"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Fajar merasakan hatinya berdebar kencang, sementara Arkan berdiri tegak dengan raut muka yang keras dan tatapan mata yang dingin. Air mata pria yang tergeletak di lantai semakin deras, tapi tidak ada belas kasihan yang terpancar dari Arkan. "Kau pikir aku tidak akan tahu?" suara Arkan menggema, berat dan penuh kekecewaan. "Kau telah mempermainkan semua kepercayaan yang telah kuberikan kepadamu!"
Pria itu mencoba mengangkat tubuhnya, tangannya gemetar, mencoba mencari pegangan. "Tuan, aku... aku mohon, dengarkan penjelasanku," suaranya parau, dipenuhi ketakutan dan penyesalan. Namun, Arkan hanya menggeleng tegas, langkah kakinya menghantam lantai, mendekati pria itu dengan geram.
"Tidak ada penjelasan yang perlu aku dengarkan. Semua rekaman dan bukti itu sudah cukup kuat atas semua yang kau lakukan selama ini, penghianat! "
Fajar, yang sejak tadi berdiri membisu, kini merasakan kesedihan yang mendalam. Dia tahu betul luka yang dirasakan Arkan, betapa pengkhianatan itu telah mengoyak kepercayaan yang sudah dibangun bertahun-tahun. Dengan kepala masih tertunduk, dia memejamkan matanya, berharap agar situasi cepat mereda, namun suara benturan itu kembali terdengar saat Arkan menyeret pria tersebut lebih dekat ke tengah ruangan.
"Setelah beberapa tahun, baru ini Arkan kembali beraksi. Dulu dia hanya mampu diam dan pasrah ketika ada penghianat yang berkeliaran bebas dikantor nya karena ketidak berdayaan yang dia miliki. Dan sekarang dia bebas melakukan apapun, dan kembali menjadi Arkan yang kejam seperti dulu. " Batin Fajar sedikit kaget melihat Arkan kembali ke setelan pabrik, yaitu menjadi pria kejam tanpa kenal ampun.
"Ingat, tidak ada tempat bagi pengkhianat di sini!" Arkan menegaskan, setiap kata dipotong dengan nada yang semakin meninggi. Pria itu tak berdaya, hanya bisa merintih kesakitan, sementara airmatanya bercampur dengan debu lantai yang dingin. Fajar membuka mata, menghela napas panjang, merasakan beratnya udara yang kini dipenuhi dengan aura kemarahan dan kekecewaan.
"Cepat bawa tua bangka ini keluar dari ruangan ku! Pastikan kau membawanya ke tempat biasa, dan bawa semua karyawan lain untuk menyaksikan siksaan yang kau berikan, agar tak satupun ada dari mereka yang kembali melakukan penghianatan ini! " Tegas Atkan dan disanggupi Fajar.
Dengan berat hati Fajar menyeret pria tua itu untuk keluar dari ruangan milik Arkan. Banyak dari karyawan yang menyaksikan hal itu semua, ada yang merasa kasihan melihat pria yang sudah tua diseret dan diperlakukan seperti itu, namun. Apa boleh buat mengingat pria tua itu sudah melakukan korupsi dan bahkan menjual beberapa berkas penting perusahaan dan membocorkan nya perusahaan yang lainnya.
***
Melody baru saja meninggalkan kampus ketika sosok familiar muncul di hadapannya. Rina, mantan kekasih Arkan, berdiri dengan senyum sinis yang tampak jelas mencoba mengusik ketenangan Melody.
"Kamu tahu, Arkan dulu sangat dekat dengan aku," ucap Rina sambil mendekatkan diri, suaranya penuh dengan nada provokatif.
Melody merasa sejuk dingin mengalir di tulang belakangnya, namun dia mengingat percakapan hangat yang baru saja dia lakukan dengan Arkan semalam. Mereka telah berbicara tentang masa lalu dan Arkan telah menenangkan hatinya dengan kata-kata yang tulus.
"Arkan memang pernah cerita tentang kamu," sahut Melody dengan tenang, matanya tidak menunjukkan sedikit pun kegoyahan. "Tapi itu dulu, sekarang dia telah memilih untuk bersama saya, dan kami bahagia."
Rina tampak terkejut dengan ketenangan Melody, dia menggigit bibirnya sejenak sebelum melontarkan kata-kata lainnya, "Tapi, apa kamu yakin dia tidak masih menyimpan perasaan padaku?"
Melody tersenyum, sebuah senyum yang dipenuhi dengan kepercayaan diri. "Arkan dan saya saling terbuka satu sama lain. Meskipun pernikahan kami masih baru, tapi Kami telah melewati banyak hal bersama, dan tidak ada yang bisa menggoyahkan pondasi itu, termasuk masa lalunya denganmu."
Rina terlihat frustasi, jelas bahwa dia tidak berhasil membuat Melody cemburu atau meragukan cintanya dengan Arkan. Dengan langkah gontai, Rina akhirnya meninggalkan Melody yang masih berdiri tegak, penuh dengan kekuatan baru yang dia temukan dalam kejujuran dan kepercayaan yang telah dibangun bersama Arkan.
"Mau sampai kapanpun, pelakor tidak akan bisa menang melawan istri sah. Sekarang mungkin kau hanya melontarkan kata kata agar aku percaya denganmu, tapi sayangnya aku lebih percaya pada suami tampanku itu. Dan ku pastikan kedepannya, kau tidak akan bisa mengusik rumah tangga ku, Rina. Aku akan sigap siaga ketika bertemu denganmu lagi nantinya. "Ucap Melody memandang punggung Rina yang kian menjauh
Sementara itu, diposisi Rina ia terus berjalan sambil menggerutu merasa dongkol pada Melody yang sama sekali tidak terpengaruh dengan kata katanya. " Sialan! Ternyata tidak mudah untuk membuatnya cemburu, "
"Cemburu? Siapa yang mau bibi cemburu? " Suara perempuan lain membuat Rina menatap orang itu
"Oh bukan siapa siapa, maaf ya bibi lambat menjemput mu. Tadi bibi ada sedikit urusan, " Ucap Rina Pada ponakan nya
Risa pun mengangguk. "Iya bi, Risa paham kok. Ayo kita pulang, Risa udah lapar hehe. " Cengir gadis itu dan Rina pun menggeleng merasa tidak heran lagi dengan ponakan nya yang doyan makan itu
Risa? Yap Risa sahabat baru Melody adalah ponakan dari Rina, mantan kekasih Arkan. Risa yang dari kecil sudah menjadi anak yatim piatu karena kedua orang tuanya telah meninggal akibat sebuah kecelakaan yang sampai saat ini belum diketahui apa penyebabnya.
"Kamu kenal dengan Melody? " Tiba tiba Rina bertanya membuat Risa menatap nya
"Melody? Maksud bibi Melody Indhira? "
"Eum, bibi nggak tau. Tapi yang jelas namanya Melody dan tadi bibi bertemu dengannya di gerbang kampus kamu. " Jelas Rina dan Risa paham
"Iya, itu namanya Melody Indhira. Risa Kenal, dia baru masuk hari ini dan baru hari ini juga dia menjadi temanku. Bibi tau, dia orang nya baik dan asik diajak berbicara. Selama satu minggu aku kuliah disana, cuma Melody sendiri yang mau berteman denganku bi, kenapa bi? Apa bibi juga mengenali Melody? " Tanya Risa dengan wajah bingung
"Bibi mau minta tolong sama kamu. "
"Tolong apa bi? Selagi Risa bisa tolong, ya Risa tolong kok. "
"Apapun itu? " Rina meyakinkan kalimatnya dan Risa mengganguk
"Ya, apapun. Risa bantu kok, bibi mau minta tolong apa? " Ucapnya dan Rina pun mengatakan niatnya yang membuat Risa terbelalak setelah mendengar keseluruhan cerita dari Rina.
Risa menatap bibinya dengan raut wajah yang bingung dan sedikit terkejut mendengar permintaan tersebut. "Bibi serius meminta Risa untuk merundung Melody di kampus?" tanyanya dengan nada yang ragu.
Rina, dengan mata yang tajam dan suara yang meninggi, menjelaskan kembali alasannya, "Iya, Risa. Kamu tahu kan bagaimana dia merebut Arkan dariku? Bibi tidak bisa membiarkan dia terus-terusan bahagia setelah apa yang dia lakukan pada bibi!"
Risa menggelengkan kepalanya, merasakan dilema yang mendalam. "Tapi Bibi, itu tidak benar. Risa tidak bisa menyakiti orang lain hanya karena masalah pribadi Bibi dengan Melody," ucapnya dengan tegas, berusaha menggambarkan ketidak setujuannya.
Kemarahan Rina semakin menjadi, wajahnya memerah dan suaranya meningkat, "Kamu ini bagaimana sih, Risa? Ini kesempatan untuk menunjukkan bahwa kita tidak bisa dipermainkan begitu saja!"
Risa mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan situasi, "kita? Bukan kita tapi Bibi sendiri. Bibi, Risa mengerti Bibi terluka, tapi mengganggu Melody bukan solusi yang baik. Kita harus lebih baik dari itu, Bibi."
Rina, frustasi dan merasa tidak didukung, berbalik badan meninggalkan Risa dengan langkah kasar. Risa hanya bisa menatap punggung bibinya yang menjauh, merasa sedih karena konflik yang terjadi tapi lega karena ia tetap berpegang pada prinsipnya.
"Maafin Risa bi, dari cerita yang bibi katakan tadi mana mungkin Melody seperti itu. Untuk kali ini, Risa nggak bisa dukung bibi sebelum semuanya benar benar jelas. " Risa pun melanjutkan langkahnya dan menyusul Rina yang sudah berada di mobil terlebih dahulu,