NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat
Popularitas:195.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 28

“Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Telah berpulang ke Rahmatullah, saudara Pendi. Saat ini jasadnya masih di rumah sakit kota. Akan dikebumikan pagi hari pada pukul 10:00.”

Pengumuman diawali kentongan itu tidaklah terlalu mengejutkan, dikarenakan sebelumnya sudah terdengar desas-desus bila keadaan salah satu antek juragan Bahri, tengah sekarat.

Surti menggelung rambutnya, ia masih duduk diatas tempat tidur. Saat melewati kamar Farida, netranya menatap curiga pada pintu tidak ditutup rapat.

“Rida, kau sudah bangun belum?” Diketuknya daun pintu kayu, ketika tidak mendengarkan jawaban, Surti masuk ke dalam.

Kosong, tempat tidur Farida berantakan, selimut terjatuh ke lantai, tetapi sosoknya entah kemana.

Deg

Degup jantung Surti mulai meningkat, dia bergegas keluar menuju dapur, membuka pintu mencari Farida di kamar mandi terpisah dengan bangunan rumah.

“Farida! Kau dimana, Nak?!”

Surti panik luar biasa, menyingsing kain jarik, berlari kecil ke rumah pemuda tetangganya.

“Dayat! Dayat!”

Pintu dapur dibuka oleh ibunya Dayat. “Ada apa, Sur?”

“Putri ku hilang, tak ada di rumah!” Tubuh wanita bergelar ibu itu bergetar hebat, rona wajah pucat.

“Dayat! Bangun kau!” Ibunya Dayat ke ruang tamu, menggoyang lengan putranya.

.

.

Pencarian dilakukan berskala besar-besaran, meskipun langit terlihat terang, sebagian pemuda tetap membawa obor.

Mereka menyusuri jalan pedesaan, saat tak menemukan Farida, mulai memencar dan masuk ke ladang warga.

“Farida!”

“Farida!”

Teriakan itu menggema, hampir satu jam lamanya, sosok yang dicari belum ditemukan.

“Coba masuk ke area pemakaman, siapa tahu dia ada di sana!” usul salah satu warga, dia dan lainnya sudah terlihat frustasi, kelelahan.

Tidak ada pilihan, dikarenakan semua tempat sudah ditelusuri, mereka pun memasuki area pemakaman yang berada jauh dari pemukiman warga.

“Tidak ada!” Dua orang bapak-bapak mengecek pemakaman umum, seraya membawa obor.

“Di sini!” teriak suara pria.

“Astaga! Kok bisa dia masuk ke dalam jerat Babi hutan?!” semua terpekik, bulu kuduk meremang, mata melotot ngeri melihat ujung kayu yang diraut runcing terdapat secuil daging dan darah mulai mengering. Lalu sisi paha Farida masih menyangkut di tombak.

“Masih bernapas, tapi denyut nadinya sangat samar! Ayo angkat!”

“Hati-hati, jangan sampai dia lebih tersakiti lagi,” titah pria berumur, memberikan aba-aba kepada tiga orang pemuda termasuk Dayat yang masuk kedalam lubang.

Argh! Surti histeris, menjambak rambutnya sendiri, hatinya seperti dicabik-cabik melihat keadaan sang putri.

Beberapa warga merasa dejavu, dulu mereka juga menyaksikan bagaimana bu Mina meraung-raung menangisi suaminya yang sudah tidak bernyawa, tenggelam di sungai besar.

“Pakai sarung saja! Kita tandu dia!”

Bergegas lainnya memotong dua batang kayu keras dan lurus, lalu memasukkan ke dalam sarung sebagai penopang kain sarung.

Sangat hati-hati badan lemas Farida dibaringkan di atas kain, lalu diangkat empat orang. Kayu sepanjang lengan orang dewasa masih menancap di pahanya, tak ada yang berani mencabut.

Surti dipapah oleh ibunya Dayat. Sepanjang jalan menuju puskesmas, dia terus menangis. Ini sungguh berat baginya, belum lama ditinggal sang suami, kini putrinya sekarat.

Saat sampai di puskesmas, Farida langsung mendapatkan penanganan.

***

Di lain tempat, bi Ginem dikejutkan oleh penjaga rumah yang tidur di atas tanah.

“Juragan! Nyonya!”

“Ada apa Bi? Mengapa teriak-teriak di pagi buta?!” Hardi datang, menatap kesal pada pelayan. Kemudian matanya melotot melihat kedepan.

“Itu Tuan. Mereka kenapa?!” Tunjuknya.

“Sinar matahari saja belum muncul, tapi kalian telah bernyali buat gaduh! Kenapa ini?!” Samini dan juga Bahri mendekat.

“Apa yang terjadi?!” pekik Samini.

“Ambil air satu ember, Nem!” Bahri membenarkan gelungan kain sarung di atas perutnya.

“Hei Sampah, bangun!” kaki bersandal Lily kilat warna coklat itu menendang betis anak buahnya.

Usaha juragan Bahri tidak berhasil. Kemudian dia merebut air yang dibawa Ginem.

Byur!

“Hujan! Hujan!”

“Hujan gundulmu!” Bahri membanting ember, tatapannya seperti ingin menelan orang hidup-hidup.

Hardi berhasil membangunkan penjaga yang tidur bersandar pada dinding.

Samini menaruh rasa curiga akan kejadian janggal ini, diam-diam dia berjalan ke belakang melewati bangunan bercat merah.

“TIDAK MUNGKIN! Kang! Ternak kita hilang!” Samini sempoyongan, berpegangan pada pohon rambutan, menatap nanar kandang kosong melompong.

Semua orang mendekati nyonya rumah, dan sama terkejutnya.

“Bedebah! Siapa yang bernyali berkunjung tanpa diundang bahkan mencuri di istana Bahri! Cari maling itu!” Sosok yang mengenakan kaos singlet, bawahan sarung itu sangat murka.

Belum ada satu minggu, juragan Bahri dan juga Samini kehilangan banyak harta, belasan ekor ayam petarung hilang, kini lebih dari dua puluh ekor kambing dan Lembu, raib.

Para keroco juragan Bahri lari tunggang-langgang, mencari jejak kaki Kambing maupun Lembu.

Mata mereka melotot sempurna, menunduk menatap tanah, sejauh mata memandang, meneliti, dan pikiran menduga-duga. Tak ada satupun jejak tertinggal, semuanya bersih.

Samini dan juga Bahri terus memaki, menyalahkan bawahan mereka yang dinilai tidak becus.

***

Sirine ambulance berbunyi memasuki kampung Tani, membawa jenazah Pendi yang sudah dikafani, dan siap dikebumikan setelah di sholati.

Pagi itu menjadi hari kelam wilayah transmigrasi, terutama kampung Tani. Pendi meninggal dunia, Farida celaka hingga kini belum sadarkan diri, telah menghabiskan dua kantong transfusi darah. Terakhir, hunian juragan Bahri disatroni maling.

.

.

Lastri menjalani hari-harinya jauh lebih ringan dari sebelumnya, tak lagi membersihkan kotoran hewan. Dia kini tengah sibuk membantu mempersiapkan acara pernikahan pria yang dulu pernah menikahinya secara siri.

Wajah Lastri terlihat sumringah, senyumnya sangat misterius. Jangan dikira dia ikhlas membantu, sudah pasti ingin membuat rusuh, sampai Bahri, Sugeng kehilangan muka.

"Tersenyumlah! Sebelum mulut jelek kalian ku obras menggunakan benang beras!" Lastri terkekeh, matanya melirik pada Samini dan calon besannya yang tengah berbisik-bisik.

Hunian juragan Bahri terlihat ramai, para tetangga dan warga terdekat berdatangan, mereka datang dengan membawa pisau dapur untuk memotong bawang, cabai, dan bumbu lainnya.

Kerangka besi tenda mulai dipasang, dan dihias. Mobil pickup yang membawa dekorasi pelaminan memasuki halaman luas, siap mempercantik singgasana raja dan ratu sehari.

Bu Mina ikut rewang, dia datang bersama Surti. Farida sendiri masih di puskesmas, menjalani perawatan intensif.

Pahanya bolong, mendapatkan puluhan jahitan, kulit mulusnya menjadi cacat. Ada yang aneh dengan kondisi anak semata wayangnya Rahman, dia seperti orang linglung, mulutnya terus melantunkan tembang Lingsir wengi.

Tiba-tiba dua orang ibu-ibu, menjerit sejadi-jadinya.

"Ular! Ada Ular!"

.

.

Bersambung.

1
Yulay Yuli
kaya dikasih bunga kecubung y thour,mabok pendi 😂
Yulay Yuli
visualnya thour lastri
Riris riris
akhhhhhh.....,., sebel,sebel, sebel kenapa harus bersambung? 😭😭😭, mau guling "malu, mau teriak takut di kira stres , lagi kak lagi.
kasih vote aja biar double up
Muhammad Arifin
ngintip,bekne ada kejutan....hufff...sabar nunggu esok pagi 💪💪💪
Ma'e Tinok
tungguin ah ini kan mlm jumat hihihi 😘😘😘🥰💪
Arryanti Ar
ka cublik ni tega nian menggantung cerita,kan makin penasaran jadi nya
Betri Betmawati
bikin dag dig dug aja Thor, untuk Yusuf dtang menolong, teryata Lastri tak sehebat apa yg ku pkir, gmn ya nasib nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒏𝒂 𝑵𝒊 𝑫𝒂𝒔𝒂𝒉 𝒏𝒊𝒉 𝒍𝒈 𝒈𝒆𝒏𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒈𝒊𝒏𝒊 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒐𝒏𝒈𝒐𝒍 𝒋𝒅 𝒈𝒓𝒆𝒈𝒆𝒕 𝒕𝒉 😅😅
Salim ah
akhhh...kena prank author bersambung?..aduh bikin deg deg an wae Thor mbok kasih tambahan bab biar tau keadaan Lastri🙄
owh ya kok lurah Yusuf bisa ada disitu ya
apa karna dia punya indra ke6 tau Lastri ada masalah lgsg datang
semoga Lastri gak kenapa2 dan ni dasah DTG untuk membantu anaknya
sfd
oaaalahhh lagi seru seru nya malah tu be kontinyus
neni nuraeni
semoga Lastri dan Yusuf selamat thor...lnjut thor
Lisstia
kaaaaak
mana nih kelanjutannya
_yuniarti.sherli_
kaaaakkk kenapa bisamen bikin novel yang ngegantung pas lagi tegang gini, up lagi gak!!😂😂
Wahyu ningsing
akhh....piyee Thor terusan e...nanggung
Zahraputri Putri
kakkkkkkkkkkkkk..........cublikkkkkkk..........cepetan doubell upnyaaaaaaa....tegangggg niiiiiiiii...........
Popo Hanipo
nunggu dr pagi giliran updet menjelang mgrib malam jumat lagi eeehhh di gantung pula😩
umi nafisah
lastri jgn mati dl thor.. gk ikhlas aku😭😭 kn dendamnya blm trbalas 😖😖😖
vay73
❤❤❤sampai merinding bacanya....
YS,Pertiwi
semakin seru,,makin deg-degan
FiaNasa
lagi seru²nya kok malah digantung 😭😭😭 gimana nasib Lastri ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!