Kanza Odelia terpaksa meninggalkan kekasihnya Adrian Miguel di altar sebab sehari sebelum pernikahan Kanza kehilangan kesuciannya karena jebakan dari kakak tirinya.
Bukan hanya itu, buah dari jebakan kakak tirinya itu Kanza akhirnya hamil, lalu terusir dari keluarganya sebab telah membuat malu karena hamil di luar nikah.
Kanza kira penderitaannya akan berakhir saat dia keluar dari rumah dan tak berurusan lagi dengan kakak tirinya. Namun sekali lagi Kanza harus berjuang demi bayi yang dia lahirkan yang ternyata tak sempurna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Anakku
"Maksudmu dia anakku?" Daegan mendongak menatap Tarran setelah membaca hasil tes yang dibawa Tarran padanya.
Tarran menunduk dengan perasaan sedikit takut. Bagaimana pun Tuannya itu terlihat marah, rahangnya yang mengeras dan tangannya yang meremas lembar kertas laporan DNA itu dengan erat menandakan seberapa marah pria itu.
"Setidaknya itu yang tertera disana, Tuan." Beberapa hari lalu Daegan meminta Tarran untuk melakukan tes DNA dengan bayi Kanza. Entah untuk apa. Tapi, dia juga tak punya kuasa untuk bertanya. Jadi, dia hanya menjalankan perintahnya.
Dengan sample rambut Bill yang di berikan Olga, Tarran pun melakukan tes kecocokan bayi itu dengan Daegan, dan hasilnya 99,9 persen keduanya memiliki kecocokan.
"Bagaimana bisa? Sebelumnya aku tak pernah bertemu dengan Kanza. Dan juga sebelum itu aku tidak pernah melakukannya kecuali ..." Daegan menghentikan ucapannya, lalu kembali menatap Tarran "Kecuali gadis beberapa bulan lalu itu." Tarran mengangguk.
Dia tahu, meski Tuannya ini suka berada di klub dan di gosipkan bersama para wanita, tapi dia tak pernah menyentuh mereka sembarangan. Itulah kenapa beberapa gosip juga mengatakan jika dia pria impoten.
Tapi, Tarran tahu beberapa bulan lalu Tuannya baru saja menghabiskan malam dengan seorang gadis setelah di jebak Nyonya Deby. Dan Tarran belum menemukan jejaknya hingga sekarang.
"Apakah gadis itu Kanza?"
Tarran mengeryit. "Sepertinya jika yang di katakan Nona Kanza benar, maka mungkin memang dia gadis itu, Tuan."
"Apa maksudmu?"
"Jika Nona Kanza mengalaminya di malam sebelum pernikahannya bersama Tuan Adrian, maka itu hari dimana anda juga mengalaminya, bukan?" Sebenarnya Tarran juga tak yakin. Tapi, jika bukan begitu bagaimana caranya Tuannya ini bisa menjadi Ayah dari bayi Kanza.
Daegan mengangguk. Setelah kejadian itu dia bahkan harus bergegas untuk menghadiri pernikahan Adrian. Karena itu dia mengabaikan cctv di hotel tempatnya menghabiskan malam. Saat pernikahan di batalkan barulah dia mencari siapa gadis itu, namun rekaman cctv malam itu tidak ada seolah di hapus dengan sengaja.
"Kau pernah dengar jika rekaman yang sudah di hapus bisa di pulihkan?" Tarran mengeryit.
"Cari orang yang bisa melakukan itu." Tentu saja sebelum dia mengklaim Bill anaknya dia harus memastikannya. "Jika rekaman itu memang ada harusnya bisa di pulihkan."
"Baik, Tuan. Saya akan meminta tim IT melakukannya."
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
"Jadi, sebenarnya kamu menyadarinya lebih awal?" gumam Daegan saat mengingat perkataan Kanza beberapa hari lalu. Karena itu Kanza menyembunyikan wajah Bill darinya. "Aku penasaran seberapa mirip bayi itu denganku." Daegan bangkit dari duduknya untuk pergi ke paviliun.
Saat memasuki paviliun Daegan tak menemukan kehadiran Kanza, yang terdengar hanya suara gemericik air dari kamar mandi.
Kanza sedang mandi.
Daegan melangkah ke kamar Bill dengan membuka rolling dor, hingga menemukan kamar nuansa anak laki-laki dan di dominasi dengan warna biru.
Daegan melangkah ke ranjang kecil yang tertutup kelambu, dan membuka kain tipis itu hingga bayi kecil itu nampak di depannya.
Daegan mengeryit saat melihat bayi yang ternyata tidak tertidur dan justru tangannya bergerak seolah melambai memintanya untuk menggendongnya.
"Dari mana orang-orang itu melihat kau mirip denganku? Jelas aku lebih tampan darimu." Daegan terus memperhatikan bayi yang kini menunjukkan senyum tanpa giginya terlihat lucu dan menggemaskan, namun Daegan sama sekali tidak menggubris.
"Baiklah, aku mau membuktikan sesuatu."
Daegan mengarahkan ponselnya pada bayi kecil itu lalu menyimpannya pada sebuah gambar.
Kau tahu siapa ini?
Daegan mengirim pesan gambar tersebut pada Darius Ethan, ayahnya.
Daegan kembali memasukan ponselnya pada saku lalu kembali memperhatikan Bill
Tangan Bill terus bergerak dengan kaki yang tak kalah aktif, suara mungil terdengar dari bibirnya yang mengap- mengap seolah ingin bicara tapi tak kuasa. Melihat itu tanpa sadar bibir Daegan tertarik.
"Kau ingin aku gendong?" Daegan berdecak. "Lancang sekali kau, ya. Berani sekali memintaku menggendongmu." Namun tangan Daegan bergerak untuk mengambil bayi itu.
Baru beberapa detik Daegan menggendong Bill terdengar suara pintu kamar mandi terbuka di susul langkah kaki yang berjalan terburu- buru.
"Tuan, apa yang kau lakukan!" Kanza segera merebut Bill darinya dan memeluknya.
Melihat tingkah Kanza, Daegan semakin yakin jika ada yang gadis itu sembunyikan.
"Aku hanya menggendongnya. Apa yang membuatmu takut? Atau kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Kanza gelagapan. "Itu ... aku hanya tak ingin Bill mengganggumu. Kau tak suka kebisingan kan. Bagaimana kalau Bill menangis."
Daegan mendengus. "Itu yang membuatmu berlari terburu-buru dan mengambil Bill dariku?" Daegan menatap Kanza dari atas ke bawah.
Kanza mengangguk. "Kau kenapa, Tuan?" Kanza memundurkan langkahnya saat Daegan melangkah mendekat. Tatapan tajamnya begitu menghujam membuat Kanza bergidik.
"Jika aku menemukan kau menyembunyikan sesuatu, aku tidak akan mengampunimu." Kanza menelan ludahnya kasar. Kenapa Daegan bicara seperti itu. Apa Daegan mengetahui sesuatu?
Tidak! Tidak mungkin Daegan curiga tentang Bill, bukan? Tidak ada yang tahu kecuali dia dan Mia.
"A-aku tidak berani, Tuan." Kanza menggeleng, tangannya memeluk Bill semakin erat hingga Daegan menyeringai.
Daegan menundukkan wajahnya untuk mencapai wajah Kanza yang nampak semakin ketakutan.
"Baiklah," ucap Daegan tepat di depan bibirnya. Setelah itu Daegan mendaratkan ciuman di leher basah Kanza. Jelas, saja gadis itu baru saja mandi. Dan saking paniknya dia bahkan tak memedulikan tubuhnya yang hanya memakai handuk.
"Penampilanmu cukup nakal."
Jantung Kanza seolah akan meloncat dari rongganya saat hembusan nafas Daegan begitu terasa di kulitnya yang basah membuat rasa dinging di tubuhnya menjadi semakin dingin. Belum lagi ciuman di lehernya membuat Kanza terasa lemas.
Setelah melakukan itu Daegan pergi dari sana meninggalkan rasa lega di hati Kanza yang seketika terduduk di lantai. Tubuh Kanza bergetar lalu mencium Bill yang masih ada di pelukannya.
"Oh, Tuhan," keluhnya. Bagaimana jika Daegan mulai curiga. Kenapa pria itu tiba-tiba datang dan menggendong Bill
Daegan baru saja keluar dari paviliun saat mendengar suara ponselnya yang seketika dia ambil. Melihat balasan pesan dari ayahnya Daegan pun segera membuka pesan tersebut.
Darimana kamu mendapatkan fotomu saat bayi?
Daegan mendongak dan menatap ke dalam paviliun dengan tatapan datar.
Jadi benar Bill anaknya. Ayahnya bahkan yakin itu adalah fotonya saat bayi. Jadi sudah jelas jika kemiripan Bill dan dirinya tak di ragukan lagi.
Daegan menekan tombol panggil yang seketika tersambung dengan Tarran. Tak menunggu lama pria itu menerima panggilannya.
"Siapkan mobil, aku akan bertemu Ayah."
...
.
.
.
tinggalkan mereka, jangan mau status mu hanya simpanan bayaran daegan,dia masihlah lelaki beristri.siapa tau istrinya berbuat nekad padamu dan bill.
Adrian pula, tinggal kan dia dengan segunung penyesalan karena kebodohannya.
jadi pel*cur bayaran daegan untuk kesembuhan anak kandung daegan sendiri . kalau sama2 tidak tau ,hal itu sih lumrah aja , tapi ini sama2 sudah tau, rasanya itu aneh gitu . apa daegan menikmati kegiatan itu, kegiatan dimana kanza membayar dengan tubuhnya untuk nyawa putra kandungnya sendiri.jika begitu, daegan memang tidak berhak atas bill.