NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Teman?

Luna menepikan mobilnya di depan rumah. Ia menekan sandi pintu perlahan, dan masuk diam-diam. Di benaknya ada niat kecil ingin memberi kejutan pada ibunya.

Namun suasana rumah terasa sepi.Luna menarik napas panjang. “Sepertinya Mama sedang di restoran,” gumamnya pelan.

Ia melangkah ke kamarnya. Tempat itu masih sama, tercium wangi lembut, dan bantal-bantal kecil di ujung ranjang. Luna tersenyum tipis. Ia melempar tasnya sembarangan ke kursi, lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

“Ah, aku kangen sekali tempat tidur ini,” desahnya lega.

Sudah beberapa waktu ia tinggal di dorm Neonix, dengan fasilitas seadanya. Tempat tidur sempit dan bantal tipis sering membuatnya sulit tidur. Karena itu, kini ia benar-benar bersyukur bisa kembali merasakan kasur empuknya.

Setelah beberapa menit berbaring, Luna bangkit, mengganti bajunya dengan kaus santai, lalu berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin dan meneguknya perlahan.

Tiba-tiba terdengar suara kunci berputar di pintu depan dan juga suara langkah masuk. Tak lama kemudian muncul sosok yang sangat ia rindukan.

“Sayang… kau sudah pulang?” suara lembut itu terdengar dari ambang pintu.

Luna menoleh, matanya langsung berbinar.

“Mama!” serunya lirih, lalu berlari memeluk ibunya erat-erat.

Ana tersenyum hangat sambil membelai rambut anak gadisnya. “Anak gadis cantik Mama” godanya pelan.

Luna terkekeh kecil, “Aku kangen,” ucapnya dalam pelukan itu

Ana sedikit merasa heran kenapa Luna bisa semanja itu padanya. Biasanya gadis itu selalu bersikap datar, menjaga jarak dalam tutur dan gestur.

Namun Ana paham, suasana rumah yang dulu kacau mungkin membuat Luna jadi sedikit keras. Tapi kali ini berbeda seperti ada sesuatu yang berubah.

“Tuan putriku sepertinya sedikit kurusan. Apa kau makan dengan baik?” tanya Ana khawatir, menatap wajah anaknya dengan lembut.

Luna diam sejenak. Ia sadar, akhir-akhir ini ia terlalu sibuk mengurus orang lain sampai lupa memperhatikan dirinya sendiri. Tapi ia tak ingin membuat sang ibu cemas.

“Luna makan seperti biasa, Ma. Hanya saja kegiatan Luna lebih banyak sekarang,” ujarnya menenangkan.

"Pamanmu bilang kau bekerja dengan baik. Tapi Mama tetap khawatir karena kau tinggal di asrama.”

Gunawan memang sudah memberi tahu bahwa Luna tinggal di asrama, namun tak menjelaskan bahwa putrinya sebenarnya tinggal bersama delapan lelaki itu.

Sedangkan Joan, tentu saja ia tahu. Bahkan diam-diam ia menyuruh anak buahnya mengawasi Luna dan para lelaki itu tanpa sepengetahuan Luna sendiri.

Ana menatap teduh ke arah Luna, “Apa kau lapar?” tanyanya lembut.

Luna mengangguk dengan matanya berbinar. “Aku kangen masakan Mama,” ucapnya manja.

“Bukankah restoran agensimu juga menyajikan masakan seperti buatan Mama?” tanya Ana lagi.

"Tentu saja berbeda! Aku ingin yang buatan Mama sendiri,” jawab Luna, suaranya sedikit merengek seperti anak kecil.

“Baiklah, tunggu sebentar,” kata Ana lembut. Ia segera menuju dapur, hatinya terasa hangat melihat sisi manja anaknya yang lama tak muncul.

Luna duduk di bangku bar dapur itu, menatap sosok ibunya yang mulai memasak. Dalam hatinya berbisik, "Pulang kerumah dan mendapat kasih sayang Ibu adalah healing terbaik."

Setelah makan, Luna kembali ke kamarnya. Ia membuka lemari, menatap deretan pakaian yang terasa membosankan. Tangannya mulai mengacak-acak tumpukan baju, hingga berhamburan di atas ranjang.

“Seharusnya aku beli baju baru saja tadi.” gumamnya pelan. Entah kenapa, malam ini ia ingin tampil sedikit lebih cantik. Mungkin karena ini adalah kencan pertamanya.

Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat Ana tak sengaja melihat pemandangan itu. Putrinya berdiri di depan cermin, mencoba-coba pakaian sambil menatap pantulan dirinya sendiri dengan canggung.

Ana tersenyum kecil, lalu melangkah masuk.

“Ada apa ini?” tanyanya menggoda.

Luna tersentak, hampir menjatuhkan baju di tangannya. “Luna cuma kangen, Ma. Sudah lama nggak pakai baju bagus. Belakangan cuma pakai baju kasual terus,” ujarnya gugup, mencoba terdengar santai.

Ana mengangguk pelan, seolah mengerti lebih dari yang diucapkan. Tatapannya menelusuri wajah Luna yang tampak sedikit memerah.

“Mau keluar ke mana?” tanya Ana dengan nada penuh selidik.

Mata Luna membesar, seperti anak kecil yang tertangkap basah. “Cuma keluar sama teman, Ma,” jawabnya cepat, berusaha meyakinkan.

Ana tersenyum samar. Ia melangkah menuju lemari, lalu menarik keluar sepasang gaun cantik berwarna merah muda lembut.

“Yang ini sepertinya cocok,” katanya sambil menatap putrinya.

Luna sempat diam, tapi akhirnya menerima baju itu. Ketika ia mengenakannya, Ana menatapnya. Dan benar saja itu sangat cocok pada Luna.

Beberapa saat, suara bel di pagar depan terdengar nyaring. Ana berjalan menuju panel dan menekan tombol buka pagar otomatis.

Di depan rumah, berdiri seorang pria muda dengan postur tegap dan wajah menawan. Tatapannya sopan dengan senyum ramah.

“Selamat malam, Tante. Saya Elio,” ucapnya dengan nada hormat.

Ana mengangguk, sedikit terkejut. Dalam hati ia tersenyum. “Ternyata seperti ini tipe anakku. Hmm… boleh juga,” batinnya sambil menatap pria itu sekilas dari kepala sampai kaki.

Luna muncul dari arah tangga mengenakan gaun merah muda lembut, rambut bergelombang terurai di bahunya, dan riasan tipis yang membuat wajahnya tampak hangat sekaligus anggun.

“Maaf, apa sudah lama menunggu?” tanya Luna gugup, jemarinya tak sengaja merapikan ujung rambutnya.

Ana memperhatikan putrinya, lalu menatap Elio lagi dengan mata penuh tanda tanya.

Suasana sejenak terasa canggung.

"Ma…” Luna berdeham kecil, “kami cuma… teman kok.” katanya cepat, mencoba menutupi makna di balik sorot mata ibunya.

Ada rasa campur aduk di hati Ana. Dulu Luna sangat menghindari laki-laki apalagi untuk menjalani hubungan asmara, karena efek orangtuanya yang selalu bertikai. Tapi kini, putrinya sudah siap menapaki dunianya sendiri.

Ana hanya tersenyum samar, tak berkomentar lebih lanjut. Namun Elio menunduk sedikit. Senyumnya yang tadi hangat perlahan meredup.

“Hanya teman?” pikirnya lirih dalam hati. Ada sedikit kecewa yang tak bisa ia sembunyikan.

1
Fairuz
semangat kak jangan lupa mampir yaa
Tina: makasih kak.. aku mmapir balik 🤗🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!