NovelToon NovelToon
Regret By Mendayu Aksara

Regret By Mendayu Aksara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Janda / Cerai / Percintaan Konglomerat / Obsesi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mendayu Aksara

‎"Mas tunggu, dia siapa? Jelaskan pada ku Mas" seketika langkah kaki Devan terhenti untuk mengejar Wanitanya.

‎Devan menoleh pada Sang Istri yang sedang hamil

"Dia pacarku kinara, dialah orang yang selama ini aku cintai. Sekarang kamu sudah tau, kuharap kau mengerti. Aku harus mengejar cintaku, ak tidak ingin Nesa pergi meninggalkan ku."

‎"Mas kamu ga boleh kejar dia, aku ini istri mu, aku mengandung anakmu. Apakah kami masih kurang berharganya di banding wanitamu itu?" tanya Ibu hamil itu tersendat

"‎Maafkan aku Kinara, aku sangat mencintai Nesa di bandingkan apapun."

"Tapi mas..."

Devan segera melepas paksa tangan Kinara, tak sengaja sang istri yang sedang hamil pun terjatuh.

"Ahhh perutku sakit..." Ringis Kinara kesakitan

"Maaf kinara, aku tak mau kehilangan Nesa" Ucap devan kemudian pergi

‎Kinara menatap kepergian suaminya, dan lama kelamaan gelap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mendayu Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa Ini Begitu Aneh

Suara ketukan pintu mengusik lelap seorang wanita yang setia bertumpu nyaman pada lengannya. Perlahan, mata indah itu membuka sempurna sambil sesekali mengerjap singkat.

"Maaf, ini saya, Dimas. Bolehkah saya masuk?"

Sambung suara, setelah usai terdengar ketukan pintu terakhir.

Menyadari kehadiran suara itu, Kinara segera memposisikan diri dalam duduk sempurna walau matanya masih terasa berat untuk benar-benar berada dalam keadaan bangun.

Sekilas, ia menatap lekat pada Briyan yang masih tertidur pulas di atas ranjang dihadapannya. Tatapan itu pun beralih, menatap pintu ruangan yang masih setia tertutup.

"Iya Den, silahkan masuk" Jawab Kinara atas pertanyaan Dimas tadi.

"Clekk"

Pintu kamar puskesmas itu pun terbuka, menampilkan Sosok Dimas yang hari ini entah mengapa terlihat begitu teduh di mata Kinara.

Sesaat mata mereka bertemu.

Hening, itulah kata yang singgah saat pandangan mereka beradu.

"Ehem, Hari sudah semakin gelap. Aku akan mengantar mu pulang"

Ucap Dimas, memecah keheningan yang tercipta barusan.

Seolah tersadar, Kinara dengan cepat mengerjapkan mata singkat. Kemudian bibir indah itu berucap.

"Ehh, saya rasa tak perlu Den. Mungkin malam ini saya akan bermalam disini"

Balas Kinara, sekali lagi ia menatap kilas pada Briyan yang masih nampak enggan bangun dari tidur lelapnya.

Dimas kebingungan harus menjawab apa, nampak ia seolah berpikir, kemudian menyampaikan pendapatnya.

"Begini, tak baik laki-laki dan perempuan berduaan di satu ruang yang sama. Ini pun akan menjadi gosip yang tak enak didengar"

Tutur Dimas menyampaikan pendapatnya, dengan posisi yang tak ubah tetap berada di depan pintu.

Kini, raut wajah Kinara nampak dalam kebingungan dan kegundahan. Perlahan, ia menarik napas panjang.

"Mari kita berbicara di luar saja Den" Jawab Kinara

"Baik" Ucap Dimas, kemudian ia berbalik menuju luar, menunggu Kinara di sana.

Dengan gerak tubuh yang anggun, Kinara menggeserkan tubuhnya kesamping, kemudian beranjak berdiri guna menyusul Dimas.

Namun sebelum sukses kaki nya melangkah, tangan lembut itu sudah lebih dahulu tertahan oleh genggaman seseorang.

Dengan capat Kinara menoleh ke belakang, ditatapnya Lelaki yang masih terlihat sangat lemah tersebut.

"Jangan pergi. Ku mohon, temani aku disini"

Ucap Briyan yang terbangun dari tidur indahnya. Dengan posisi jari yang masih setia menggenggam erat pergelangan tangan Kinara.

Perlahan, Kinara kembali berbalik. Berjalan pelan mendekati Briyan.

"Iya Den, saya tidak akan pergi, saya akan menemani mu di sini. Tapi, saya ada urusan sebentar" Jawab Kinara lembut.

"Mau kemana?" Tanya Briyan selidik

"Mau keluar Den, sebentar saja"

Pinta Kinara pada Briyan, sembari melepas pelan genggaman Briyan pada tangannya.

"Tapi jangan lama-lama ya, saya takut sendirian"

Kali ini, Briyan yang meminta. Dengan nada yang terdengar sedikit kekanak-kanakan.

"Aku takut dengan hantu" Tambahnya lagi

Penuturan Briyan barusan, sukses membuat Kinara tertawa ringan.

Sungguh Kinara tak menyangka, seorang Pemuda tampan yang terlihat gagah berani seperti Briyan, akankah takut pada hantu?

Pikir Kianara sekilas di tengah tawa nya.

Kembali, ia tatap lagi Briyan, masih dengan tawanya. Kemudian tawa itu perlahan berganti menjadi senyum hangat.

"Jangan takut, saya akan segera kembali Den"

Ucap Kinara singkat, kemudian berlalu pergi.

Nampak Briyan masih setia menatap punggung yang dihiasi rambut panjang hitam tersebut, sebelum punggung iu benar-benar hilang di balik pintu.

Perlahan, Briyan memposisikan diri nya terlentang, dari yang tadinya sedikit miring menghadap kanan.

Di tatap nya lampu ruang yang bersinar redup tersebut. Seketika senyum singkat menghiasi bibir nya yang masih nampak lebam dan koyak di sudut kiri.

"Hemm, apa-apaan kamu Briyan. Hantu? Apa itu Hantu? Kamu takut hantu? Sejak kapan? Ha.!?"

Gumam nya sendiri sembari tertawa geli.

"Ya tuhan, kenapa aku selalu nampak konyol dan bodoh di hadapan wanita itu"

Timbalnya lagi dengan suara yang tetap pelan.

Kali ini, senyum itu kembali menarik sudut bibirnya. Nampak sesekali ia menggelengkan kepala pelan.

"Huuufftttt, selalu saja aku merasa salah tingkah bila berada di dekatnya"

Ucap Briyan lagi seraya membuang nafas panjang.

"Aku ini kenapa"

Batinnya dalam hati, mata hazel itu tetap setia menatap sendu lampu ruang yang berada di atasnya, dengan sinar yang masih redup tersebut.

...................///////////////////////////////...................

Dimas menatap sekilas wanita yang baru saja duduk di sebelahnya.

Hening, kembali kata itu menyinggahi dikala tatapan mereka berdua beradu.

"Apa yang ingin engkau bicarakan?"

Tanya Dimas, kembali ialah orang pertama yang memecah Hening, yang seringkali tercipta diantara mereka.

"Den, sepertinya saya harus menemani Aden yang terluka itu malam ini"

Ucap Kinara dengan nada yang lembut.

Dimas menatap Kinara selidik

"Kenapa?"

Kali ini pertanyaan yang begitu singkat keluar dari bibirnya.

"Karena saya merasa bersalah padanya, saya lah yang menyebabkan dia terluka. Dan saya harus bertanggung jawab"

Papar Kinara. Seolah ia tau dengan baik arti dari pertanyaan Dimas barusan, ia pun berusaha menjawab dengan kalimat yang jelas.

"Begitu rupanya"

Gumam Dimas pelan, namun masih mampu terdengar samar oleh Kinara.

"Aden boleh pulang dan beristirahat"

Pinta Kinara pada Dimas.

Mendengar ucapan Kinara barusan, Dimas sekilas menatap singkat gadis yang berada di sebelah nya itu.

"Huuuufffttt, tidak. Aku tidak akan pulang, baiknya aku menemani kalian disini"

Balas Dimas pada pinta Kinara barusan.

"Tak perlu Den, sungguh"

Balas Kinara lagi, kali ini tangan indahnya turut melambai.

"Tak apa, Aku akan tetap menemani kalian disini. Huufffttt, masuklah ke ruangan, udara di sini dingin. Aku ingin keluar puskesmas sebentar, ingin mencari minuman hangat dan makanan ringan untuk mu. Karena nampaknya kamu terlihat pucat."

Tutur Dimas cukup panjang. Kemudian disusul dengan gerak tubuhnya yang segera berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Kinara.

"Den, tak perlu..!"

Teriak Kinara pada Dimas yang kini sudah cukup jauh dari posisi mereka semula.

Perlahan, kaki yang melangkah begitu cepat tadi berhenti. Tanpa menoleh, sembari menarik nafas panjang, ia pun berucap

"Masuklah, angin malam tidak baik untuk kesehatanmu. Dan satu lagi, jangan panggil Aku Aden, panggil saja Dimas. Tunggulah, sebentar lagi aku akan kembali"

Ucap laki-laki itu dengan meneruskan langkahnya yang sempat terhenti tadi.

Kinara masih menatap sendu punggung yang menjauh itu

"Kenapa dia begitu baik"

Gumam Kinara pelan.

Wanita itu pun menuruti ucapan Dimas barusan. Ia melangkah perlahan masuk, menuju ruangan tempat Briyan beristirahat sekarang.

Masih di tempat yang sama, namun dengan jarak beberapa puluh meter. Nampak Dimas berjalan dengan begitu cepat, namun nampak pula ia tengah bergulat dengan pemikirannya yang pelik.

"Kenapa perasaan ku jadi aneh begini saat menatap gadis itu. Sebenarnya aku ini kenapa?"

Gumam Dimas pada dirinya sendiri dalam bentuk tanya. Seolah tak mengerti rasa seperti apa yang ia rasakan saat ini.

"Rasa ini begitu Aneh" tambahnya lagi.

.

.

.

Bersambung***

1
Adinda
lebih baik kinara sama briyan daripada dimas Dan devan
Mendayu Aksara: Yuhu Kak, pantengin terus ya, biar tau akhir cerita Kinara bakal hidup bahagia dg siapa 🙌
total 1 replies
Adinda
cocok la briyan sama kinara Daripada dimas
Roxanne MA
OMG ADA DIL RABA🥰
Mendayu Aksara: Iyaa, cantik banget dia itu, cocok ngewakilin Kinara yg 'kata'nya cantik banget juga
total 1 replies
Roxanne MA
wahh ka alurnya seruu bangett
Mendayu Aksara: Wahh makasih kak ❤
total 1 replies
Mendayu_Aksara
Ngakak sih Briyan ini ada ada ajee
Mendayu_Aksara
ihh samaan nama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!