Mengisahkan tentang kisah kehidupan dari seorang pemuda biasa yang hidupnya lurus-lurus saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan cantik yang sekonyong-konyong mengigit lehernya kemudian mengaku sebagai vampir.
Sejak pertemuan pertama itu si pemuda menjadi terlibat dalam kehidupan si perempuan yang mana si perempuan ini memiliki penyakit yang membuat nya suka ngehalu.
Dapatkah si pemuda bertahan dari omong kosong di Perempuan yang tidak masuk akal itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di belain satu komplek
Ia langsung membalas. "Maksudku lu apa? Lu kira gua takut sama lu!" Bapakku berusaha mendorong balik tapi karena bapakku ini cungkring dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Bahkan si bapak tadi geser sedikit saja tidak.
Pak RT yang merasa perlu untuk melerai pun langsung menengahi mereka. "Sudah, sudah. Kalian ini sudah pada berumur masih saja berantem kayak anak kecil!"
"Ini juga!"
"Kamu ini gak tahu diri sekali Junaidi. Setelah sekian lama tidak pulang dan bahkan ketika ibu kamu meninggal kamu tidak datang dan sekarang ketika datang kamu malah minta hak kamu!"
"Hak apa Junaidi. Hak apa yang kamu maksud?!"
"Asal kamu tahu kalau rumah ini telah berpindah kepemilikan pada Dimas dan saya adalah saksi di sana!"
"Sekarang kamu tidak punya hak apa-apa jadi jangan ngawur, jangan minta hak apapun karena kamu tidak berhak!"
"Sekarang daripada kamu berbuat onar di sini mending kamu pergi atau para warga di sini yang akan mengusir kamu!" Dengan jelas pak RT berkata
Ia menegaskan kalau rumah ini tidak bisa lagi di ganggu gugat kepemilikannya karena telah sah atas namaku.
Namun meksipun sudah dijelaskan sejelas-jelasnya bapakku yang arogan ini tidak mau terima.
Ia mungkin pergi sekarang tapi sebelum pergi ia mengancam semua orang.
"Lu semua tunggu aja. Gua akan balik lagi ke sini dan mengambil hak gua!" Ia pergi dengan di antar oleh tatapan sinis semua orang.
Bahkan orang-orang yang baru datang dan tidak tahu masalah langsung memandang bapakku dengan tatapan yang penuh dengan rasa tidak suka.
Sepertinya keburukan bapakku di masa lalu telah membuatnya benar-benar di benci warga di sini.
Setelah bapakku pergi pak RT pun berkata. "Kamu jangan takut Dimas. Kalau bapak kamu datang lagi kami akan membantu kamu karena biar bagaimanapun kamu masih warga di sini!"
"Jadi kalau bapak kamu datang dan membuat masalah lagi jangan sungkan minta bantuan kami!" Tidak hanya pak RT tapi semua warga yang ada di sini berpihak padaku.
Aku senang dan ingin mengucapakan terima kasih tapi...
Mataku tiba-tiba berkunang-kunang dan keseimbanganku hilang.
Aku pingsan dan tidak sadarkan diri di hadapan semua orang yang ada di sini.
"Dimas!!" Semuanya langsung berkumpul dan memeriksa keadaanku.
Beberapa jam kemudian aku tersadar di rumah sakit yang sama yang aku datangi siang tadi bersama Santi, Freya dan Dinda.
"... Padahal sedang sakit tapi malah kena hantam. Pantas saja aku langsung tepar!" Aku hanya bisa bergumam.
Aku merenung setelah itu dengan tatapan kosong melihat langit-langit.
'... Kenapa ya bapak gua malah kayak begitu?.'
'Apa mungkin ini yang di namakan ujian. Karena katanya orang tua juga bisa jadi ujian untuk anaknya.'
'Aku tidak lagi marah atau dendam sebenarnya. Hanya saja kelakuannya itu benar-benar sangat buruk hingga aku tidak bisa tutup mata.'
'Sekarang bapakku punya hutang dan bagiamana kalau dia tidak bisa melunasi hutang-hutangnya sampai dia mati?...'
'Sudahlah. Aku akan lunasi kalau itu terjadi, tapi untuk sekarang aku tidak akan bilang karena kalau dia tahu dia tidak akan sadar dengan kesalahannya.'
Semetara itu di sisi lain.
Di sebuah jalan kecil di antara dua gedung tinggi terdengar suara teriakan seseorang yang menggema.
Teriakkan tersebut berasal dari bapakku yang sekarang ini sedang di pukuli oleh antek-anteknya para rentenir yang beberapa waktu lalu datang padaku menagih uang.
"Ampun bang! Ampun!" Ia meringis kesakitan sambil meringkuk di tanah yang kotor penuh sampah.
"Ampun apaan! Cepetan bayar hutang lu sekarang juga atau gua akan siksa lu sampai lu mati dalam keadaan menderita!" Ancam orang yang memukulinya.
Mereka tentu saja tidak main-main dengan ancaman tersebut.
Kejam dan tidak punya rasa kasihan itu adalah watak dari orang-orang ini dan mereka telah melakukan ini selama bertahun-tahun.
"Ampun bang! Gua lagi gak punya uang sekarang bang, ampun!" Dengan wajah melas ia memohon belas kasihan pada orang-orang itu.
Namun mana mungkin mereka berbelas kasihan.
Bapakku dipukuli lagi hingga ia tak berdaya di sana.
Baru setelah puas memukuli mereka pergi.
Namun jangan kira semuanya berakhir hanya karena itu.
"Awas aja lu kalau nanti gak bisa lunasi hutang. Gua abisin lu!" Setelah mengancam dan meludah mereka pun pergi.
Selama berjam-jam bapakku meringkuk di tempat sepi dan kotor itu sebelum akhirnya di temukan oleh seseorang.
Orang yang menemukannya adalah seorang Kiyai bersama santri-santrinya yang kebetulan lewat sana.
"Astagfirullah!!" Segera mereka menghampiri dan memeriksa keadaan bapakku.
Setelah di periksa dan tahu kalau ia masih hidup pak Kiyai langsung menyuruh santri-santrinya untuk membawa orang yang mereka temukan itu.
"Kalian semua cepat bawa orang ini ke pondok pesantren, nanti kita obati di sana!" Para santri langsung mengangguk dan membawa bapakku ke ke pondok pesantren mereka.
Entah apa yang akan terjadi setelah itu tapi bapakku masih cukup beruntung karena masih di beri kesempatan hidup.
Semoga... Akan ada perubahan pada dirinyanya setelah ini.