Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
DI RUMAH ARKA
Arka mengemasi barang-barangnya, lalu membawanya ke teras. Dia juga memerintah art-nya untuk memanggil Candra. Kemudian menunggu Candra di ruang tamu sambil memainkan hpnya. Beberapa saat kemudian Candra datang menemuinya.
"Ada apa Pak Arka memanggil saya ?" tanya Candra di hadapan Arka.
"Can, aku akan kembali ke Jerman. Nanti kalau Dewa kesini kamu bisa kerjasama dengannya. Aku ingin kamu teruskan tugas dariku untuk menghancurkan Yusuf dan keluarganya."
"Baik Pak Arka. Saya siap menjalankan tugas dari Bapak."
"Kamu boleh pergi sekarang."
Setelah Candra pergi dari hadapannya, Arka mengeluarkan fotonya bersama Anisa di masa lalu. Menatapnya dengan perasaan kesal dan kehilangan. Sampai air matanya menetes ke pipinya, Arka segera menghapusnya dan memasukkan kembali foto itu ke dompetnya.
"Seandainya aku tetap berkomunikasi denganmu, pasti sekarang kita menikah. Aku yang menjadi suamimu, bukan si bodoh itu. Kita memang berhubungan sangat sebentar, tapi perasaan ini hadir sejak pertama kali kita masuk sekolah Anisa. Aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu."
Anak buah Arka membuyarkan lamunannya. Ia berdiri dari sofa dan kluar rumah, lalu masuk ke mobilnya. Dia memerintahkan supirnya melaju pelan, supaya bisa memandang rumahnya sebelum pergi.
DI RUMAH YUSUF
Anisa memasak berbagai makanan dan minuman untuk acara ulang tahun Alif, dibantu oleh beberapa art-nya dan Nayla. Selesai memasak Anisa menyuruh Nayla membantunya menata di depan. Lalu menghampiri mertuanya yang saat itu masih mendekorasi rumahnya.
"Ma, Pa. Mendekorasinya sudah selesai?" tanya Anisa.
"Sudah, tinggal dikit lagi dan kita tinggal menunggu tamu yang diundang Alif datang," jawab Pak Hasan.
"Ya sudah, kalau gitu tak telfon mas Yusuf dulu, Pa. Biar dia cepat pulang."
Pak Hasan mengangguk, dan Anisa menelfon Yusuf.
(Halo.)
(Mas, kerjaannya sudah selesai?)
(Iya sayang, bagaimana persiapannya?)
(Sudah selesai semuanya, Mas. Kamu bisa pulang sekarang?)
(Bisa, aku ke ruangan Kevin sebentar. Biar dia yang ngelanjutin kerjaanku.)
(Iya, Mas.)
Selesai memberitahu Yusuf, Anisa mempersiapkan Alif dan Hana. Lalu mendandani Hana secantik mungkin. Kemudian dia berdandan sendiri, sementara Alif dan Hana bersama Mela dan Nayla.
Anisa lega akhirnya Yusuf sampai rumah, ia langsung mandi dan berganti pakaian yang senada dengan Anisa, Alif dan Hana. Setelah itu Yusuf turun ke bawah untuk menemui para tamu undangan. Saat pembawa acara datang, acara pun dimulai. Yusuf diminta untuk menyambut para tamu undangan.
"Assalamualaikum, selamat datang di rumah kami, Bapak dan Ibu guru serta teman-teman Alif semua. Kami sangat senang dan berterima kasih atas kehadirannya dalam perayaan ulang tahun Alif yang ke-4 hari ini. Kami berharap semua dapat menikmati waktu bersama kami dan merayakan kebahagiaan anak kami. Terima kasih atas doa dan harapan baik yang Bapak dan Ibu guru serta teman-teman berikan untuk anak kami. Mari kita rayakan hari ini dengan gembira dan suka cita! Wassalamu'alaikum." Yusuf tersenyum dan memberikan mic-nya pada pembawa acara lagi.
"Oke, adik-adik. Sekarang kita waktunya potong kue." Pembawa acara menggandeng Alif dan berada di belakang kuenya. Lalu semua berdoa dan Alif memotong kuenya. Kue pertama di berikan pada Anisa, lalu pada Yusuf dan terakhir diberikan pada pak Hasan dan bu Evelyn.
"Ya, udah selesai potong kuenya, sekarang kita semua main sama Om badut. Itu mereka udah berdiri disana." Pembawa acara menunjuk badut yang baru saja sampai. Seluruh anak-anak bersorak sorai dan mengelilingi badut.
Alif juga ikut bermain dengan badut-badut yang dipesan oleh kakeknya. Alif dan teman-temannya bermain dengan riang gembira, namun salah satu badut ijin ke belakang untuk ke toilet. Tapi anak-anak masih tetap bermain walaupun badutnya hanya tinggal satu.
"Sayang, aku laper. Kamu gendong Hana ya. Aku mau makan dulu." Yusuf memberikan Hana pada Anisa untuk mengambil makanan. Kemudian duduk kembali bersama Anisa dan Hana.
"Gimana rasanya? Enak ga, sayang?"
"Enak, aku tadi ga sempat makan. Maksudku, biar kerjaanku cepat selesai. Tapi ternyata tetep ga selesai."
"Ya udah, makan aja dulu. Cicipi semua ya sayang, soalnya tadi aku juga belum sempet nyicil semua."
"Iya, apa aku suapin?"
"Heh, ya nggak lah. Kalau cuma berdua sih mau aja." Anisa tersenyum lebar.
Setelah makan Yusuf berdiri untuk mengambil minum. Dia letakkan piring bekas makannya di atas meja. Saat akan mengambil minum, Yusuf di tawari minum oleh salah satu badut.
"Mau minum ya Pak?"
"Iya."
"Ini Pak, saya tak ambil lagi." Badut itu memberikan minuman yang di pegangnya.
"Terimakasih." Yusuf menerimanya dan meneguknya hingga habis tak tersisa.
Setelah itu Yusuf kembali bersama Anisa dan Hana. Lalu Hana menggeliat turun dari pangkuan Anisa dan ikut bermain dengan para badut-badut. Anisa menggenggam tangan Yusuf, keduanya saling lempar senyum dan melihat Alif dan Hana yang sangat bahagia di hari itu.
Lima menit kemudian kepala Yusuf terasa semakin berat. Kemudian mencengkeram tangan Anisa yang digenggamnya. Anisa yang menyadari suaminya sedang kesakitan seketika panik.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Ga tau, kepalaku pusing banget. Berat banget Anisa." Yusuf mengerang kesakitan.
Anisa semakin panik melihat suaminya. Ia segera berdiri dan menghampiri pak Hasan. Lalu keduanya menghampiri Yusuf yang sudah menunduk dan memegangi kepalanya.
"Yusuf, kamu kenapa?"
Yusuf tak menjawab, ia mengangkat wajahnya dan jatuh pingsan. Pak Hasan meminta Anisa memeluk Yusuf, sementara itu pak Hasan segera ke depan untuk menyiapkan mobil. Setelah itu pak Hasan kembali menghampiri Yusuf dan Anisa.
"Ada apa dengan, Yusuf?" Bu Evelyn menepuk pundak Yusuf dan melihat putranya sudah tidak sadarkan diri.
"Mas Yusuf pingsan, Ma. Aku ga tau dia kenapa."
"Anisa, ayo bawa dia ke rumah sakit sekarang." Pak Hasan memapah Yusuf bersama Anisa.
"Ma, kamu disini saja dan pastikan pesta ini sampai selesai. Anak-anak jangan sampai tau keadaan papanya," ujar pak Hasan.
"Oke, Pa."
Pak Hasan dan Anisa memasukkan Yusuf ke mobil. Lalu Anisa masuk dan memangku kepala suaminya. Pak Hasan segera tancap gas ke rumah sakit.
"Anisa, kamu gosok dada dan punggungnya dengan minyak ini." Pak Hasan memberikan minyak yang sering digunakannya pada Anisa.
"Iya, Pa."
Anisa melakukan perintah Pak Hasan. Tetesan air mata Anisa membasahi wajah Yusuf, Anisa sangat terpukul melihat suaminya tak sadarkan diri. Anisa terus memanjatkan doa untuk suaminya, ia tidak sanggup hidup tanpa Yusuf disampingnya.
"Mas, bangun Mas... Kamu jangan kenapa-kenapa ya. Kalau kamu kenapa-kenapa, bawa aku juga Mas. Aku ga mau sendirian." Anisa bergumam.
"Anisa, kamu ini bicara apa? Yusuf akan baik-baik saja. Jangan berpikir negatif. Tolong!!" Pak Hasan mendengar suara Anisa meskipun sangat lirih. Anisa mengiyakan ucapan pak Hasan dengan deraian air mata.