Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.
Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.
System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.
Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".
Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...
Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembah Batu Merah
Langit malam di atas Sekte Yuandao tampak bersih, namun hawa yang menyelimuti pegunungan membawa firasat ganjil. Angin malam yang biasanya dingin kini terasa tumpul, seolah menyimpan sesuatu yang belum bernama.
Di ruang utama ketua sekte, hanya satu cahaya menyala—panel sistem yang melayang di udara, memancarkan kilau biru redup seperti lentera yang menunggu ajal.
Han Wuqing duduk bersila, tubuhnya tenang, matanya menatap layar. Rekaman visual mengalir perlahan—bayangan altar dari tulang, simbol darah yang berdenyut samar, dan puluhan manusia berdiri diam, mata kosong, jiwa mereka ditambatkan oleh sihir kotor.
Formasi Pengikat Jiwa. Kontrak darah.
Sihir perbudakan tingkat tinggi.
“…Sekte Serigala Malam mulai bergerak,” gumamnya pelan.
Tiba-tiba—
[DING!]
Tugas Sistem – Prioritas Tinggi
Nama Misi: Hancurkan Formasi Pengikat Jiwa.
Target: Lembah Batu Merah, sisi barat Seribu Gunung.
Jarak: ±70 li
Batas Waktu: Sebelum Fajar
Hadiah:[Tubuh Divine: Api Neraka Jingwei]
– Tubuh langka berelemen api
– Meningkatkan ketahanan panas, pemulihan esensi tubuh, dan efektivitas teknik api.
Han Wuqing membacanya tanpa bicara.
Tubuh Divine—hadiah yang biasanya hanya bisa didapatkan dengan pertarungan panjang atau harga tinggi. Kini ditawarkan... jika ia bersedia menembus medan musuh sendirian.
Ia mengetuk udara dua kali, membuka peta taktis. Jalur darat terlalu riskan—setidaknya dua pos pengintai musuh berjaga di bukit barat. Tapi dari langit… hanya dua celah yang bisa dilewati tanpa terdeteksi. Jika ia bergerak malam ini, dan cukup cepat, ia bisa menghancurkan formasi sebelum pasukan musuh siap menyerang.
Han berdiri perlahan. Suara jubahnya bergesekan dengan lantai batu.
“Jadi bahkan sistem menginginkannya lenyap,” gumamnya. “Bagus.”
Ia menutup panel dan segera berdiri langkahnya ringan namun mantap. Di luar ruangan, Ziyan sudah menunggu. Burung itu menoleh saat mendengar langkah pemiliknya—mata ungu bersinar lembut.
Namun sebelum ia membuka pintu, suara pelan menyela dari belakang.
“Kau mau pergi sekarang?”
Yue Lian berdiri di ambang pintu, lengan terlipat di balik lengan jubahnya. Cahaya lentera qi membuat matanya tampak lebih tajam dari biasanya, tapi ada sesuatu yang lain—resah, mungkin. Atau rasa ingin tahu yang tak bisa ditekan.
Han tidak menjawab segera. Ia hanya menatap wanita itu, lalu berkata tenang,
“Formasi mereka harus dihancurkan malam ini.”
“Sendirian?”
“Ya.”
“Kau bahkan tidak tahu... apakah itu jebakan.”
“Aku tahu. Dan aku tetap akan ke sana.”
Yue Lian menghela napas pendek.
“Kenapa kau yang pergi? Kenapa bukan para pemainmu? Bukankah mereka... bisa hidup kembali?”
Han hanya tersenyum tipis. Ia melangkah melewatinya, lalu berkata,
“Karena mereka tidak tahu perbedaan antara musuh dan korban. Tidak malam ini. Tidak sebelum aku pastikan siapa yang pantas ditebas.”
Yue Lian menunduk sedikit. Suaranya mengecil, nyaris seperti gumaman,
“Kau memperlakukan orang-orang ini... dengan logika yang bahkan tidak kumiliki... meski aku tumbuh di dunia ini.”
“Kalau aku tak kembali sebelum fajar… masuklah ke ruanganku. Akan ada... sesuatu yang muncul. Kau tidak akan melihatnya sekarang. Tapi jika aku mati, sistem akan membukanya untukmu secara otomatis.”
Yue Lian menajamkan pandangan. “Sesuatu?”
Han Wuqing mengangguk.
“Cukup ikuti instruksinya. Tekan satu perintah saja, lalu pergi sejauh mungkin dari sini. Sekte ini bisa dibangun lagi… tapi jika jatuh ke tangan musuh, segalanya akan berakhir.”
Yue Lian mengernyit.
“Kau terlalu menyebalkan untuk mati. Dan terlalu angkuh untuk minta restu.”
Han hanya tersenyum, kemudian melangkah menuju Ziyan.
Ziyan mengepakkan sayapnya perlahan, cahaya ungu menyelimuti udara. Dalam sekejap, keduanya melesat ke langit malam, meninggalkan kabut dan lentera, hanya menyisakan jejak api samar yang hilang di balik awan.
Langit malam di atas Seribu Gunung tampak bersih dari awan, namun udara mengalir dengan ganjil.
Ziyan melayang hening di antara langit berbintang, api ungu samar di sayapnya berpendar lembut. Di punggungnya, Han Wuqing berdiri tegak. Angin dingin menyapu jubah hitamnya, tapi sorot matanya tak goyah saat menatap ke bawah: Lembah Batu Merah.
Di dasar lembah itu berdiri sebuah altar tulang, dikelilingi formasi sihir darah yang berdenyut pelan. Puluhan budak berdiri seperti patung—mata kosong, tubuh kaku, dikendalikan oleh kekuatan yang tak terlihat. Di sekitarnya, simbol-simbol kontrak darah berkedip samar, menyambungkan tubuh dan jiwa mereka ke inti formasi.
“Kontrak tingkat tinggi… langsung tertambat pada nadi spiritual,” gumam Han. “Kalau tidak dihancurkan malam ini, mereka akan dipaksa menyerang sekte besok pagi.”
Ziyan mengeluarkan suara rendah, lirih seperti bara menggeram.
Han menoleh ke burung itu, dan mengusap bulu di bagian lehernya dengan tenang.
“Tidak malam ini, Ziyan. Aku harus turun sendiri.”
Ziyan menatapnya sejenak, lalu mengepakkan sayap perlahan. Tak ada penolakan, hanya kesadaran.
Ada tiga alasan di balik keputusan itu:
Pertama — Ziyan terlalu mencolok. Seekor Dusk Phoenix, bahkan belum dewasa, adalah makhluk langka. Sekali terlihat oleh sekte langit atau pengamat netral, posisi Sekte Yuandao bisa diketahui sebelum waktunya.
Kedua — Han tak ingin sekte ini tumbuh hanya di atas kekuatan hewan roh. Ia harus bisa menjadi pilar itu sendiri. Jika para pemain mengandalkannya, maka ia tak boleh menggantungkan diri pada makhluk luar.
Dan terakhir — jika ini jebakan, Ziyan akan menjadi garis pertahanan terakhir. Jika Han gagal, burung ini bisa terbang lebih cepat dari siapapun.
“Jaga perimeter. Jangan biarkan ada yang kabur,” ucap Han pelan.
Ziyan mengepakkan sayap, lalu naik ke atas awan, bersembunyi dalam bayangan langit.
Han melompat turun.
Di bawah lembah, altar tulang yang terlihat dalam rekaman sistem kini terhampar nyata: formasi darah bercahaya redup, mengurung puluhan manusia dengan mata kosong. Rantai energi merah merambat dari dada mereka ke lingkaran sihir di tengah altar.
Han menyipitkan mata. Di sudut altar, tiga kultivator berjubah gelap duduk bersila, menjaga inti formasi. Aura mereka menekan, Foundation Establishment menengah hingga akhir. Mereka tak menyadari kehadiran Han—belum.
Ia mengangkat tangan, memanggil panel sistem.
[Toko Sistem > Item Strategis > Pemecah Formasi Darah (Tingkat Menengah)]
Harga: 25.000 Batu Qi (Low grade) / 1500 True Karma Poin
Status: Tersedia
→ Beli Sekarang
Sekejap kemudian, sebuah gulungan kayu kecil muncul dalam genggamannya, diukir rumit dengan talisman perak mengilap.
“Waktunya membalik permainan.”
Ia menyelipkan gulungan itu ke dalam lengan jubah, lalu bergerak.
Langkahnya tak menimbulkan suara. Napasnya teratur. Ia menyusup dari sisi bukit, memilih jalur batu licin yang tertutup pakis liar. Cahaya altar berdansa samar di matanya.
Begitu mencapai titik dekat inti formasi, Han melempar gulungan kayu ke udara.
CRACK
Gulungan itu pecah di udara, berubah menjadi hujan cahaya keperakan yang jatuh seperti jarum. Talisman menyelimuti altar dan formasi dalam pola berlapis. Tiga penjaga terbangun.
“Apa—?!”
“Formasi terganggu! Seseorang—”
Mereka tak sempat menyelesaikan kalimatnya.
Ledakan cahaya memancar dari dalam tanah. Formasi darah runtuh dalam sekali getar. Rantai merah putus serempak. Para budak roboh, napas mereka kembali terengah seperti orang yang baru diselamatkan dari tenggelam.
Han Wuqing melangkah keluar dari bayangan.
“Maaf mengganggu sesi sihir kalian.”
Salah satu dari tiga tetua bangkit—yang tertua dan berambut abu gelap, auranya Foundation Establishment akhir. Matanya menyipit menatap Han.
“Siapa kau?”
“Han Wuqing. Ketua Sekte Yuandao.”
Dua tetua lain saling berpandangan. Yang tua mendesis rendah.
“Pemimpin anak-anak bermain itu…”
“Lawan bicara kalian sudah selesai,” ucap Han tenang.
Ia mengangkat pedangnya. Bilah panjang berwarna hitam perak itu bergetar ringan—napas pedang qi berkumpul di ujungnya.
“Kalau kau berpikir bisa mengganggu rencana Sekte Serigala Malam lalu pergi hidup-hidup…” Tetua itu tersenyum miring. “...maka izinkan aku menghapus delusi itu dari tubuhmu.”
Han tak menjawab. Kakinya bergeser setengah langkah. Udara meletup.
Kedua pihak melesat hampir bersamaan.
Pedang dan telapak tangan saling bertabrakan di tengah udara, meledak dalam percikan energi qi. Tebasan Han tajam, namun sang tetua bertahan—ia punya tubuh tempur yang diperkuat sihir darah, tiap pukulan seperti palu yang bisa meremukkan batu.
Pertarungan berlangsung sengit, cepat, dan berat. Serangan demi serangan diluncurkan. Satu tetua roboh setelah terkena gelombang qi dari “Satu Tebasan Empat Musim”, yang mengoyak tubuhnya dari empat arah.
Tapi tetua yang tersisa, pemimpin dari ketiganya, mulai menekan Han. Darah menetes dari sudut mulut Han—tekanan dari Foundation akhir membuat tubuhnya menjerit.
“Kau cepat... tapi belum cukup kuat,” gumam si tetua. “Bahkan muridku yang gagal bisa menahanmu lebih lama dari ini.”
Han mundur selangkah. Matanya dingin.
“Begitu, ya?”
“Kalau begitu... mari kita ubah aturan mainnya.”
sekteku aturanku. Jadi keinget manhua Invincible at the start/CoolGuy/ Keren, thor! SEMANGAT!