Putri cantik kerajaan yang bernama Khanina itu memiliki kemampuan mengubah batu menjadi emas pada saat ia dalam keadaan bahagia. Kemampuan Putri Khanina tersebut membuat sang ayah ketakutan akan sesuatu yang menimpanya.
Kemudian Khanina menikah dan menjadi Ratu di kerajaan suaminya. Banyak permasalahan yang menimpanya selama berada di Kerajaan itu, sehingga ia harus menolong suaminya dengan kekuatan yang ia miliki. Namun malang menimpanya. Saat ia mengubah bebatuan menjadi emas, ada seorang yang melihatnya. Masalahpun semakin berat, ia dan suaminya dituduh berkhianat dan harus dipenjara, dan ia harus melarikan anaknya Mahiya yang juga memiliki kemampuan yang sama ke hutan gunung dan terus berada disana hingga akhirnya Mahiya menikah dan memiliki anak bernama Rae. Bebatuan di gunung itupun banyak yang berubah menjadi emas. Rae dan gunung emas menjadi incaran para pengkhianat kerajaan. Apa yang terjadi pada mereka selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atika rizkiyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat dari Raja Maraya
Rae telah kembali ke istana.
Tok.. tokk..tookkk (bunyi pintu kamar ayah) diketuk oleh Rae. Langit telah gelap. Malam menyelimuti kerajaan Jatinra.
“Ayah.. ini aku Rae”
“Masuklah nak..”
“Apa aku mengganggumu, ayah ?”
“Tentu saja tidak, ada apa Rae ?!”.
“Aku akan menikah dengan Suli, ayah. Aku berharap ayah merestuinya.” Ucap Rae.
Davin hanya tersenyum. Ia tau bahwa hal ini pasti akan ia hadapi.
“Kau sudah dewasa nak. Aku yakin, kau mengetahui dengan pasti tentang apa yang akan kau lakukan. Terlebih lagi tentang kehidupan pernikahanmu nanti. Aku yakin dengan keputusanmu, lakukanlah apa yang menurutmu baik.” Ucap Davin dengan semangat sambil tersenyum.
“Baiklah ayah, dalam beberapa hari ini, aku akan mempersiapkan lamaran untuk Suli. Temani aku ya ayah” ucap Rae.
“Tentu saja nak.. persiapkanlah dengan baik. Dan bicarakan juga kepada Dewan Istana. Mereka juga harus mengetahui hal ini.”
“Baiklah ayah, terima kasih” ucap Rae..
Davin hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Mahiya.. Rae akan segera menikah.. Aku yakin.. kau juga akan merestuinya. Yaa Tuhanku.. jagalah Raeku..” gumam ayah dalam hatinya.
Keesokan harinya, Rae mengabarkan jika ia akan melakukan pertemuan dengan dewan istana. Ia bermaksud untuk menceritakan niatnya menikah dengan Suli.
“Baiklah para Dewan Istana, aku akan menyampaikan...
Tiba-tiba.. datang seorang pegawai administrasi kerajaan.
Dan Dewan Istana memberi kode kepada Raja Rae untuk berhenti sesaat dan mempersilahkan masuk pegawai administrasi tersebut, biasanya.. ia memberikan kabar yang penting terkait dengan kerajaan lain. Itulah sebabnya, ketika ia datang.. mereka harus menerimanya terlebih dahulu.
“Mohon maaf sebelumnya Raja Rae dan seluruh Dewan Istana. Aku datang mengantarkan surat dari Raja Maraya.” Ucap pegawai tersebut.
“Ya.. silahkan” ucap Rae.
Surat itu diambil oleh salah seorang Dewan istana dan memberikannya langsung ke Rae.
Melihat surat itu, perasaan Rae sedikit gelisah. Ia segera membuka surat tersebut dan membacanya.
“Raja Rae yang Mulia, aku menerima lamaranmu untuk anakku Chassandra (Chasi). Semoga hubungan dari kedua kerajaan ini semakin baik dan erat. Terima kasih.. kami menunggu kedatangan kalian. Salam, Raja Maraya”
Membaca surat ini, Rae gemetar. Ia memandang ke seluruh Dewan Istana di hadapannya.
“Ada apa Rae ?.. Apa yang terjadi padamu.. ?!” ucap Davin.
Rae lalu memberikan surat itu kepada ayahnya. Lalu membacanya.
“siapa yang merencanakan ini, ayah ?!” tanya Rae.
“Aku tidak tau, Rae!. Aku tidak mengerti kenapa bisa seperti ini.” Ucap Davin.
“Apa yang terjadi Tuan Davin ?” ucap salah seorang Dewan istana.
Sesaat semua terdiam.
“Aku menerima surat dari Raja Maraya, dan ia mengatakan jika ia menerima lamaranmu untuk Putrinya Chasi. Padahal aku tidak berkata apapun tentang lamaran, pernikahan atau apapun tentang hal itu padanya. Apa kalian mengerti apa sebenarnya yang terjadi ?” ucap Rae bingung.
“kami tidak mengetahui apapun tentang hal itu Raja Rae” ucap salah seorang Dewan istana.
“Baiklah, mohon maafkan aku para Dewan Istana. Beri aku waktu untuk membahas ini sebelumnya. Kita tidak bisa meneruskan pertemuan ini” ucap Rae.
“Baiklah Raja Rae.. Beritau kami apa yang harus kami lakukan jika kau butuh sesuatu” ucap Dewan Istana.
“Ya.. terima kasih” ucap Rae menutup pertemuan itu.
Semua orang meninggalkan ruangan itu. Kini, hanya Rae dan ayahnya Davin.
“Apa yang harus aku lakukan, ayah ?!”..
Davin hanya diam dan menghela napas.
Seketika Rae teringat ucapan Suli.
Hal ini persis seperti apa yang dikatakan oleh Suli di sungai kemaren.
“Ayah, saat aku bertemu Suli kemarin. Suli juga mengatakan hal yang sama. Jika aku akan segera bertunangan dan akan menikah dengan Putri Chasi. Namun saat aku tanyakan darimana ia memperoleh berita itu. Ia hanya diam dan mengatakan jika kau tak perlu tau siapa yang mengatakannya.” Ucap Rae.
“Jika begitu, pergilah kembali ke Desa Adya, katakan apa yang telah menimpamu. Katakan juga niat baikmu pada Suli kepada keluarganya, agar mereka memahami keadaanmu. Dan yang terpenting.. tanyakan pada Suli.. ia telah mendapatkan berita itu dari siapa.” Ucap Davin.
“Baiklah ayah.. aku akan mengikuti saranmu. Terima kasih ayah..”
“Ya Rae,.. kau harus kuat dan jangan putus asa seberat apapun keadaan yang menimpamu, aku bersedia membantu apapun kesulitan yang sedang kau hadapi” ucap Davin.
Rae mengangguk dan berkata “ya ayah, aku mengerti itu”.