Agen Rahasia Jadi Putri Teraniaya

Saat ini Alexa dan Axton masih dalam perjalanan menuju rumah Alexa, tiba-tiba di tengah jalan ada yang mengganggu mereka.

Tiga mobil berusaha untuk memepet mobil yang dikendarai oleh Axton. Kanan, kiri dan dari belakang.

Brak

Dor

"Siapa mereka Oppa?"

"Tidak tahu, aku tidak pernah punya musuh. Kecuali..." Ucapnya menggantung.

Ckiittt... Brak...

Ada sebuah mobil lain tiba-tiba datang lalu menghadang mobil Axton dari depan. Tabrakan kecil tak bisa dihindari.

Posisi Axton dan Alexa terjepit di antara empat mobil yang sengaja ingin mencari masalah dengannya.

Keluar seorang pria paruh baya berbadan besar penuh dengan tatto sambil membawa sepucuk senjata api.

"Keluar kalian anak muda, atau nyawa kalian melayang." Ucapnya mengancam.

"Lexa, kamu diam di sini biar aku yang menghadapi mereka." Ucap Axton tegas yang akan memasang badan melindungi calon istrinya.

"Oppa pikir aku selemah itu, ayo kita hadapi bersama-sama. Sudah lama tidak berolah raga." Ucap Alexa sambil meregangkan tangan.

"Lexa, jangan aneh-aneh. Mereka bukan penjahat biasa. Mereka punya pistol." Kekhawatiran Axton memang tidak salah, karena yang dia tahu Alexa hanya seorang gadis remaja.

"Jangan pernah meragukan kemampuanku, Oppa."

Tanpa mau mendengar lagi omongan Axton, Alexa membuka pintu mobil.

"Heiii... Kalian bego atau goblok, disuruh keluar tapi menghalangi pintu."

"Lexa, mulutnya dijaga." Tegur Axton tidak suka mendengar Alexa mengumpat.

"Hah... Kelepasan kan." Gumam Alexa.

Tapi berkat umpatan itu, kedua mobil di kanan dan kirinya perlahan menyingkir. Kemudian, keluar puluhan orang dari keempat mobil itu.

"Sebenarnya tujuan kalian apa menghalangi perjalanan kami. Aku rasa kita tidak pernah bersinggungan." Ucap Axton.

"Tujuan kami hanya untuk menangkap gadis kecil ini, karena dia sudah berani mempermalukan bos kami." Salah seorang pria berkata lantang.

"Siapa bos kalian, dibayar berapa? Masak iya mau menangkapku yang hanya gadis remaja harus menyuruh puluhan orang. Apa tidak malu?" Ucap Alexa tersenyum merendahkan mereka.

"Tidak usah banyak ba cot."

Satu orang berusaha menarik tangan Alexa, tapi Axton menghalangi dengan menendang tangan itu dengan kencang.

"Jangan pernah menyentuh kekasihku, atau akan aku patahkan tangan kalian semua." Ucap Axton penuh ketegasan.

"Wow, ini dia pria tidak setia. Membuang wanita yang telah hamil anaknya demi gadis ingusan sepertinya. Tidak ada ampun untukmu."

Dor...

Satu tembakan meleset karena Alexa lebih dulu bergerak dengan mendorong tubuh Axton ke samping.

Alexa kini tahu siapa yang telah mencari gara-gara dengannya. Wanita ondel-ondel berperut buncit.

"Kamu salah mencari lawan, Glory." Gumam Alexa kemudian berlari kencang menerobos kerumunan penjahat sambil melayangkan pukulan pada perut mereka semua.

Bug

Bug

Duakkk

Krakkk

"Ahhh...."

Satu lawan satu, tentu saja tidak. Tapi dua lawan tiga puluh orang pria berbadan besar. Meski berada di tubuh yang berbeda, tapi sepertinya Alana sudah benar-benar beradaptasi. Buktinya sepak terjangnya di dunia seni bela diri masih lebih unggul dari mereka semua, para penjahat bayaran.

Begitu pula dengan Axton, pria dewasa itu begitu lihai menggerakkan seluruh tubuhnya dan menumbangkan sebagian dari mereka. Hanya terisa dua dari tiga puluh. Kini satu lawan satu, apakah Alexa mampu.

"Tubuh ini terlalu lemah, nafasnya pendek-pendek. Aku harus cepat menyelesaikan semua sebelum aku kehabisan nafas berakhir tumbang." Gumam Alexa.

Alexa berlari menuju kap mobil lalu melompat tinggi dan Brak...

Satu tendangan keras menghantam kepala pria yang sejak tadi bermulut besar. Menghina tanpa tahu kebenarannya.

Sementara itu, Nathan masih baku hantam dengan pria pertama yang mungkin pemimpin dari mereka semua.

"Menyerah lah, karena kamu tidak mungkin bisa mengalahkanku." Ucapnya sombong.

"Oppa berhenti, biar aku yang melawan. Lebih baik, Oppa panggilkan polisi supaya cepat datang untuk meringkus mereka semua sebelum tersadar." Ucap Alexa pada kekasih barunya.

"Apa yang ingin kamu lakukan Lexa?, astaga kenapa aku punya calon istri kecil tapi bar-bar sekali." Ucap Axton yang masih bisa didengar oleh Alexa.

"Oppa tenang aja, tugas Oppa pantau yang pingsan jangan sanpai terbangun sampai para polisi datang." Teriak Alexa yang sudah berlari.

Hiiyaattt

Sreekkk

Bruukkk

Braakkk

Kraakkk

Petarungan sengit antara pria paruh baya berbadan besar dengan seorang gadis remaja bertubuh langsing. Sama-sama tangguh, tapi Alexa punya cara tersendiri untuk mengalahkan lawan.

Teknik beladiri yang Alexa kuasai berganti-ganti membuat lawan bingung bagaimana caranya melawan. Karena tidak ada celah atau titik kelemahan.

Dan pada akhirnya, pria itu tumbang saat kaki jenjang Alexa menghantam lehernya. Suara patahan terdengar.

"Selesai, tunggu polisi datang. Setelah itu kita pulang. Dan tugas Oppa selanjutnya adalah memenjarakan Glory."

"Kamu lelah Lexa? Maaf karena aku kamu jadi harus menghadapi hal semacam ini.

"Mungkin Oppa harus lebih tegas, siapa backingan dia. Karena setahuku menyewa penjahat seperti ini bayarannya lumayan mahal." Ucap Alexa, membuat Axton teringat sesuatu yang harus dia urus malam ini juga. Atau hidupnya akan terus terusik oleh mereka.

"Polisi sudah datang, kita tak harus mengikuti mereka malam ini. Besok saja biar pengacara keluargaku yang mengurusnya. Ayo aku antar pulang. Pasti Papa dan kembaranmu cemas menunggumu kembali." Ucap Axton.

"Apa setelah ini Oppa akan pergi lagi? Jika ada apa-apa kabari aku, jika memang Oppa menganggapku kekasih." Sahut Alexa.

"Apa ini artinya, kita sudah resmi jadian sayang?" Tanya Axton.

"Ya, kita pacaran dulu. Jangan terburu-buru melamar. Karena aku masih ingin menikmati masa remajaku." Jawab Alexa tanpa pikir panjang.

"Tapi aku sudah terlalu tua jika harus menjalani pacaran sayang, apa kata rekan bisnisku nanti." Ucap Axton menjadi bingung sendiri.

"Ya kalau begitu batalkan saja, toh aku gak rugi ini. Cari saja wanita yang umurnya sepadan, jangan gadis remaja sepertiku." Ucap Alexa sedikit merasa tersinggung.

"Tidak... Tidak... Oke aku terima, iya kita pacaran sesuai apa yang kamu mau sayang." Akhirnya Axton menurunkan egonya. Tidak apa mengalah, yang penting Alexa bahagia.

Sementara itu Glory sedang merasa cemas, lantaran dia tidak bisa menghubungi satu pun orang yang dibayarnya untuk menculik kekasih Axton.

"Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang mengangkat panggilan teleponku."

"Ada apa sayang, kenapa gelisah?" Ucap Papa Gilbert sambil mengendus leher wanita simpanannya yang masih dalam keadaan polos tanpa pakaian.

"Tidak ada Om, ayo kita lanjutkan permaian kita. Katanya Om ingin aku memuaskan hingga pagi." Rayu Glory sudah berada di atas tubuh pria tua itu.

"Ouuhhh... Kamu memang luar biasa Glory, coba bergerak lebih semangat. Karena aku suka wanita liar." Mereka bercinta tanpa memikirkan apakah besok bisa membayar tagihan hotel.

Setelah mengantarkan Alexa sampai pintu rumah dengan selamat, Axton langsung melaju menuju ke suatu tempat. Tempat yang seharusnya dia datangi sejak kemarin, tapi karena terlalu malas berurusan, maka dia abaikan.

"Permisi, apa manager hotel ini masih ada?" Tanya Axton pada resepsionis, agak ragu mengingat sekarang sudah mendekati pukul 12 malam.

"Kebetulan, hari ini manager sekaligus pemilik hotel sedang menginap di sini. Mereka ada acara party keluarga di lantai paling atas." Jawaban yang sangat sesuai harapan.

"Apakah boleh saya bertemu mereka, ada hal penting yang ingin saya sampaikan. Mungkin kamu bisa coba hubungi untuk menanyakannya dulu. Katakan Axton Orlando ingin bertemu."

"Baik, tunggu sebentar." Ucap resepsionis.

Setelah menunggu beberapa menit, resepsionis mempersilahkan Axton naik menuju Penthouse. Di sana, Axton disambut hangat oleh rekan bisnis sekaligus sahabatnya yang bernama Steve Roger Timothy.

"Hai bro tumben malam-malam mencariku, apa ada hal yang penting?" Tanya Steve mulai penasaran.

"Benar, ini sangat penting bagiku."

Akhirnya Axton menceritakan semua yang terjadi dalam keluarganya. Di mana Papanya sedang bermesraan dengan gundik di salah satu kamar hotel. Dan Mamanya yang sedang mengurus proses perceraian dan pengambilan aset.

"Jadi, kamu ingin aku meletakkan cctv tersembunyi di kamar itu. Lalu besok siang, aku juga harus mengusirnya dari hotelku begitu?"

"Benar, tapi saat pengusiran nanti aku dan mama akan datang seolah memergoki mereka. Dan nanti akan ada wartawan yang merekam. Kemudian mereka akan digiring keluar hotel tanpa sempat membawa barang. Karena aku ingin mengambil kembali semua kartu kredit dan atm. Papa dan gundiknya harus kembali menjadi gembel." Ucap Axton menggebu.