kaisar tidak menghentikannya.
Sialan! Jalang ini mulai mengambil hak ku! Batin Selir Lian Fei geram. Aku yang seharus nya ada disitu. Bukan jalang sialan itu!
Hmm seperti nya Lian Fei mulai panas. Kita lihat saja , antara permaisuri , aku , yinyin dan lian fei , siapa yang akan bertahan sampai akhir. Batin Selir Hua Qian---ketua para selir.
Mereka sungguh menjijikan. Hanya demi kekuasaan, mereka rela ber pura pura lembut. Cih. Pikir Selir Yin Yin, ia sedikit iri dalam hati.
Jiakhhhhh, baper kan Kaisar ! Hahahaha pesona istri sah memang beda! Batin Xian Rong senyum-senyum sendiri. Dimana ya siluman tampanku dan mei itu? Tanya nya.
***
Happy Reading ❤️
Mohon Dukungan untuk :
• Like
• Komen
• Subscribe
• Follow Penulis
Terimakasih❤️