Ini bukanlah tentang idol Kpop yang memerankan sebuah cerita. Bukan juga cerita fiksi yang berakhir dengan idola. Namun cerita ini terus mengalir bak realita. "Kalian yakin kita bisa nonton konser NCT dan ngelanjutin kuliah di Korea?" "Gue yakin kita bisa! Lagipula kita punya banyak waktu. Kita bisa nabung buat nonton konser. Dan belajar buat ajuin beasiswa ke Korea! Gak ada yang gak mungkin kalau kita mau berusaha!" ucap Yerika yang terus yakin akan mimpi mereka. Elina mengangguk. "Lagipula, kita juga gak bego-bego amat." Yerika tersenyum. "Mulai besok, kita harus giat belajar! Dan kita manfaatin untuk nabung dari sekarang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prepti ayu maharani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 [1]
14 : 딜레마 [Dilema]
^^^"Cinta tak pernah memberitahu kemana ia akan tumbuh dan dengan siapa akan di pertemukan."^^^
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Musim dingin telah berlalu dan musim semi telah di mulai. Semua seakan bersuka cita menyambut hadirnya musim semi.
"Waaaa, cuacanya bagus banget!" teriak Ayana yang membuka jendela melihat hamparan kota. "Libur gini ngapain ya enaknya?" ucap Ayana yang berjalan menghampiri Elina di sofa.
Elina mengedikkan bahu. "Mager banget tahu mau ngapa-ngapain."
"Iya. Enak banget ya yang dapet kesempatan buat fansign NCT hari ini. Cuaca bagus, ketemu idola." Ayana melipat kedua lengannya di depan dada.
Keduanya tengah membicarakan Fansign NCT yang di gelar di daerah Gangnam-gu, Seoul, Korea Selatan, hari ini.
"Yaudah sabar, sapa tahu next comeback, kita bisa ikut fansign," ucap Elina membuat Ayana tersenyum lebar.
"Next kita beli album yang banyak ya?" ucapnya lalu menyandarkan tubuhnya.
'Ceklek!'
Yerika keluar dari kamar dengan pakaian rapih dan paperbag di tangannya.
"Mau kemana?" tanya Elina pada Yerika.
"Fansign, dong!" jawab Yerika dengan sombongnya.
Ayana melebarkan mata. "Lo serius? Memang lo dapet?"
Yerika mengangguk dan menunjukkan sesuatu pada keduanya.
Ayana dan Elina melebarkan mata lalu berteriak histeris.
"Kok lo bisa?" seru Elina yang sudah memeluk Yerika.
"Iya, Yer. Kenapa gak bilang kemarin-kemarin?" tanya Ayana yang sepertinya iri dengan sahabatnya tersebut.
"Kejutan, hehe." Yerika menyengir kuda lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam paperbagnya.
"Itu batik?" tanya Elina.
"Kemeja batik untuk Mas Tio," jawab Yerika sembari memamerkan deretan giginya.
"Ihh, pengen ikut!" seru Ayana.
"Iya, pengen ikut, Yer!" seru Elina.
"Yaudah, ayo ikut."
"Tapi 'kan kita gak bisa ikut masuk, Yer." Ayana melipat kedua lengannya dan kembali ke sofa.
"Eh, gak papa, Ay! Kita ikut aja. Walaupun gak ikut masuk, kita cari-cari merchandise nct aja disana!" seru Elina.
"Oh iya, lo bener!" ucap Ayana tersenyum lebar.
"Yaudah cepet siap-siap!" seru Yerika.
"Kita belum mandi," jawab Ayana.
"Lo juga, El?"
Elina mengangguk dengan cengiran kuda.
"Yaudahlah, gak usah mandi, cuci muka aja. Biasanya juga gak mandi kalian. Ayo cepetan, nanti telat!"
"Oke, oke, kita siap-siap!" seru Ayana dan Elina lalu berlari ke kamar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Selamat bersenang-senang teman-teman," ucap Vania yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Lo beneran nggak mau ikut Van?" tanya Ayana.
Vania menggeleng pelan, "Kalian aja. Gue kapan-kapan ikut."
"Serius?" tanya ketiganya dengan kompak.
Vania mengangguk dan tersenyum, "Gue janji. Tapi kalau untuk saat ini gue nggak bisa ikut nggak papa ya? Gue udah ada janji soalnya," ujar Vania.
Elina mengangguk, "Yaudah gak papa. Yang penting lo udah janji kalau lain kali lo mau ikut."
"Yaudah yuk kita berangkat sekarang, mumpung masih pagi," ujar Yerika.
Ayana dan Elina mengangguk dan ketiganya pun berangkat pergi meninggalkan Vania sendiri.
Vania menutup pintu setelah ketiga sahabatnya berangkat lalu merenggangkan kedua tangannya karena masih merasa kantuk.
"Hoam,"
Drttt!
Vania meraih ponselnya dan melihat ada panggilan video call dari Nevan.
"Aduh, belum mandi gue. Muka gue kumel banget lagi. Gimana ini. Angkat, enggak, angkat, enggak. Gimana dong? Dah ah, angkat aja."
"Hai Van," ucap Nevan di seberang sana.
Vania tersenyum. "Hai Kak,"
"Kok nggak ada mukanya?"
Vania terkekeh malu. "Aku belum mandi, Kak."
Nevan tertawa. "Terus kenapa kalau belum mandi? Tetep cantik kok."
Vania terkesiap. Senyumnya mengembang dan napasnya sulit untuk di atur. "Tarik napas, hembuskan. Tarik napas, hembuskan. Duh, gue kenapa ini?" lirih Vania.
"Van? Kamu masih disitu 'kan?"
Wajah Vania merona. "Iya Kak. Masih di sini kok."
"Yaudah kamu mandi dulu sana. Satu jam lagi aku jemput." Nevan melirik ke jam tangan yang ia kenakan. "Kamu nggak lupa 'kan kalau hari ini kita mau bahas soal program kita minggu depan?"
Vania terkekeh. "Ya enggaklah, Kak."
Nevan mengangguk puas. "Yaudah, satu jam lagi aku jemput di tempat biasa."
Tak lama setelah itu Nevan pun mematikan sambungannya dan menyisakan Vania yang mematung dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"Kenapa semakin kesini gue semakin ngerasa kalau gue cinta sama Nevan?"
Vania menggelengkan kepalanya. "Nggak, nggak, nggak. Lo nggak boleh khianati temen sendiri. Ya, lo nggak boleh khianati Ayana. Lo boleh deket sama Nevan, tapi lo harus sadar diri. Lo cuma adik kelas dan Satu organisasi sama Nevan. Gak lebih!"
Ia pun kembali ke kamar untuk menyiapkan pakaian dan bersiap mandi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Telapak tangan Yerika teraba dingin. Ia mengusap kedua tangan dan menoleh ke sekeliling.
Jantung Yerika berdegub kencang. Sebentar lagi ia akan berhadapan dengan Lee Taeyong. Seseorang yang sudah ia tunggu-tunggu untuk melihat wajahnya secara langsung.
"Ayo, Yerika. Lo bisa, lo bisa, lo bisa." Yerika mengangguk. "Jangan pingsan, jangan pingsan."
Yerika melebarkan mata. Seseorang di hadapannya telah pergi. Dan kini, waktunya Yerika untuk maju ke depan dan berhadapan langsung dengan Lee Taeyong.
"Ayo, Yerika. Langkahkan kaki, jangan lemes. Lo bisa!" Yerika tersenyum, lalu berjalan menghampiri seseorang yang tengah duduk di kursi dengan menunggunya menghampiri.
"Annyeong!" seru Taeyong saat Yerika sampai di hadapannya.
"Annyeong," jawab Yerika dengan keringat dingin yang sudah membasahinya. "Ji ireuneum Yerika Imnida. Jeoneun indonesiaeso wasseumnida," ucap Yerika memperkenalkan diri dan asal negaranya.
Taeyong melebarkan mata. "Indonesia?"
Yerika mengangguk dan tersenyum bahagia. Rasanya air mata Yerika ingin jatuh sekarang juga karena begitu bahagia.
"Kau gugub?" tanya Taeyong masih menggunakan bahasa Korea.
Yerika mengangguk. "Ini pertama kalinya aku berhadapan langsung dengan Oppa."
Taeyong tersenyum seraya memegang ujung rambutnya.
"Jangan gugub, anggap saja kita sudah sering bertemu," ucap Taeyong lalu menoleh pada paperbag yang Yerika bawa.
"Ini untuk Oppa, baju batik yang aku bawa langsung dari Indonesia. Semoga Oppa suka ya?" ucap Yerika dengan senyuman lebar.
Taeyong mengangguk. "Aku pasti suka."
"Oppa."
"Iya?" Taeyong menaikkan kedua alisnya.
"Bolehkah aku memegang tanganmu?" ucap Yerika akhirnya.
Taeyong mengangguk lalu menggenggam erat tangan Yerika.
"Buat siapapun yang lihat gue, tolong! Gue mau pingsan sekarang juga. Gue udah gak sanggup! Kepada udara, langit, air dan seisinya, gue pengen teriak! Mama, Papa, Yerika udah ketemu calon menantu kalian! Tolongin Yerika, Yerika udah lemah!" teriaknya dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...